• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh keaktifan dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan prisma dan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang tahun pelajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh keaktifan dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan prisma dan limas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang tahun pelajaran 2014/2015."

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.

(2)

ABSTRACT

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards

the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.

The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson

Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The

content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.

The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about

89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is

shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of

student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4)

the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is

about 7,69%.

(3)

1

PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN

LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK

KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH KEAKTIFAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PRISMA DAN

LIMAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS VIII SMPK

KEMASYARAKATAN KALIBAWANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

ANA KARISMA ADI PURWITO NIM : 111414050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Akan ada akhir yang indah dari sebuah perjuangan.

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi anda rasakan dalam semenit,

sehari atau setahun. Namun, jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.

(Lance Amstrong)

Dengan kerendahan hati dan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu member kekuatan, menyertai dan

menuntun setiap langkahku;

Kedua orangtuaku : Bapak M. Sugiyanto dan Ibu F.F Astanti yang selalu

mendoakan, mendukung dan memberi semangat.

Kakak-kakakku dan adik-adikku: mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud,

mas Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu menjadi penyemangatku;

(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. Pengaruh Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di Kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma dan limas di kelas VIII SMP Kemasyarakatan Kalibawang (2)pengaruh model pembelajaran siswa terhadap keaktifan siswa(3) pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II (4) pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Instrumen pada penelitian ini meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kuesioner motivasi belajar, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar yaitu dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Sedangkan validitas butir dengan uji coba. Butir soal tidak valid maka dilakukan revisi. Reliabilitas kuesioner motivasi belajar berdasarkan fakta sebesar 0,78 dan berdasarkan opini sebesar 0,82, sedangkan reliabiltas tes hasil belajar sebesar .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II telah dan dapat berjalan dengan baik dengan rata-rata keterlaksanaan RPP sebesar 89,29% (2) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap keaktifan. Ini terlihat dengan meningkatnya banyaknya siswa yang aktif (3)pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 22,66%(4)pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 7,69%.

(11)

viii

ABSTRACT

Ana Karisma Adi Purwito. 2015. The Influence of Students’ Participation and Learning Motivation towards The Students’Learning Achievement on The

Topic of Prism and Pyramid Using Cooperative Learning Type Jigsaw II in grade VIII of SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Thesis. Mathematic Education Study Program, Mathematic and Science Education Departement, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aims to determine (1) the achievement of the indicator of mathematics learning using cooperative learning type Jigsaw II on the topic of prism and pyramid in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School (2) the influence of cooperative learning type Jigsaw II towards student’s participation (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement using cooperative learning type Jigsaw II.

The method used is descriptive qualitative and quantitative. The subject of this study are the the students in class VIII of Kemasyarakatan Kalibawang Junior High School. This study use some instruments such as observation sheets of Lesson Plan (RPP), motivation questionnaire sheets, and the students’ achievement test. The content validity is obtained through the expert test. Test of validity. The validity of the content is gotten from the lecturer and the the teacher of the subject. Whereas, the validity of the questions is gotten by doing test. The revision will be done if the questions are not valid. Realiability of the learning motivation questionnaire that based on the fact is about 0,78 and based on the pinion is about 0,82, while the reliability of the learning out come tests is about 0,78.

The result shows that (1) the implementation of cooperative learning type Jigsaw II has and can run well with the average percentage of Lesson Plan is about 89,29% (2) cooperative learning type Jigsaw II influence the student’s liveliness. It is shown by the increasing of the number of students who are active (3) the influence of student’s liveliness towards the students’ learning achievement is about 22,66% (4) the influence of student’s motivation towards the students’ learning achievement is about 7,69%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan

kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak sekali bantuan baik materi maupun non

materi yang diberikan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA;

3. Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika;

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik;

5. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyusunan

skripsi ini;

6. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah

membimbing, membantu dan memberikan ilmu selama penulis belajar di

(13)

x

7. Ibu Y. Puji Rahayu, S.Pd., selaku kepala SMPK Kemasyarakatan Kalibawang

yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian;

