• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jig

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada pokok bahasan operasi aljabar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jig"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS KALASAN PADA TOPIK BAHASAN OPERASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW II TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Chintya Kurniawati

NIM : 121414123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh

kemurahan”

-Matius 5:7-

Dengan hati penuh syukur dan kemurahan hati, kupersembahkan Skripsi ini

untuk :

Tuhan Yesus Kristus,

Papa dan Mama tercinta,

Adik tersayang Rama Mizaell Dwi Nugraha,

Kakak tersayang Maria Anjelina Irawati Ule,

Mas Leonardo Chandra Pratama,

Seluruh keluarga besar dan teman-teman,

(6)
(7)
(8)

vii

Chintya Kurniawati. 2017. Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, (2) pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa (3) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar pengamatan keaktifan siswa, kuesioner motivasi belajar serta tes hasil belajar. Validitas isi diperoleh dengan melakukan uji pakar, yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Validitas butir diperoleh dengan uji coba instrumen. Butir soal yang tidak valid dikonsultasikan kepada pakar untuk revisi. Reliabilitas instrumen motivasi diperoleh sebesar � = 0,685, sedangkan reliabilitas instrumen hasil belajar sebesar � = 0,614.

Berdasarkan analisis diperoleh bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II telah terlaksana dengan persentase terlaksana sebesar 88,89%, (2) ada pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5267 serta kontribusi pengaruh keaktifan belajar terhadap hasil belajar sebesar 27,74%, (3) ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,5006 serta kontribusi pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 25,06%.

(9)

viii

Chintya Kurniawati, 2017. The Influence of Student’s Participation and Student’s Learning Motivation Toward The Student’s Learning Achievement on The Topic of Algebra Operations Using Cooperative Learning Type of Jigsaw II For Grade VIII B of Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research is aimed to find out (1) the implementation of mathematic learning using cooperative learning type of Jigsaw II (2) the influence of student’s participation towards student’s learning achievement (3) the influence of student’s motivation toward the learning achievement.

The researcher used quantitative method. The participants of this research are students in grade VIII B Kanisius Kalasan Junior High School 2016/2017. This research used some instruments such as observation sheet of lesson plan (RPP), observation sheet of student’s participation, motivation questionnaire sheet and learning achievement test. The content of validity are obtained by doing an expert test from a lecturer and a teacher of the subject. The questions of the validity are obtained by testing the instrument. The invalid questions will be consultated by an expert to be revised. The motivation of reliability instrument is � = , 8 . In the other hand, the learning result of reliability instrument is � = , .

Based on the analysis, it is found that (1) the implementation of the cooperative learning type of Jigsaw II has been accomplished by the average of the percentage is about 89,17%, (2) the researcher found that the influence of student’s learning participation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5581 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 31,14%, (3) the researcher found that the influence of student’s learning motivation toward the learning achievement with the correlation coefficient is 0,5336 and the contribution of the influence toward the learning achievement is 28,47%.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya

penyususnan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keaktifan Belajar dan Motivasi

Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada

Topik Bahasan Operasi Aljabar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw II Tahun Ajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan, bantuan, dan bimbingan dari

berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku dekan FKIP.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada

penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, kritik, dan motivasi yang

diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Bapak Yusup Hidrianto P, S.Pd. selaku kepala SMP Kanisius Kalasan yang

telah memberikan izin untuk penelitian.

6. Bapak Y. Daru Putranta, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika yang

(11)

x

7. Siswa-siswi SMP Pangudi Kanisius Kalasan kelas VIII B dan VIII C, atas

kerjasamanya dalam membantu pelaksanaan penelitian.

8. Orangtuaku, Agus Hariyanto dan Edita Erniwati yang selalu memberikan

dukungan dan doa serta semangat pantang menyerah selama proses belajar

dan penyusunan skripsi ini.

9. Adikku, Rama Mizael Dwi Nugraha, yang selalu menghibur penulis dikala

sedih dan selalu mendoakan penulis dengan tulus.

10.Keluarga besarku yang ada di Sekolaq Darat, Samarinda, Banyuwangi,

Malang yang selalu memberikan doa dan dorongan.

11.Kakak Maria Anjelina Irawati Ule, yang selalu memberikan dorongan dan

senantiasa membantu penulis jika menghadapi kesulitan dalam belajar.

Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya.

12.Leonardo Chandra Pratama, yang rela meluangkan waktunya untuk mengantar

penulis dari mencari sekolah sampai melakukan observasi. Penyusunan skripsi

ini juga tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuannya.

13.Sahabat-sahabatku Dian, Nia, Ocep, Dewi dan Vita yang selalu memberikan

dorongan dan semangat.

14.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan

digunakan sebagai acuan penelitian.

