ABSTRAK
Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.
ABSTRACT
Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards
the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.
The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson
Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The
content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.
The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about
89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is
shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of
student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4)
the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is
about 7,69%.
1
PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN
LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK
KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN
LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK
KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Akan ada akhir yang indah dari sebuah perjuangan.
Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi anda rasakan dalam semenit,
sehari atau setahun. Namun, jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.
(Lance Amstrong)
Dengan kerendahan hati dan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu member kekuatan, menyertai dan
menuntun setiap langkahku;
Kedua orangtuaku : Bapak M. Sugiyanto dan Ibu F.F Astanti yang selalu
mendoakan, mendukung dan memberi semangat.
Kakak-kakakku dan adik-adikku: mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud,
mas Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu menjadi penyemangatku;
vii
ABSTRAK
Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.
viii
ABSTRACT
Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The
Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.
The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.
The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about 89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is about 7,69%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan
kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak sekali bantuan baik materi maupun non
materi yang diberikan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA;
3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika;
4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik;
5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyusunan
skripsi ini;
6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah
membimbing, membantu dan memberikan ilmu selama penulis belajar di
x
7. Ibu Y. Puji Rahayu, S.Pd., selaku kepala SMPK Kemasyarakatan Kalibawang
yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian;
8. Ibu Susana Tri Indaryati, S.Pd., selaku guru bidang studi matematika di SMP
Kemasyarakatan Kalibawang yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini;
9. Siswa-siswi kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang yang telah
membantu dan bersedia bekerjasama selama penelitian berlangsung;
10.Kedua orangtuaku tercinta, mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud, mas
Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu mendoakan, memberi
semangat, dan memberi dukungan baik materi maupun non materi;
11.Sahabat-sahabatku Veni, Naldis, Reta, Pebri, Singgih, Neri, Kristyantari yang
telah membantu serta selalu memberi dorongan dan semangat;
12.Teman-temanku Imak, Elisa, Asih, Orin, Fransis, mbak Sita, Vita, Vivin, bang
Yos, mas Abi, Yupek, Manda, Patrik, Niken, Rosi, Igor untuk dukungannya;
13.Perkumpulan Dharma Putri yang telah membantu dan memberi dukungan baik
materi maupun non materi.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat
digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 5 Agustus 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii
HALAMAN PENGESAHAN………..…...iii
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………...vi
ABSTRAK………..vii
ABSTRACT………...………..………viii KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR………..……….xv
DAFTAR TABEL………..xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah...………..………5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian………..…….……….6
F. Batasan Istilah ... 7
G. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
xii
A. Belajar ... 10
B. Pembelajaran Kooperatif…………...……….17
C. Motivasi ... 30
D.Keaktifan Belajar ... 35
E. Hasil Belajar...…….………….……….………..…………..40
F. Penelitian Terdahulu ... 42
G. Materi Pembelajaran ... 43
H. Kerangka Berpikir………...……….………..51
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 53
A. Jenis Penelitian ... 53
B. Subyek dan Objek Penelitian………...………..53
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54
D.Variabel Penelitian ... 55
E. Instrumen Penelitian………...………..…...….……….56
1. Instrumen Pembelajaran……….………56