8. Ibu Susana Tri Indaryati, S.Pd., selaku guru bidang studi matematika di SMP

Kemasyarakatan Kalibawang yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini;

9. Siswa-siswi kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang yang telah

membantu dan bersedia bekerjasama selama penelitian berlangsung;

10.Kedua orangtuaku tercinta, mbak Vita, mas Wawan, mbak Tami, mas Daud, mas

Ardi, Tutur, Agung, Sapto, Tian, Angga yang selalu mendoakan, memberi

semangat, dan memberi dukungan baik materi maupun non materi;

11.Sahabat-sahabatku Veni, Naldis, Reta, Pebri, Singgih, Neri, Kristyantari yang

telah membantu serta selalu memberi dorongan dan semangat;

12.Teman-temanku Imak, Elisa, Asih, Orin, Fransis, mbak Sita, Vita, Vivin, bang

Yos, mas Abi, Yupek, Manda, Patrik, Niken, Rosi, Igor untuk dukungannya;

13.Perkumpulan Dharma Putri yang telah membantu dan memberi dukungan baik

materi maupun non materi.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat

digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 5 Agustus 2015

Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…...iii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………...vi

ABSTRAK………..vii

ABSTRACT………...………..………viii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR………..……….xv

DAFTAR TABEL………..xvi DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah...………..………5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian………..…….……….6

F. Batasan Istilah ... 7

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

(15)

xii

A. Belajar ... 10

B. Pembelajaran Kooperatif…………...……….17

C. Motivasi ... 30

D.Keaktifan Belajar ... 35

E. Hasil Belajar...…….………….……….………..…………..40

F. Penelitian Terdahulu ... 42

G. Materi Pembelajaran ... 43

H. Kerangka Berpikir………...……….………..51

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Subyek dan Objek Penelitian………...………..53

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

D.Variabel Penelitian ... 55

E. Instrumen Penelitian………...………..…...….……….56

1. Instrumen Pembelajaran……….………56

2. Instrumen Motivasi Siswa………..57

3. Instrumen Keaktifan………...57

4. Instrumen hasil Belajar………...58

F. Teknik Pengumpulan Data... 58

1. Observasi…...……….58

2. Tes…………..………59

3. Wawancara……….59

(16)

xiii

1. Validitas………...………..59

2. Reliabilitas………..61

3. Uji Coba Instrumen……….………...61

H. Metode Analisis Data..………...………...65

1. Kelayakan Analisis……...………..65

2. Analisis Keterlaksanaan RPP……….65

3. Analisis Data Keaktifan Siswa………...66

4. Analisis Data Motivasi Siswa………67

5. Analisis Data Hasil Belajar Siswa………..68

6. Analisis Korelasi………68

7. Regresi Linear………69

BAB IVANALISIS KELAYAKAN, DESKRIPSI DATA DAN INFERENSI ... 71

A. Kelayakan Analisis... 71

B. Deskripsi Data…….…………...………..………..71

1. Metode Pembelajaran……….72

2. Keaktifan………72

3. Motivasi Belajar………..………...75

4. Hasil Belajar………...78

C. Inferensi ... 82

Korelasi……...………..82

D.Regresi Linear ... 85

(17)

xiv

2. Korelasi Antara Keaktifan TerhadapHasil Belajar………...88

3. Korelasi Antara Motivasi Terhadap Hasil Belajar………...88

4. Regresi Linear………...89

F. Pendalaman Analisis ... 89

BAB V KESIMPULAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran…...………...………....………..………….…101