(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUB LIKASI…………... vi

ABSTRAK………. vii

ABSTRACT……….. viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………. xviii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Pembatasan Masalah……… 6

D. Rumusan Masalah……… 6

E. Tujuan Penelitian………. 7

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI……….. 11

A. Belajar……….. 11

1. Pengertian Belajar……… 11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar………. 13

B. Hasil Belajar……… 18

C. Motivasi Belajar………... 20

1. Pengertian Motivasi Belajar ...………. 20

2. Jenis Motivasi Belajar ...……….. 23

3. Fungsi Motivasi Belajar ...……….……... 24

4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar ...……….. 25

D. Keaktifan Belajar ……… 25

1. Pengertian Keaktifan Belajar...………... 25

2. Kategori Keaktifan Belajar.……… 27

3. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar …………..……… 29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar …………... 30

E. Pembelajaran ...………. 32

1.Pembelajaran Kooperatif ... 32

a. Metode Jigsaw ………. 34

b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Tipe Jigsaw II.. 35

F. Operasi Aljabar……… 38

(14)

xiv

G. Penelitian Terdahulu……… 47

H. Kerangka Berpikir……… 48

I. Hipotesis……….. 49

BAB III METODE PENELITIAN……….. 50

A. Jenis Penelitian………. 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian………... 50

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Obyek Penelitian……….. 51

E. Variabel Penelitian………... 52

F. Instrumen Penelitian……… 53

1.Instrumen Pembelajaran ………. 53

2.Instrumen Motivasi Belajar ………. 53

3.Instrumen Keaktifan Belajar ……….. 55

4.Instrumen Hasil Belajar ……….. 56

G. Validitas dan Reliabilitas………. 56

1. Validitas………... 57

2. Reliabilitas………... 58

H. Metode Analisis Data ………. 60

1.Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ……….. 60

2.Analisis Korelasi ………. 60

(15)

xv

1.Sebelum Penelitian ……… 65

2.Selama Penelitian ……….. 67

3.Sesudah Penelitian ………. 79

B. Deskripsi Data……….. 79

1. Keterlaksanaan pembelajaran ………... 79

2. Motivasi Belajar ………. 80

3. Keaktifan Belajar..………. 81

4. Hasil Belajar ……….……….. 82

C. Inferensi……… 83

1. Uji Normalitas……….. 83

2. Uji Korelasi……….. 87

D. Pembahasan……….. 92

E. Keterbatasan Penelitian……… 93

BAB V PENUTUP……….. 95

A. Kesimpulan………... 95

B. Saran………. 96

DAFTAR PUSTAKA……… 98

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ……… 54

TABEL 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi …………...……… 55

TABEL 3.3 Indikator Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 55

TABEL 3.4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar …….………... 56

TABEL 3.5 Intepretasi Tingkat Validitas ………..…………. 58

TABEL 3.6 Intepretasi Tingkat Reliabilitas...…………..……….……... 59

TABEL 3.7 Kategori Keterlaksanaan RPP ... 60

TABEL 4.1 Validitas Kuesioner Motivasi ……….……. 68

TABEL 4.2 Validitas Tes Hasil Belajar ………..……… 69

TABEL 4.3 Reliabilitas ………..……… 69

TABEL 4.4 Data Keterlaksanaan RPP ………..…………. 80

TABEL 4.5 Data Motivasi …………...………... 80

TABEL 4.6 Data Keaktifan …….……….. 81

TABEL 4.7 Data Tes Hasil Belajar ……..………. 82

TABEL 4.8 Uji Normalitas Motivasi ……… 84

TABEL 4.9 Uji Normalitas Keaktifan ………...………. 85

TABEL 4.10 Uji Normalitas Hasil belajar ………. 86

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 48

(18)

xviii

LAMPIRAN A Halaman

1. RPP ………. L.1 2. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw ………... L.8 3. Uji Pakar Lembar Pengamatan Keaktifan …..………... L.13 4 Uji Pakar Kuesioner Motivasi ..………... L.15 5 Uji Pakar Soal Tes Hasil Belajar………... L.18 LAMPIRAN B

1. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi…… L.22 2. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas THB ………….……...L.25 LAMPIRAN C

1. Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Hasil Belajar..…………. L.27 2. Perhitungan Uji Normalitas Data Motivasi Belajar..………….. L.28 3. Perhitungan Uji Normalitas Data Keaktifan Belajar ...………... L.29 4. Perhitungan Uji Korelasi Motivasi dan Hasil Belajar…………. L.30 5. Perhitungan Uji Korelasi Keaktifan dan Hasil Belajar………… L.31 LAMPIRAN D

1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw II ... L.32

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas dunia pendidikan erat kaitannya dengan belajar dan mengajar.

Menurut W.S Winkel (2009:59) belajar adalah suatu aktivitas fisik, mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap, sedangkan “mengajar adalah proses interaksi

antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai

pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang benar-benar dipilih oleh guru”

(Herman Hudojo, 1980:18).