2. Instrumen Motivasi Siswa………..57
3. Instrumen Keaktifan………...57
4. Instrumen hasil Belajar………...58
F. Teknik Pengumpulan Data... 58
1. Observasi…...……….58
2. Tes…………..………59
3. Wawancara……….59
xiii
1. Validitas………...………..59
2. Reliabilitas………..61
3. Uji Coba Instrumen……….………...61
H. Metode Analisis Data..………...………...65
1. Kelayakan Analisis……...………..65
2. Analisis Keterlaksanaan RPP……….65
3. Analisis Data Keaktifan Siswa………...66
4. Analisis Data Motivasi Siswa………67
5. Analisis Data Hasil Belajar Siswa………..68
6. Analisis Korelasi………68
7. Regresi Linear………69
BAB IVANALISIS KELAYAKAN, DESKRIPSI DATA DAN INFERENSI ... 71
A. Kelayakan Analisis... 71
B. Deskripsi Data…….…………...………..………..71
1. Metode Pembelajaran……….72
2. Keaktifan………72
3. Motivasi Belajar………..………...75
4. Hasil Belajar………...78
C. Inferensi ... 82
Korelasi……...………..82
D.Regresi Linear ... 85
xiv
2. Korelasi Antara Keaktifan TerhadapHasil Belajar………...88
3. Korelasi Antara Motivasi Terhadap Hasil Belajar………...88
4. Regresi Linear………...89
F. Pendalaman Analisis ... 89
BAB V KESIMPULAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran…...………...………....………..………….…101
xv
DAFTAR GAMBAR DAN HISTOGRAM
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow………..32
Gambar 2.2 Prisma Tegak………...44
Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma Segitiga………..45
Gambar 2.4 Jaring-jaring Prisma Segiempat….………..45
Gambar 2.5 Jaring-jaring Prisma Segilima.………..……..46
Gambar 2.6 Prisma tegak Segitiga………..46
Gambar 2.7 Prisma Tegak……….………..……..………..47
Gambar 2.8 Jaring-jaring Limas Segitiga……….……..49
Gambar 2.9 Jaring-jaring Limas Segiempat………49
Gambar 2.10 Limas Segiempat……….50
Gambar 2.11 Kubus………...50
Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir………52
Histogram 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Siswa……….75
Histogram 4.2 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Siswa………..78
Histogram 4.3 Distribusi Frekuensi DataHasil Belajar………...81
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif………..20
Tabel 2.2 Poin Kemajuan…………...………..………..…....29
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok………29
Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar………...…………..57
Tabel 3.2 Validitas Tes Hasil Belajar…………...……….62
Tabel 3.3 Validitas Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta……...………...…….63
Tabel 3.4 Validitas Kusioner Motivasi Berdasar Opini………...63
Tabel 3.5 Katagori Keterlaksanaan RPP………...…………65
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta………...67
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Opini…………...……..68
Tabel 4.1 Data mentah Keterlaksanaan RPP……….72 Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Keaktifan Siswa………...73 Tabel 4.3 Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa………74
Tabel 4.4 Data mentah Skor KuesionerMotivasi...………75
Tabel 4.5 Frekuensi data kuesioner motivasi belajar siswa…..………...77
Tabel 4.6 Data Mentah Skor Hasil Tes Evaluasi………...……....78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Silabus……….104
Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP).………109
Lembar Kerja Siswa………117
Kuesioner Motivasi………..121
Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP………..125
Lembar Pengamatan Keaktifan………...127
LAMPIRAN B Kuis……….131
Tes hasil belajar………..136
LAMPIRAN C Validitas Pakar………140
Validitas butir soal dan kusioner……….146
Reliabilitas ………..164
LAMPIRAN D Perhitungan Korelasi………....173
xviii LAMPIRAN E
Contoh hasil pengamatan pembelajaran………..184
Contoh hasil pengamatan keaktifan……….188
Contoh hasil kuesioner……….195
Contoh hasil pekerjaan siswa………...203
LAMPIRAN F Skor perhitungan Perkembangan tim...210
Foto-foto penelitian...211
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Dalam pendidikan itu terjadilah proses belajar yang dapat
menambah pengetahuan. Belajar adalah proses perubahan, yaitu perubahan
tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhannya (Slameto, 2013:2). Lebih jelasnya belajar
adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan pengajar
dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, oleh
karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam belajar (Slameto, 2013:2). Belajar bukan hanya sekedar
menghafal. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu.
Sekolah merupakan salah satu tempat belajar. Kegiatan pembelajaran
dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu siswa dan guru. Perilaku guru adalah
mengajar dan siswa adalah belajar. Sedangkan mengajar dilukiskan sebagai
proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan
dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru itu
hendaknya relevan dimiliki siswa. Dengan demikian mengajar adalah untuk
melihat bagaimana proses belajar berjalan (Herman Hudoyo,1980:18).
Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari,
bertanya, menalar dan bahkan mendebat. Guru hanya membimbing,
menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan
untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa
(Slameto, 2013:30). Karenanya guru harus dengan aktif mencari hal-hal yang
dapat digunakan untuk merangsang dan membangkitkan minat siswa. Untuk
itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar
sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar seperti memilih
metode yang tepat dan efektif dalam pembelajaran. Cara penyajian bahan
pelajaran yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
adalah sikap dan motivasi. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan
sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta
menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap adalah
kesediaan untuk merespon terhadap suatu situasi (Slameto, 2013:188). Sikap
siswa dalam menerima pelajaran sangat beragam. Menurut Oemar Malik
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk
suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai
tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang
kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk
mencapainya.
Berdasarkan observasi di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan
Kalibawang, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam
menyampaikan materi. Pembelajaran di awali dengan guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini bertujuan agar
membangkitkan semangat belajar dan rasa ingin tahu siswa. Dalam
menyampaikan materi, guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
membantu dalam pemahaman konsep. Hal ini dilakukan guna membangkitkan
partisipasi aktif dari siswa. Namun, tak banyak siswa yang merespon dan
menjawab pertanyaan dari guru. Beberapa siswa menjawab dengan suara yang
pelan dan nampak tidak percaya diri dengan jawabannya. Rata-rata siswa
yang aktif selama tiga kali observasi yaitu sebesar 18,75%.
Dalam proses pembelajaran, guru memberikan latihan soal. Latihan
soal diberikan bertujuan agar para siswa lebih memperdalami materi yang
diberikan. Kebanyakan siswa takut bertanya kepada guru ketika mereka
juga siswa yang tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan. Mereka asyik
bergurau dengan teman sebangkunya. Di saat guru menjelaskan pun,
terkadang cenderung tidak memperhatikan. Dapat dikatakan bahwa motivasi
belajar siswa rendah. Selain latihan soal, guru juga memberikan pekerjaan
rumah agar siswa mendapat banyak kesempatan untuk latihan soal. Pekerjaan
rumah selalu dibahas bersama-sama.
Sikap siswa saat proses pembelajaran beragam. Ada beberapa siswa
yang memperhatikan penjelasan guru akan tetapi siswa belum menunjukkan
sikap aktif dalam pembelajaran. Beberapa siswa kurang antusias saat
pembelajaran berlangsung. Mereka gaduh, bercanda dengan teman-temannya
dan tidak fokus dalam pembelajaran. Kesiapan mereka dalam menerima
pembelajaran matematika juga kurang. Ini terlihat ketika pelajaran akan
dimulai. Kebanyakan siswa belum menyiapkan buku-buku yang digunakan.
Sepanjang perjalanannya proses pembelajaran tidak sepenuhnya
mengalami kemajuan melainkan ada kendala-kendala yang harus dihadapi.
Pembelajaran di SMPK Kemasyarakatan Kalibawang belum menunjukkan
siswa yang aktif. Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran dan motivasi
belajar siswa rendah. Oleh karena itu diperlukan model mengajar yang lain
yang dapat menumbuhkan sikap aktif dan motivasi yang tinggi pada diri
siswa. Menumbuhkan sikap aktif dari diri siswa dapat disiasati dengan
tipe Jigsaw II merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan diyakini mampu mengaktifan siswa. Itulah sebabnya
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh keaktifan
dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP
Kemasyraktan Kalibawang pada topik bahasan prisma dan limas dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran berpusat pada guru.
2. Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
3. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
4. Rendahnya konsentrasi siswa untuk mendengarkan instruksi dan
penjelasan dari guru saat diminta untuk mengerjakan latihan soal.
5. Beberapa siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan latihan soal.
6. Motivasi belajar yang rendah.
7. Beberapa siswa yang lebih membuat kegaduhan di dalam kelas.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka penelitian ini
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang
pada topik bahasan prisma dan limas dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan prisma dan limas di
kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang?
2. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap
keaktifan siswa?