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR DAN HISTOGRAM

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow………..32

Gambar 2.2 Prisma Tegak………...44

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma Segitiga………..45

Gambar 2.4 Jaring-jaring Prisma Segiempat….………..45

Gambar 2.5 Jaring-jaring Prisma Segilima.………..……..46

Gambar 2.6 Prisma tegak Segitiga………..46

Gambar 2.7 Prisma Tegak……….………..……..………..47

Gambar 2.8 Jaring-jaring Limas Segitiga……….……..49

Gambar 2.9 Jaring-jaring Limas Segiempat………49

Gambar 2.10 Limas Segiempat……….50

Gambar 2.11 Kubus………...50

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir………52

Histogram 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Siswa……….75

Histogram 4.2 Distribusi Frekuensi Data Motivasi Siswa………..78

Histogram 4.3 Distribusi Frekuensi DataHasil Belajar………...81

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif………..20

Tabel 2.2 Poin Kemajuan…………...………..………..…....29

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok………29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Motivasi Belajar………...…………..57

Tabel 3.2 Validitas Tes Hasil Belajar…………...……….62

Tabel 3.3 Validitas Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta……...………...…….63

Tabel 3.4 Validitas Kusioner Motivasi Berdasar Opini………...63

Tabel 3.5 Katagori Keterlaksanaan RPP………...…………65

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Fakta………...67

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Kuesioner Motivasi Berdasar Opini…………...……..68

Tabel 4.1 Data mentah Keterlaksanaan RPP……….72 Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Keaktifan Siswa………...73 Tabel 4.3 Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa………74

Tabel 4.4 Data mentah Skor KuesionerMotivasi...………75

Tabel 4.5 Frekuensi data kuesioner motivasi belajar siswa…..………...77

Tabel 4.6 Data Mentah Skor Hasil Tes Evaluasi………...……....78

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Silabus……….104

Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP).………109

Lembar Kerja Siswa………117

Kuesioner Motivasi………..121

Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP………..125

Lembar Pengamatan Keaktifan………...127

LAMPIRAN B Kuis……….131

Tes hasil belajar………..136

LAMPIRAN C Validitas Pakar………140

Validitas butir soal dan kusioner……….146

Reliabilitas ………..164

LAMPIRAN D Perhitungan Korelasi………....173

(21)

xviii LAMPIRAN E

Contoh hasil pengamatan pembelajaran………..184

Contoh hasil pengamatan keaktifan……….188

Contoh hasil kuesioner……….195

Contoh hasil pekerjaan siswa………...203

LAMPIRAN F Skor perhitungan Perkembangan tim...210

Foto-foto penelitian...211

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Dalam pendidikan itu terjadilah proses belajar yang dapat

menambah pengetahuan. Belajar adalah proses perubahan, yaitu perubahan

tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhannya (Slameto, 2013:2). Lebih jelasnya belajar

adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan pengajar

dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan yang

terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, oleh

karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan

perubahan dalam belajar (Slameto, 2013:2). Belajar bukan hanya sekedar

menghafal. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu.

Sekolah merupakan salah satu tempat belajar. Kegiatan pembelajaran

dilakukan oleh dua orang pelaku yaitu siswa dan guru. Perilaku guru adalah

mengajar dan siswa adalah belajar. Sedangkan mengajar dilukiskan sebagai

proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan

(23)

dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru itu

hendaknya relevan dimiliki siswa. Dengan demikian mengajar adalah untuk

melihat bagaimana proses belajar berjalan (Herman Hudoyo,1980:18).

Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari,

bertanya, menalar dan bahkan mendebat. Guru hanya membimbing,

menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan

untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa

(Slameto, 2013:30). Karenanya guru harus dengan aktif mencari hal-hal yang

dapat digunakan untuk merangsang dan membangkitkan minat siswa. Untuk

itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar

sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar seperti memilih

metode yang tepat dan efektif dalam pembelajaran. Cara penyajian bahan

pelajaran yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan

berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran

adalah sikap dan motivasi. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan

sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta

menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap adalah

kesediaan untuk merespon terhadap suatu situasi (Slameto, 2013:188). Sikap

siswa dalam menerima pelajaran sangat beragam. Menurut Oemar Malik

(24)

dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi

untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk

suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai

tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang

kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk

mencapainya.