Seorang guru bertanggung jawab atas terselenggaranya proses

pembelajaran sesuai dengan target pencapaian belajar yang telah ditetapkan

oleh pemerintah yaitu berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Standar pelaksanaan proses pembelajaran tersebut tertera dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007

tentang Standar Proses untuk satuan pedidikan dasar dan menengah. Menurut

peraturan tersebut, pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan sebagai

berikut: “Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

(20)

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu menjalani Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di salah satu SMP di Yogyakarta, proses pembelajaran

matematika tidak berlangsung seperti yang diharapkan dalam Permendiknas

tahun 2007 tersebut. Dalam pembelajaran, guru memposisikan diri sebagai

satu-satunya pusat informasi. Materi yang disampaikan saat itu adalah materi

aljabar. Guru menyampaikan pelajaran dengan membacakan materi yang

berasal dari buku paket. Tidak ada interaksi timbal-balik diantara guru dan

siswa. Guru tidak melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun

informasi, tidak membimbing siswa untuk mendalami atau menganalisis

informasi dan tidak mengecek kemampuan siswa di akhir pembelajaran.

Beberapa siswa mengeluh bosan dan beberapa lainnya mengatakan masih

bingung dengan materi yang disampaikan. Menurut peneliti, hal tersebut

merupakan akibat dari proses pembelajaran yang kurang menantang siswa dan

kurang memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang seperti itu bisa menghambat kreativitas dan kemandirian

siswa karena siswa hanya menerima informasi tanpa mencari tahu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dan dua rekan peneliti lakukan

sebanyak dua kali di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan, menunjukkan

bahwa ada persamaan dalam proses pembelajaran antara salah satu SMP di

Yogyakarta dan SMP Kanisus Kalasan. Saat guru mengajar, sebagian siswa

(21)

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan, ada

siswa yang ngobrol dengan teman, menggambar di buku catatan, memainkan

pulpen dan terus melihat keluar kelas. Ketika diminta untuk mengerjakan soal

latihan, beberapa siswa malah tidak mengerjakannya, ada siswa yang bersikap

acuh tak acuh, ada siswa yang hanya diam saja dan ada pula yang berbincang

dengan teman sebangkunya. Namun, tidak semua siswa melakukan hal-hal itu.

beberapa siswa ada yang bertanya seputar materi, mencatat materi dari papan

tulis, dan ada pula yang menjelaskan materi kepada teman sebangkunya yang

tidak paham. Selama proses pembelajaran terkadang guru memberikan

pertanyaan untuk memancing siswa agar aktif dalam pembelajaran. Namun

tidak semua siswa aktif, hanya siswa tertentu yang aktif dalam pembelajaran

tersebut. Beberapa dari siswa yang aktif tersebut ternyata merupakan salah

satu siswa yang memiliki hasil belajar yang kurang baik. Hal ini peneliti

ketahui ketika peneliti melakukan wawancara.

Hasil wawancara peneliti kepada salah satu guru matematika di SMP

Kanisius Kalasan yang berlokasi di Jalan Tirto Martani, menurut guru

kemampuan matematika siswa masih kurang baik, terutama pada pokok

bahasan operasi hitung pada bentuk aljabar. Kesulitan siswa dalam

mempelajari aljabar terlihat dari hasil ulangan harian mereka saat di kelas VII

pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar. Kurang baiknya hasil

belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal

(Slameto, 2013;54). Jadi sangat banyak kemungkinan-kemungkinan yang

(22)

misalnya model pembelajaran yang diterapkan guru dan bisa dari faktor interal

misalnya motivasi dan keaktifan belajar siswa itu sendiri.

Aljabar sendiri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari

konsep penyederhanaan serta pemecahan masalah yang menggunakan simbol

atau huruf tertentu (Pandoyo dan Joko Musono, 1993:4). Aljabar juga

merupakan materi dasar untuk mempelajari materi lain seperti lingkaran dan

fungsi sehingga kemungkinan siswa akan mengalami kesulitan saat

mempelajari materi lain yang menggunakan operasi hitung pada bentuk

aljabar jika mereka tidak menguasainya.

Dari latar belakang yang sudah dijabarkan baik dari pengalaman PPL,

hasil observasi, juga hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa di kelas

VIII B memiliki hasil belajar yang kurang baik tentang materi operasi aljabar

saat di kelas VII. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal siswa. Seperti terlihat siswa kelas VIII B

menunjukkan keheterogenan. Mereka berbeda secara individu dalam hal

keaktifan, minat, motivasi, maupun hasil belajar. Beberapa permasalahan

menunjukkan bahwa sebagian siswa bosan dengan model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru. Kemudian kebanyakan dari siswa pasif dalam mengikuti

proses pembelajaran, namun ada juga siswa yang aktif. Hal ini terjadi karena

dalam proses pembelajaran jarang sekali siswa melewati proses diskusi yang

mengharuskan mereka untuk menemukan dan menggali informasi itu sendiri,

sehingga sangat jarang interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa,

(23)