3. Adakah pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?
4. Adakah pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma
2. Mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
terhadap keaktifan belajar siswa.
3. Mendeskripsikan pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
4. Mendeskripsikan pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
F. Batasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Belajar adalah adalah proses interaksi antara individu dan individu,
individu dengan pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya
terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan.
3. Pembelajaran Kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
4. Jigsaw II adalah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan secara
heterogen dalam kemampuan dan masing-masing anggota kelompok
ditugaskan menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari materi tersebut.
5. Keaktifan belajar, keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
6. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu
tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
tujuan yang diinginkan.
7. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Perubahan tersebut dapat
berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun maanfaatnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai latihan penulisan karya ilmiah. Dalam penelitian
dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga kelak ketika menjadi guru dapat
diterapkan dalam pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih
kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan,
materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran. Sehingga
pembelajaran menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa untuk
memperhatikan pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan prestasi
siswa.
3. Bagi FKIP Universitas Sanata Dharma
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai khasanah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa FKIP program studi pendidikan matematika
atau sebagai salah satu referensi dalam menulis tugas akhir yang
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Slameto, 2013:2). Perubahan-perubahan tersebut
akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya
karena itu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.
Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2011:2), belajar dapat
didefinisikan sebagai proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman.
Arthur S. Reber (dalam Muhibbin Syah, 2008:66), membatasi
pengertian belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup (Eveline Siregar &Hartini
Nara, 2010:3). Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut
menyangkut perubahan yang berisifat kognitif, psikomotor dan afektif.
Belajar secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan pada
individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan
atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir
(Trianto, 2009:16). Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik
disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan
menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungan sebagai sumber belajarnya (Trianto, 2009:12). Jadi, belajar di
sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu
menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru,
serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto,
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan
pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam belajar. Perubahan yang
terjadi bersifat relatif menetap.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar
Menurut Muhhibin Syah (2008:144-155), secara global faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga
macam, yakni:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor
internal ini meliputi dua aspek yaitu:
1) Aspek Fisiologis ( yang bersifat jasmaniah)
Keadaan jasmani seseorang dapat mempengaruhi semangat dan
perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang
lemah dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Kondisi
oragan-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan di dalam kelas.
2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas
dan kualitas yang diperoleh siswa saat belajar. Namun, di antara
faktor-faktor psikologis itu, yang pada umumnya mempengaruhi
belajar adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi Siswa
Menurut Reber, intelegensi pada umumnya dapat
diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
cara yang tepat (Muhibbin Syah, 2008:147). Tingkat
kecerdasan siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa, maka
semakin besar peluang siswa untuk berhasil dalam
pembelajaran. Sedangkan semakin rendah tingkat kecerdasan
siswa, maka semakin kecil peluang untuk berhasil dalam
belajar.
b) Bakat siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
mempunyai bakat masing-masing, yang mungkin tidak dimiliki
oleh orang lain. Bakat tersebut berpotensi untuk mencapai
prestasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
c) Sikap siswa
Sikap merupakan suatu bentuk kesiapan untuk
merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu. Sikap siswa yang
positif seperti mendengarkan, dan merespon, terutama kepada
guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya,
sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran dapat
menimbulkan kesulitan belajar siswa.
d) Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Pemusatan perhatian
yang intensif terhadap materi yang memungkinkan siswa untuk
giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong individu tersebut untuk melakukan
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) motivasi intrinsik ;
2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorong melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan
kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib
sekolah, suri teladan orang tua, guru merupakan contoh-contoh
konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk
belajar. Motivasi belajar yang rendah akan menyebabkan
kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Faktor eksternal ini terdiri dari dua macam yakni: faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar adalah orang tua dan anggota keluarga itu sendiri. Sifat dan
cara didikan orang tua, keadaan keluarga dapat memberi dampak
baik atau buruk terhadap kegiatan belajar. Selain keluarga juga
lingkungan sekitar tempat tinggal. Ini akan sangat berpengaruh
guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
2) Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar
dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa
dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi
tertentu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor dari dalam
diri siswa, faktor dari luar dan faktor pendekatan belajar. Faktor dalam diri
siswa meliputi faktor jasmaniah dan rohaniah. Faktor dari luar meliputi faktor
sosial dan faktor non sosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar meliputi
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya terjadi
komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan (Trianto
,2009:17).
