• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berawal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2014:73). Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2014:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Kompri,2015:3). Menurut Abin Syamsudin (2004:37), motivasi merupakan suatu kekuatan atau suatu kedaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

Menurut Muhibbin Syah (2003:151) pengertian dasar motivasi adalah kedaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Hamzah B.Uno (2008:3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang artinya kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu bertindak atau berbuat. Motif ini tidak dapat diamati

secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Dikatakan juga bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Maslow dalam Robert E. Slavin (2011:102-103) mengajukan teori tentang motivasi manusia berdasarkan dari hirarki kebutuhan. Kebutuhan terendah yang ada dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling dominan. Dengan kata lain, ketika seseorang memiliki beberapa kebutuhan, prioritas kebutuhan ada pada kebutuhan yang terendah. Ketika kebutuhan terendah itu terpenuhi, maka kebutuhan baru pun muncul. Begitu seterusnya dengan urutan sebagai berikut: (1)Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling mendasar dari manusia yang antara lain meliputi kebutuhan untuk bernafas, makan, minum, seks, tidur, eksresi, keseimbangan hormonal, dsb. Contohnya, sulit bagi kita untuk duduk dan belajar apabila rasa lapar, lelah dan kantuk berlebihan menyerang; (2)Kebutuhan akan kemanan. Kebutuhan akan rasa aman meliputi pengertian bebas dari rasa takut, seperti misalnya takut akan lingkungan yang tidak aman, terancam secara sosial, takut kehilangan sesuatu, dsb. Kebutuhan ini biasanya terlihat jelas pada anak-anak, seperti misalnya rasa takut akan orang asing. Kebutuhan akan rasa aman ini biasanya terpenuhi pada kebanyakan orang dewasa yang tinggal di lingkungan yang ramah dan hangat; (3)Kebutuhan akan cinta dan kasih. Fokus pada

kebutuhan ini adalah aspek afeksi dari manusia. Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, manusia sebagai makhluk sosial akan merasa perlu memenuhi kebutuhannya akan kedekatan dengan orang lain, seperti rasa pertemanan, kekeluargaan, dan kedekatan seksual; (4)Kebutuhan akan diakui dan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk diakui adalah kebutuhan untuk diakuinya kemampuan diri dalam hubungan dengan orang lain, sedangkan aktualisasi diri diartikan sebagai keinginan untuk menjadi lebih dan lebih sesuai jati diri kita, untuk menjadi apapun yang mampu kita capai; (5)Kebutuhan keimanan yaitu kebutuhan yang kaitannya dengan Tuhan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dipandang sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gaiarah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman A.M, 2005:73).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan perubahan energi yang berasal dari dalam diri individu atau dorongan yang mendasari seorang individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang menimbulkan semangat belajar, terarah dan kegigihan untuk belajar.

2. Jenis Motivasi

Sumadi Suryabrata (2014:72-73) membedakan motivasi menjadi dua jenis, yaitu motivasi-motivasi intrinsik dan motivasi-motivasi ekstrinsik: a. Motivasi intrinsik

Motivasi instrinsik adalah atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, yang mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk didalamnya perasaan siswa menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi ini memberi pengaruh yang relatif lebih kuat dan bertahan lama.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Pujian dan hadiah, peraturan, teladan merupakan contoh motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa belajar (Sardiman A.M,2005:90).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu dan memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi hasil belajar. Motivasi ini memberi pengaruh

kuat dan bertahan lama. Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Motivasi yang berasal dari luar individu ini juga diperlukan ketika keadaan siswa dinamis, berubah-ubah, dan mungkin proses belajar-mengajar kurang menarik.

3. Fungsi motivasi

Motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan memengaruhinya serta mengubah kelakuan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi a) mendorong peserta didik untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; dan c) menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dicapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Oemar Hamalik (2015:161) menambahkan fungsi penggerak, yaitu motivasi berfungsi sebagai mesin, dalam artian besar kecilnya motivasi akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun, terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik.

4. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi

Menurut A. M Sardiman (2005:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak akan berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukan minat terhadap berbagai persoalan d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif

f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi akan menjadi sangat bersemangat dalam melakukan suatu hal tanpa paksaan. Pada siswa akan ditunjukkan dengan hasil belajar yang optimal.

Dokumen terkait