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti memilih untuk menerapkan model

pembelajaran Jigsaw II di kelas VIII B karena menurut peneliti model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II mengharuskan setiap anggota

kelompok menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, pendapat,

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk bersama-sama

meningkatkan pemahaman setiap anggota kelompok. Dengan kata lain, model

pembelajaran Jigsaw II diharapkan bisa membuat semua siswa bisa turut serta

dan aktif dalam proses pembelajaran serta lebih memotivasi siswa karena

model pembelajaran ini mengharuskan siswa menggali informasi sendiri,

bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman

sekelompoknya. Kemudian melalui model pembelajaran Jigsaw II diharapkan

mereka bisa berkerjasama dan saling membantu satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh keaktifan dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa

kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan, dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang guru terapkan kurang menarik minat siswa

(24)

2. Kurangnya kemauan siswa untuk aktif saat proses pembelajaran

berlangsung dan hanya mengandalkan informasi dari guru

3. Rendahnya nilai ulangan harian siswa mengenai materi operasi aljabar

saat di kelas VII

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan karena keterbatasan

waktu dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada masalah pengaruh

keaktifan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII B

SMP Kanisius Kalasan pada topik bahasan operasi aljabar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

dalam pembelajaran matematika pada topik bahasan aljabar di kelas VIII

B SMP Kanisius Kalasan?

2. Adakah pengaruh keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius

Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe

(25)

3. Adakah pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius

Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan aljabar

di kelas VIII B SMP Kanisius Kalasan.

2. Mengetahui pengaruh keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius

Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II.

3. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius

Kalasan terhadap hasil belajarnya melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II.

F. Batasan Istilah

Pada penelitian ini, akan dijelaskan bebrapa istilah yang memiliki kaitan

dengan judul yang diambil agar tidak menimbulkan pemahaman yang

bebeda-beda. Adapun stilah yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Belajar

Belajar merupakan proses bagi sesorang untuk mendapatkan perubahan

(26)

permanen. Perubahan-perubahan tingkah laku ini diperoleh secara sadar

oleh seseorang yang belajar.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses

belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun

sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal. Sehingga dapat disimpulkan

pembelajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh seorang

guru agar terjadi suatu proses belajar terhadap siswa.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa, jadi setiap kelompok dibagi secara

nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa.

4. Jigsaw II

Jigsaw II adalah model pembelajaran yang mana siswa dikelompokkan

secara nonhomogen dan terdiri dari empat sampai enam siswa, kelompok

ini dinamakan kelompok asal (home team), kemudian masing-masing

anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari

suatu bab kemudian mempelajarinya bersama dengan anggota kelompok

lain yang memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian dari

suatu bab yang sama, kelompok ini dinamakan kelompok ahli (expert

team). Setelah semua kelompok ahli selesai mempelajari bagian dari bahan

(27)

menjelaskan satu bagian dari suatu bab yang mereka pelajari di kelompok

ahli.

5. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan fisik maupun mental yang

melibatkan intelektual-emosional siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran.

6. Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dari siswa yang

menimbulkan semangat atau keinginan untuk gigih dalam mencapai

keberhasilan belajar.

7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, pada

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang ke arah yang

lebih baik. Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah

perubahan tingkah laku pada kemampuan kognitif siswa.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk

mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan ke dunia

praktis. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau

dasar penelitian lanjutan mengenai pengaruh keaktifan dan motivasi

(28)

meningkatkan kompetensi dan kesiapan dalam pelaksanaan tugas sebagai

pengajar dan pendidik.

2. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

merancang proses pembelajaran agar guru senantiasa selalu

memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang

(29)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Slameto (2013:2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Lebih jauh Slameto merumuskan ciri-ciri tentang

perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut: a)Terjadi

secara sadar; b)Bersifat kontinu dan fungsional; c)Bersifat positif dan aktif;

d)Bukan bersifat sementara; e)Bertujuan dan terarah; dan f)Mencakup seluruh

aspek tingkah laku.

Menurut Herman Hudojo (1988:1) belajar merupakan kegiatan bagi setiap

orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,

dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena itu seseorang

dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu

proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Muhibbin Syah (2009:68) mendefinisikan belajar sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

(30)

kognitif. Sedangkan Hilgard dan Marquis (dalam Syaiful Sagala,

2014:13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang

terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya

sehingga terjadi perubahan dalam diri. Belajar juga dikatakan sebagai

rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan

pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan

karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2014:21).

Biggs (dalam Muhibbin Syah,2003:67) mendefenisikan belajar dalam tiga

rumusan, yaitu (a)Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar

berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan

fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut

berapa banyak materi yang dikuasai siswa; (b)Secara institusional (ditinjau

dari kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap

penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti intitusional

yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya

dengan proses mengajar. Ukurannya adalah, semakin baik mutu mengajar

yang dilakukan guru, akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang

dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai; (c)Secara kualitatif (ditinjau dari

mutu), belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar

(31)

berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi

siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi karena adanya

interaksi seseorang dengan lingkungannya. Interaksi seseorang dengan

lingkungannya menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak semua perubahan tingkah laku

adalah hasil dari belajar, karena perubahan tingkah laku dalam belajar

haruslah disadari oleh seseorang yang belajar, berkesinambungan dan

berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu, perubahan tingkah laku

tersebut juga bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari individu yang

belajar, dan bersifat permanen, terarah, dan perubahan yang terjadi meliputi

keseluruhan tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai

faktor yang memengaruhinya. Muhibbin Syah (2012:156) merumuskan

faktor-faktor tersebut, sebagai berikut:

a. Faktor Internal Siswa

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor

(32)

1) Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi

fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar,

terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan

mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Proses belajar,

merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat menangkap dunia

luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar

adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa

perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun

secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang

memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan

telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain

sebagainya.