1. Pengertian pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme, di mana teori kontruktivisme memahami belajar sebagai
proses pembentukan pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Menurut
Slavin (dalam Rusman, 2014:201), pembelajaran kooperatif
menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
Dalam pembelajaran terjadi pertukaran ide dalam suasana nyaman karena
pertukaran ide terjadi antar teman sebaya.
Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif ini , guru lebih berperan sebagai fasilitator
lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.
Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) akan efektif
digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di
samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan
perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya
atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya
pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan
siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya, 2006).
2. Unsur-unsur pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008) ada lima unsur
dasar dalam pembelajaran kooperatif ( cooperative learning),yaitu sebagai
berikut:
1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas
tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Selain unsur-unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya.Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61-62), adalah
sebagi berikut :
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain
dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi
evaluasi tanpa bantuan orang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka
sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang
terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat
bernilai.
3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto , 2011:66-67).
[image:41.612.103.534.141.697.2]Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mnegerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran di mana siswa bekerja di dalam
kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen baik
prestasi, jenis kelamin, ras dan suku budaya. Peran guru dalam
pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan teman
sekelompoknya, bertanggung jawab dengan keberhasilan belajar seluruh
anggota kelompok, dapat mengemukakan pendapat, dan berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kooperatif
dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada
akhir pembelajaran, siswa diberi penghargaan apabila skor kelompok yang
4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa jenis model pembelajaran koperatif, walaupun prinsip
dalam pembelajaran kooperatif tidak berubah, jenis-jenis pembelajaran
kooperatif tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD memadukan penggunaan
metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Model ini dikembangkan
berdasarkan metode yang dikembangkan Slavin, di mana sekitar
empat atau lima peserta didik yang heterogen berada dalam satu
kelompok. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian materi
pelajaran, biasanya secara ceramah-diskusi. Peserta didik harus
mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut penting
untuk dipelajari. Setiap kelompok diberi tugas dan semua peserta didik
harus menguasai materi yang diberikan karena berkontribuasi terhadap
nilai kelompok. Apabila ada anggota kelompok yang belum kompeten,
anggota kelompok yang lain harus berusaha untuk membentunya
sampai semua anggotanya menguasai materi yang dipelajari.
Keberhasilan peserta didik berdasarkan peningkatan kemampuan, di
mana nialai akhir dibandingkan dengan nilai sebelumnya.
2. Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikenal dengan kooperatif
permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap
kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda
membahas materi yang sama yang disebut tim ahli. Tim ahli bertugas
membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan
dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota
kelompoknya.
3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh
siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang. Tiap kelompok
bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang diajarkan.
Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan
laporannya kepada seluruh kelas, untuk saling berbagi dan saling
bertukar informasi.
4. TGT (Team Games Tournament)
Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang
dikembangkan oleh DeVries dan Slavin, dengan menugaskan
kelompok untuk bekerja atau berdiskusi memahami informasi dan
latihan sebelum berkompetisi dengan kelompok lainnya dalam
turnamen. Tahapan pembelajaran TGT mirip dengan tahapan
pembelajaran STAD. Namun, yang membedakan kuis mingguan
memotivasi siswa saling membantu dan menguasai kompetensi yang
dapat dipertandingkan.
5. NHT (Numbered Head Together)
NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan empat fase yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama, dan menjawab.
5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson
dan rekan-rekannya (Slavin, 2005:236). Menerut Slavin (2005:236),
dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda
dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini bermanfaat untuk
membantu para ahli menguasai informasi sehingga membuat tim sangat
menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan
waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari
seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih
praktis dan mudah yaitu Jigsaw II. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa
Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto,
2009:74-75)dengan sedikit perbedaan. Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim
yang heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnisitas. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau
unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri dari topik-topik yang
berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim
saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari
tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam
“kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh
menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara
bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang
terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh
topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2005:237).
Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan
pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya
meraih skor tertinggi akan mendapat sertifikat atau bentuk-bentuk
rekognisi tim lainnya. Sehingga, siswa termotivasi untuk mempelajari
materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka
supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugasnya dengan baik.
Kunci metode Jigsaw ini adalah : tiap siswa bergantung pada teman satu
berkinerja dengan baik pada saat penilaian. Oleh karena itu setiap anggota
harus bertanggung jawab terhadap pemahaman dan ketuntasan anggota
kelompoknya.
Menurut Slavin (2005:238-241) yang harus dipersiapkan sebelum
pembelajaran menggunakan Jigsaw II adalah sebagai berikut:
1. Materi
Langkah-langkah membuat materi pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe Jigsaw II adalah memilih materi yang akan diajarkan.
Setelah itu buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan
membantu siswa di mana perlu berkonsentrasi untuk membaca dan
dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Buatlah kuis, tes berupa esai
atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit.
2. Membagi siswa dalam tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
3. Membagi siswa dalam kelompok ahli
Pembagian siswa dalam kelompok ahli dapat dibagi secara
acak dalam tiap tim. Namun, alangkah baiknya jika setiap tim ahli
4. Penentuan skor awal
Penentuan skor awal dapat di peroleh dari tes kemampuan awal
atau hasil nilai akhir siswa.
Siklus regular menurut Slavin (2005:241-244) dari pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu sebagai
berikut:
1. Membaca
Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan
teks dan topik ahli, membagikan tiap topik kepada masing-masing
siswa, selanjutnya membaca. Ketika para siswa sudah mempunyai
topik mereka, biarkan mereka membaca materi meraka. Atau sebagai
alternatifnya, siswa diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu
kemudian baru membagikan topik ahlinya. Ini dapat membantu siswa
untuk mendapat gambaran besar sebelum mereka membaca kembali
untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik mereka.
2. Diskusi Kelompok-ahli
Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau yang disebut kelompok ahli untuk
membicarakan topik permasalahan tersebut. Sementara kelompok ahli
bekerja, guru harus meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara
kesalahpahaman, tetapi tidak boleh mengambil alih kepemimpinan
dari kelompok tersebut.
3. Laporan Tim
Para siswa kembali dari diskusi kelompok ahli dan bersiap
untuk menyampaikan topik mereka kepada teman-teman satu timnya.
Ditekankan bahwa para siswa mempunyai tanggung jawab terhadap
teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga
pendengar yang baik.
4. Tes
Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang
dibicarakan.
5. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh
persen dari peringkat mereka.
Untuk dapat memberikan penghargaan kepada kelompok,
setiap kelompok dipantau kemajuannya dengan menggunakan kriteria
Tabel 2. 2 Poin kemajuan
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
awal)
30
Sumber : Rusman (2014:216)
Kriteria tingkatan penghargaan yang didasarkan pada rata-rata
skor tim, sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-rata skor perkembangan
(N)
Kualifikasi
1. -
2. Tim yang Baik (Good Team)
3. Tim yang Baik Sekali (Great Team) 4. Tim yang Istimewa (Super Team)
Sumber : Rusman (2014:216)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran kelompok dan masing-masing anggota
kelompok ditugaskan untuk menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari
materi tersebut. Pembelajaran dimulai dengan membaca, kemudian para ahli
berkumpul menjadi satu untuk membahas topik yang diberikan. Setelah
selesai, para ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk menyampaikan dan
mengajarkan topik mereka ke seluruh anggota kelompok mereka. Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab dengan kemampuan dan ketuntasan
menyangkut topik yang telaha dipelajari saat ini. Kelompok terbaik akan
mendapatkan penghargaan.
C. Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang artinya
menggerakkan. Wloodkowski (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara,
2010:49) menjelasakan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan
pada tingkah laku tersebut.