2) Psikologis

Faktor–faktor psikologis adalah kedaan psikologis seseorang yang

dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi,

sikap, bakat minat dan motivasi siswa. Terutama dalam penelitian ini,

(33)

siswa. Slameto (2013:56-59) menambahkan faktor-faktor psikologis

lain yang memengaruhi belajar diantaranya perhatian, kematangan dan

kesiapan

b. Faktor Eksternal Siswa

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor

eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Muhibbin Syah

(2003:102) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi

belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan

sosial dan faktor lingkungan non-sosial

1) Lingkungan sosial

a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi

siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik

dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat

menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan

siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga

(34)

kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam

alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua,

demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,

semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau

adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas

belajar dengan baik.

2) Lingkungan Non-Sosial

a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak

terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan

alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi

aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam

tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan

(35)

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain

sebagainya.

c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu

juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru

harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar

yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

d) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar adalah segala cara

atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan

dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada sangat banyak

faktor-faktor yang memengaruhi belajar. Faktor-faktor-faktor tersebut dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, faktor yang berasal

dari luar diri, dan faktor pendekatan belajar. Semua faktor-faktor ini berkaitan

satu dengan yang lainnya. Faktor internal meliputi faktor psikologi dan faktor

fisiologi siswa, faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan

lingkungan non sosial siswa, dan faktor pendekatan belajar berkaitan dengan

(36)

B. Hasil Belajar

Abdurarahman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2012:14) meyatakan hasil

belajar sebagai kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Agus Suprijono (2009:5) menyatakan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2009:37) menyatakan hasil belajar sebagai

kemampuan yang diperoleh individu setelah melalui kegiata belajar. Meskipun

secara teoritis belajar menghasilkan perubahan tingkah laku, namun tidak semua

perubahan tingkah laku individu dianggap hasil belajar.

Menurut Muhabbin Syah (2003:118), karakteristik hasil belajar yang

diharapkan adalah: (a)Perubahan itu intensional; dilakukan dengan sengaja dan

disadari, bukan sebuah kebetulan; (b)Perubahan itu positif-aktif; positif artinya

baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan dan aktif artinya tidak terjadi dengan

sendirinya, tetapi dengan usaha; (c)Perubahan itu efektif-fungsional; membawa

pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.

Menurut Gagne (dalam Winkle, 1989:72) hasil belajar merupakan suatu

kemampuan internal (capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan

memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu

(performance). Gagne merumuskan lima kategori besar dari kemampuan manusia

berkenaan dengan hasil belajar yaitu: (1) informasi verbal yaitu pengetahuan yang

(37)

Pengetahuan ini diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan dan

tertulis; (2) keterampilan intelektual, yaitu kemapuan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri menggunakan simbol-simbol (huruf, angka,

kata, gambar) dan gagasan-gagasan; (3) Strategi kognitif, yaitu suatu macam

keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi

belajar dan berpikir. Dalam teori belajar modern, strategi kognitif merupakan

suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk

memilih dan mengubah cara-cara memberi perhatian, belajar, mengingat,

berpikir; (4) keterampilan motorik, yaitu cirri khas dari keterampilan motorik

ialah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan

berjalan dengan lancar dan supel; (5) sikap, merupakan pembawaan yang dapat

dipelajari dan dapat memengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian

atau makhluk hidup lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang diperoleh secara sadar, bersifat positif-aktif, membawa pengaruh

dan manfaat bagi pebelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup aspek kognitif

(38)

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berawal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan/mendesak (Sardiman, 2014:73). Menurut Mc. Donald dalam

Sardiman (2014:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan

suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam individu itu sendiri (motivasi

intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Kompri,2015:3).

Menurut Abin Syamsudin (2004:37), motivasi merupakan suatu kekuatan atau

suatu kedaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk

bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari.

Menurut Muhibbin Syah (2003:151) pengertian dasar motivasi adalah

kedaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Sedangkan menurut Hamzah B.Uno (2008:3) istilah motivasi berasal dari kata

motif yang artinya kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang

(39)

secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku

tertentu. Dikatakan juga bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Maslow dalam Robert E. Slavin (2011:102-103) mengajukan teori tentang

motivasi manusia berdasarkan dari hirarki kebutuhan. Kebutuhan terendah

yang ada dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling dominan. Dengan

kata lain, ketika seseorang memiliki beberapa kebutuhan, prioritas kebutuhan

ada pada kebutuhan yang terendah. Ketika kebutuhan terendah itu terpenuhi,

maka kebutuhan baru pun muncul. Begitu seterusnya dengan urutan sebagai

berikut: (1)Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan

paling mendasar dari manusia yang antara lain meliputi kebutuhan untuk

bernafas, makan, minum, seks, tidur, eksresi, keseimbangan hormonal, dsb.

Contohnya, sulit bagi kita untuk duduk dan belajar apabila rasa lapar, lelah

dan kantuk berlebihan menyerang; (2)Kebutuhan akan kemanan. Kebutuhan

akan rasa aman meliputi pengertian bebas dari rasa takut, seperti misalnya

takut akan lingkungan yang tidak aman, terancam secara sosial, takut

kehilangan sesuatu, dsb. Kebutuhan ini biasanya terlihat jelas pada anak-anak,

seperti misalnya rasa takut akan orang asing. Kebutuhan akan rasa aman ini

biasanya terpenuhi pada kebanyakan orang dewasa yang tinggal di lingkungan

(40)

kebutuhan ini adalah aspek afeksi dari manusia. Setelah kebutuhan fisiologis

dan rasa aman terpenuhi, manusia sebagai makhluk sosial akan merasa perlu

memenuhi kebutuhannya akan kedekatan dengan orang lain, seperti rasa

pertemanan, kekeluargaan, dan kedekatan seksual; (4)Kebutuhan akan diakui

dan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk diakui adalah kebutuhan untuk

diakuinya kemampuan diri dalam hubungan dengan orang lain, sedangkan

aktualisasi diri diartikan sebagai keinginan untuk menjadi lebih dan lebih

sesuai jati diri kita, untuk menjadi apapun yang mampu kita capai;

(5)Kebutuhan keimanan yaitu kebutuhan yang kaitannya dengan Tuhan.

Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi belajar adalah proses yang

memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Perilaku yang

dimaksud adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dipandang sebagai keseluruhan daya

penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arahan pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gaiarah, merasa senang

dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman A.M,

(41)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan

perubahan energi yang berasal dari dalam diri individu atau dorongan yang

mendasari seorang individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang

menimbulkan semangat belajar, terarah dan kegigihan untuk belajar.

2. Jenis Motivasi

Sumadi Suryabrata (2014:72-73) membedakan motivasi menjadi dua

jenis, yaitu motivasi-motivasi intrinsik dan motivasi-motivasi ekstrinsik:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi instrinsik adalah atau keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri, yang mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk

didalamnya perasaan siswa menyenangi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut. Motivasi ini memberi pengaruh yang relatif lebih

kuat dan bertahan lama.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya rangsangan dari luar. Pujian dan hadiah, peraturan, teladan

merupakan contoh motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa belajar

(Sardiman A.M,2005:90).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah

motivasi yang berasal dari dalam diri individu dan memiliki peran yang

(42)

kuat dan bertahan lama. Namun bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak

penting. Motivasi yang berasal dari luar individu ini juga diperlukan ketika

keadaan siswa dinamis, berubah-ubah, dan mungkin proses belajar-mengajar

kurang menarik.

3. Fungsi motivasi

Motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan memengaruhinya serta

mengubah kelakuan. Menurut Agus Suprijono (2009:163) motivasi bertalian

erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai

fungsi a) mendorong peserta didik untuk berbuat; b) menentukan arah

kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; dan

c) menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan

apa yang harus dicapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi

kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Oemar Hamalik (2015:161) menambahkan fungsi penggerak, yaitu

motivasi berfungsi sebagai mesin, dalam artian besar kecilnya motivasi akan

menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi

sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Dengan kata lain,

dengan adanya usaha yang tekun, terutama didasari adanya motivasi, maka

(43)

4. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi

Menurut A. M Sardiman (2005:83) motivasi yang ada pada diri setiap

orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama, tidak akan berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukan minat terhadap berbagai persoalan

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu

saja sehingga kurang kreatif

f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi akan menjadi sangat

bersemangat dalam melakukan suatu hal tanpa paksaan. Pada siswa akan

ditunjukkan dengan hasil belajar yang optimal.

D. Keaktifan Belajar

1. Pengertian keaktifan belajar

Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar

yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam

(44)

dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya

keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika

dibutuhkan. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat

berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang

yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu (dalam Aunurarahman,

2012:119).

Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki

intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya

sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti, akan tetapi terlibat

langsung saat melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau

mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa

aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Suatu tindakan tertentu

dapat tumbuh subur menjadi kebisaaan bilamana didukung dengan motivasi

atau keiinginan yang kuat untuk melakukan secara terus-menerus (dalam

Aunurarahman, 2012:121-122).

Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat

(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 17). Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan

atau kesibukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di

luar sekolah yang menunjag keberhasilan belajar siswa. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006) (dalam skripsi Ana Karisma, 2015:36) keaktifan adalah

(45)

Sedangkan menurut Sardiman (2001:98) keaktifan adalah kegiatan yang

bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu

kegiatan fisik maupun mental yang melibatkan intelektual-emosional siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa keaktifan belajar

ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,

emosional dan fisik jika dibutuhkan.