Sedangkan Imron (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49)
menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang
berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya to motivate yang
berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti
alasan, sebab dan daya penggerak.
Menurut Suryabrata (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49),
motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
diinginkan.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai
melalui perilaku tertentu menurut Cropley (dalam Eveline Siregar & Hartini,
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
menurut Oemar Malik (dalam Saiful Bahri, 2011:148). Perubahan energi
dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.
Menurut Eveline Siregar & Hartini (2010:50-51), motivasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa
adanya rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai
pada pemberian hadiah dan faktor-faktor ekternal lainnya yang memiliki daya
dorong motivasional. Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya
tahan yang lebih kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena
faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu
berkurang. Ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu.
Setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut pada diri manusia
senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari
yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut
Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka
kebutuhan yang berada pada tingkatan atasnya akan muncul dan minta
dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut
dipandang sebagai motivator aktif. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan
manusia tersebut secara berjenjang dan terus-menerus minta dipenuhi.
Tingkatan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Sukardi,
[image:53.612.102.532.165.677.2]2014:198) adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow
Keterangan:
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan Rasa Aman
3. Kebutuhan Kasih Sayang
4. Kebutuhan Diakui 5
4
2
5. Aktualisasi diri
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama,
motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi
mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam
memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa
yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang
memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku
yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan
lama (Agus Suprijono, 2009:163).
Menurut Hamzah B.Uno (dalam Agus Suprijono ,2009:163-164),
indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan
hal tersebut, motivasi mempunyai fungsi:
1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau
motor dari setiap kegiatan belajar.
2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang
hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.
3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan
apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang
bagi pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Nana Sudjana (2010), keberhasilan proses belajar mengajar
dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada
saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam:
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Dari uraian di atas, motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
tujuan yang diinginkan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
berasal dari dalam diri seseorang tersebut, misalnya dorongan rasa ingin tahu,
adanya harapan dan cita-cita masa depan. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang., misalnya pemberian
hadiah, pemberian pujian, dan faktor-faktor eksternal lainnya. Motivasi yang
paling signifikan mempengaruhi belajar adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri siswa atau motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik tidak bergantung
pada dorongan atau pengaruh orang lain.
D. Keaktifan belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk,
giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia:17). Aktif mendapat awalan ke- dan
–an, sehinggga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kesibukan. Jadi keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam
menunjang keberhasilan dalam belajar. Keaktifan belajar adalah
keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran
(Dimyanti dan Mudjiyono, 2006). Dalam menggolongkan keaktifan, dapat
ditinjau dari dua hal, yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.
Menurut Sagala (2006:158), keaktifan jasmani maupun rohani meliputi:
1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain.
Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat
inderanya sebaik mungkin.
2. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat
dan mengambil keputusan.
3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif
menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan
menyimpannya dalam otak sehingga pada suatu saat nanti ia siap
menggunakan kembali.
4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa
berusaha mencintai pelajarannya.
2. Jenis-jenis Keaktifan Belajar
Mohammad Ali (1984) membagi jenis keaktifan siswa dalam
a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah
mendengar dan melihat. Apa yang didengar dapat menimbulkan
tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa
seseorang.
b. Melihat, peserta didik dapat menyerap dan belajar 83% dari
penglihatannya. Melihat hubungan dengan penginderaan terhadap
objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan
keaktifan belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering
digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal
sebagai alat peraga.
c. Mencium, sebenarnya pengindraan dalam proses belajar bukan hanya
mendengar dan melihat tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat
memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.
d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai
bentuk perubahan tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang
dikecap.
e. Meraba, untuk melengkapi pengindraan, meraba dapat dilakukan
untuk membedakan suatu benda dengan lainnya.
f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses
berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan
penginderaan yang lain yang kemudian peserta didik mempersepsi dan
menanggapinya. Berdasarkan tanggapnnya, dimungkinkan terbentuk
pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau
konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai.
Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat
dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.
g. Menyampaikan ide, tercapainya kemampuan mel