2. Katagori keaktifan

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.

Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim di

sekolah-sekolah tradisional. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar

(Sardiman, 2014:101) adalah sebagai berikut 1) visual activities, yang

termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) oral activities, seperti

menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,

mengadakan wawancara, diskusi; 3) listenting activities, sebagai contoh

mendengarkan percakapan, diskusi, musik, pidato; 4) writing activities,

seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; 5) drawing

activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) motor

(46)

membuat konstruksi, bermain; 7) mental activities, sebagai contoh misalnya:

menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil

keputusam; 8) emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergaiarah, tenang.

Nana sudjana (2016:61) menyatakan salah satu penilaian proses

belajar-mengajar adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar-mengajar keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal (1)

turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam

pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak

memahami persoalan yang diihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan

diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) menilai kemampuan

dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (7) melatih diri dalam memecahkan

soal atau masalah yang sejenis; dan (8) kesempatan menggunakan atau

menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam kegiatan menyelesaikan tugas

atau persoalan yang dihadapinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat

dari berbagai hal seperti saat siswa memperhatikan, mendengarkan,

berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya, keberanian siswa, dan memecahkan

(47)

3. Jenis-jenis keaktifan belajar

Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat banyak.

Mohammad Ali membagi jenis-jenis keaktifan siswa dalam proses belajar

tersebut menjadi delapan aktivitas, yaitu:

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sngat menonjol mendengar dan

melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam

ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, siswa dapat menyerap dan belajar 8% dari pengelihatannya.

Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti

peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam

belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu

dengar dan pandang atau yang sering dikenal dengan istilah alat peraga.

c. Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang

dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai

bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang

dikecap.

e. Meraba, dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan yang

lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengelolah ide siswa melakukan proses berpikir

(48)

g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang

kompleks ditunjang dengan kegiatan belajar melalui pernyataan atau

mengekspresikan ide.

h. Melakukan latihan, kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk

membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan melalui

latihan-latihan.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembanggkan bakat yang dimilikinya. Peserta didik juga dapat berlatih

untuk berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa

sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta

didik dalam proses pembelajaran.

Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Gagne dan Briggs dalam

Martinis (2007:84) menyebutkan faktor-faktor yang dapat menuimbuhkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu 1) memberikan motivasi

atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam

kegiatan pembelajaran; 2) menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan

dasar kepada peserta didik); 3) mengingatkan kompetensi belajar kepada

peserta didik; 4) memberikan stimulasi (masalah, topik dan konsep yang akan

(49)

6) memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran; 7) memberikan umpan balik (feedback); 8) melakukan

tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan peserta didik

selalu terpantau dan terukur; 9) menyimpulkan setiap materi yang

disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada

saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman

(2009:26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan

waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan

partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta

berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar

yang akan dicapai. Selain memperbaiki keterlibtan siswa atau keaktifan siswa

dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam

belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang terlibat dan

menyelidiki penyebab dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan meningkatkan usaha dan

keinginan siswa untuk berpikir secara altif dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan

dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pemberian motivasi atau

menarik perhatian siswa, memberikan feedback, memberikan stimulus dan

(50)

satu caranya dengan abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar

mengajar, pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar

yang akan dicapai.

E. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta

didik. Diantara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju

target yang diharapkan (Trianto, 2009:17). Slavin menyatakan bahwa dalam

proses pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan menjadi pusat kegiatan

pembelajaran di kelas (dalam Muhammad Faturrohman, 2015:44). Dalam proses

pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku

terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil

yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurut Wragg

pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk

mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, konsep, nilai

dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang

diinginkan (dalam Asep Jihad, 2013:12).

1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berlandaskan paham konstruktivisme. Menurut Slavin (dalam Trianto,

(51)

kognitif yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.

Kemudian Slavin juga mengatakan bahwa pendekatan konstruktivis dalam

pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar

teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah itu dengan temannya (dalam Trianto, 2010: 74). Model pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama

antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan guru berperan

sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

pemahaman yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran yang mengupayakan tiap individu menyimpang

pencapaian tujuan individu lain guna mencapai tujuan bersama. Dengan kata

lain, pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan

pendekatan melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai cukup banyak tipe model

pembelajaran, diantaranya ada STAD (Student Teams Achievement

Devisions), TGT (Teams Games Tournaments), Snowball Throwing, Jigsaw,

(52)

Investigation), CI (Complex Instruction) dan masih banyak lagi. Lebih jauh

dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pembelajaran tipe Jigsaw II.

a. Metode Jigsaw II

Jigsaw adalah model pembelelajaran kooperatif yang didesain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Jigsaw pertama kali

dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan

teman-temannya di Universitas Texas. Metode ini dikenal dengan Jigsaw

orisinil. Menurut Slavin (2016:245), dalam Jigsaw orisinil, para siswa

membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman

satu timnya. Ini bermanfaat untuk membantu para ahli menguasai

informasi sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap

anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit,

bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus

dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah yaitu

Jigsaw II (Slavin, 2016:237). Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa

semua siswa membaca semua materi terlebih dahulu.

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto,2009:74-75)

(53)

heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang memwakili

seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnis. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit,

dan diberikan lembar ahli yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang

harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka

membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang

berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam

kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh

menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara

bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang

terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh

topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2016:237).

b. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe JigsawII

Metode mengajar tipe Jigsaw ini mengharuskan siswa untuk aktif

karena keaktifan siswa sangat dibutuhkan (Imas Kurniasih dan Berlin

Sani, 2016:24).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran

tipe Jigsaw II menurut Slavin (2016:66-67) adalah sebagai berikut:

1) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.

(54)

dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri,

kritis, kooperatif dalam model pembelajaran ini. Peserta didik diminta

belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran

keseluruhan dari konsep.

2) Pengelompokan

Misalkan dalam kelas ada 30 orang siswa, yang kita tahu

kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking. Selanjutnya kita

membagi menjadi 5 grup (A-E) dengan isi tiap-tiap grupnya heterogen

dalam kemampuan matematikanya.

Tiap grup akan berisi : Grup A (A1 ,A2 ,A3 ,A4 ,A5 ,A6); Grup B

(B1, B2, B3, B4, B5, B6); Grup C (C1, C2, C3, C4, C5, C6); Grup D

(D1, D2, D3, D4, D5, D6); dan Grup E (E1, E2, E3, E4, E5, E6)

3) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan

mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert,

berdasarkan indeksnya.

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1)

Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2)

Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3)

Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4)

(55)

Kelompok 6 (A6, B6, C6, D6, E6)

Tiap kelompok ini diberi konsep matematika sesuai dengan

kemampuannya. Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang

diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup

sebagai tim ahli. Tentunya peran pendidik cukup penting dalam fase

ini.

4) Diskusi kelompok ahli dalam grup

Expertist (pesera didik ahli) dalam konsep tertentu ini,

masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5)

memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya

mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan kehliannya

kepada grupnya masing-masing, satu persatu dalam proses ini

diharapkan akan terjadi sharing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah:

1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap

anggota tim mempelajari materi yang diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru merupakan tanggung jawab

bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota

menguasai konsep.

(56)

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak mengganggu grup

lain.

5) Akhiri diskusi dengan merayakannya agar memperoleh kepuasan.

5) Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tertulis untuk dikerjakan oleh

siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini

siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat

duduknya agak dijauhkan.

6) Penghargaan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor

peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh

siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui

rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin

maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa

memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis

mereka melampaui skor dasar mereka.

F. Operasi Aljabar

Aljabar adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari konsep

penyederhanaan serta pemecahan masalah yang menggunakan simbol atau huruf

(57)

1. Bentuk aljabar dan unsur-unsurnya

Menurut Dewi Huharini dan Marsigit (2009:2) bentuk aljabar adalah suatu

bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk

mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk seperti + disebut bentuk aljabar.

Contoh bentuk aljabar yang lain adalah , – , + , – + , +

– , dan – – + . Huruf-huruf , , dan pada bentuk aljabar tersebut disebut variabel.

Selanjutnya, pada suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi

variabel, konstanta, faktor, suku sejenis, dan suku tak sejenis (Endah Budi

Rahayu, 2008:2).

a. Variabel, konstanta dan faktor

Pada bentuk aljabar + + – + , huruf dan disebut variabel. Menurut Dewi Nuharini (2008:5) variabel adalah lambang

pengganti suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas.

Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan

huruf kecil a, b, c, ..., z.

Adapun bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta.

Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 merupakan tabel kisi-kisi kuesioner motivasi. Kuesioner
Tabel 3.1 Kisi-kisi Koesioner Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengantisipasi kemajuan di bidang industri, maka diperlukan suatu ilmu ergonomi yang bermanfaat untuk menganalisa perancangan dan pengembangan sistem kerja..

Sebagai maiiasiswa

Observasi ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam perumusan program PPL yang akan dilaksanakan, mengetahui kondisi dan situasi kelas pada saat proses pembelajaran

Faktor pendukung yang menonjol dalam kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri Balerejo 1 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, adalah dukungan guru walaupun guru

Bila dua gelombang terjadi bersamaan, maka kedua gelombang mengalami penggabungan atau berinterferensi, semakin lebar jarak antar bandul (sumber gelombang), maka jarak antar

Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis aspek kognitif menurut TIMSS yang telah ditentukan pada soal-soal latihan matematika prosentase soal knowing (pengetahuan)

Terdapat perbedaan tingkat produksi padi dari yang diharapkan dibandingkan dengan kondisi dilapangan, menjadi sebuah tanda Tanya sehingga ditarik satu variable

Hybrid DS/FH spread spectrum memiliki kehandalan yang sangat baik terhadap jamming yang berupa singletone jamming dan multitone jamming terbukti pada pengujian