Berdasarkan observasi di kelas VIII SMPK Kemasyarakatan

Kalibawang, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam

menyampaikan materi. Pembelajaran di awali dengan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini bertujuan agar

membangkitkan semangat belajar dan rasa ingin tahu siswa. Dalam

menyampaikan materi, guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

membantu dalam pemahaman konsep. Hal ini dilakukan guna membangkitkan

partisipasi aktif dari siswa. Namun, tak banyak siswa yang merespon dan

menjawab pertanyaan dari guru. Beberapa siswa menjawab dengan suara yang

pelan dan nampak tidak percaya diri dengan jawabannya. Rata-rata siswa

yang aktif selama tiga kali observasi yaitu sebesar 18,75%.

Dalam proses pembelajaran, guru memberikan latihan soal. Latihan

soal diberikan bertujuan agar para siswa lebih memperdalami materi yang

diberikan. Kebanyakan siswa takut bertanya kepada guru ketika mereka

(25)

juga siswa yang tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan. Mereka asyik

bergurau dengan teman sebangkunya. Di saat guru menjelaskan pun,

terkadang cenderung tidak memperhatikan. Dapat dikatakan bahwa motivasi

belajar siswa rendah. Selain latihan soal, guru juga memberikan pekerjaan

rumah agar siswa mendapat banyak kesempatan untuk latihan soal. Pekerjaan

rumah selalu dibahas bersama-sama.

Sikap siswa saat proses pembelajaran beragam. Ada beberapa siswa

yang memperhatikan penjelasan guru akan tetapi siswa belum menunjukkan

sikap aktif dalam pembelajaran. Beberapa siswa kurang antusias saat

pembelajaran berlangsung. Mereka gaduh, bercanda dengan teman-temannya

dan tidak fokus dalam pembelajaran. Kesiapan mereka dalam menerima

pembelajaran matematika juga kurang. Ini terlihat ketika pelajaran akan

dimulai. Kebanyakan siswa belum menyiapkan buku-buku yang digunakan.

Sepanjang perjalanannya proses pembelajaran tidak sepenuhnya

mengalami kemajuan melainkan ada kendala-kendala yang harus dihadapi.

Pembelajaran di SMPK Kemasyarakatan Kalibawang belum menunjukkan

siswa yang aktif. Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran dan motivasi

belajar siswa rendah. Oleh karena itu diperlukan model mengajar yang lain

yang dapat menumbuhkan sikap aktif dan motivasi yang tinggi pada diri

siswa. Menumbuhkan sikap aktif dari diri siswa dapat disiasati dengan

(26)

tipe Jigsaw II merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana dan diyakini mampu mengaktifan siswa. Itulah sebabnya

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh keaktifan

dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP

Kemasyraktan Kalibawang pada topik bahasan prisma dan limas dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada guru.

2. Siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

3. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4. Rendahnya konsentrasi siswa untuk mendengarkan instruksi dan

penjelasan dari guru saat diminta untuk mengerjakan latihan soal.

5. Beberapa siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan latihan soal.

6. Motivasi belajar yang rendah.

7. Beberapa siswa yang lebih membuat kegaduhan di dalam kelas.

C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka penelitian ini

(27)

terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang

pada topik bahasan prisma dan limas dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan prisma dan limas di

kelas VIII SMPK Kemasyarakatan Kalibawang?

2. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap

keaktifan siswa?

3. Adakah pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

4. Adakah pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pokok bahasan prisma

(28)

2. Mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

terhadap keaktifan belajar siswa.

3. Mendeskripsikan pengaruh keaktifan siswa tehadap hasil belajar siswa

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

4. Mendeskripsikan pengaruh motivasi siswa tehadap hasil belajar siswa

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Belajar adalah adalah proses interaksi antara individu dan individu,

individu dengan pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

2. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan

interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya

terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan.

3. Pembelajaran Kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

(29)

4. Jigsaw II adalah model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan secara

heterogen dalam kemampuan dan masing-masing anggota kelompok

ditugaskan menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari materi tersebut.

5. Keaktifan belajar, keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6. Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu

tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai

tujuan yang diinginkan.

7. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Perubahan tersebut dapat

berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan.

G. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun maanfaatnya adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai latihan penulisan karya ilmiah. Dalam penelitian

(30)

dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga kelak ketika menjadi guru dapat

diterapkan dalam pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih

kreatif dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan,

materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran. Sehingga

pembelajaran menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa untuk

memperhatikan pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan prestasi

siswa.

3. Bagi FKIP Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai khasanah ilmu

pengetahuan bagi mahasiswa FKIP program studi pendidikan matematika

atau sebagai salah satu referensi dalam menulis tugas akhir yang

(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya (Slameto, 2013:2). Perubahan-perubahan tersebut

akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar juga dapat diartikan

sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya

karena itu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan

perubahan dalam arti belajar.

Menurut Gagne (dalam Ratna Wilis, 2011:2), belajar dapat

didefinisikan sebagai proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman.

Arthur S. Reber (dalam Muhibbin Syah, 2008:66), membatasi

pengertian belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah

(32)

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang

diperkuat.

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada

semua orang dan berlangsung seumur hidup (Eveline Siregar &Hartini

Nara, 2010:3). Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu

adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut

menyangkut perubahan yang berisifat kognitif, psikomotor dan afektif.

Belajar secara umum juga dapat diartikan sebagai perubahan pada

individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan

atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir

(Trianto, 2009:16). Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik

disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan

menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang

dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.

Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan

lingkungan sebagai sumber belajarnya (Trianto, 2009:12). Jadi, belajar di

sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu

menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil

menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru,

serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto,

(33)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses interaksi antara individu dan individu, individu dengan

pengajar dan individu dengan lingkungannya untuk memperoleh

perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat

maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam belajar. Perubahan yang

terjadi bersifat relatif menetap.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Menurut Muhhibin Syah (2008:144-155), secara global faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga

macam, yakni:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor

internal ini meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek Fisiologis ( yang bersifat jasmaniah)

Keadaan jasmani seseorang dapat mempengaruhi semangat dan

perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang

lemah dapat mempengaruhi konsentrasi belajar seseorang. Kondisi

oragan-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera

(34)

kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,

khususnya yang disajikan di dalam kelas.

2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas

dan kualitas yang diperoleh siswa saat belajar. Namun, di antara

faktor-faktor psikologis itu, yang pada umumnya mempengaruhi

belajar adalah sebagai berikut:

a) Intelegensi Siswa

Menurut Reber, intelegensi pada umumnya dapat

diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan

cara yang tepat (Muhibbin Syah, 2008:147). Tingkat

kecerdasan siswa sangat mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa, maka

semakin besar peluang siswa untuk berhasil dalam

pembelajaran. Sedangkan semakin rendah tingkat kecerdasan

siswa, maka semakin kecil peluang untuk berhasil dalam

belajar.

b) Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

(35)

mempunyai bakat masing-masing, yang mungkin tidak dimiliki

oleh orang lain. Bakat tersebut berpotensi untuk mencapai

prestasi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

c) Sikap siswa

Sikap merupakan suatu bentuk kesiapan untuk

merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu. Sikap siswa yang

positif seperti mendengarkan, dan merespon, terutama kepada

guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya,

sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran dapat

menimbulkan kesulitan belajar siswa.

d) Minat siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti

kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar

siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Pemusatan perhatian

yang intensif terhadap materi yang memungkinkan siswa untuk

giat belajar dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

e) Motivasi siswa

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang

mendorong individu tersebut untuk melakukan

(36)

Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu: 1) motivasi intrinsik ;

2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorong melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi

ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar

individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan

kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib

sekolah, suri teladan orang tua, guru merupakan contoh-contoh

konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk

belajar. Motivasi belajar yang rendah akan menyebabkan

kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa. Faktor eksternal ini terdiri dari dua macam yakni: faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar adalah orang tua dan anggota keluarga itu sendiri. Sifat dan

cara didikan orang tua, keadaan keluarga dapat memberi dampak

baik atau buruk terhadap kegiatan belajar. Selain keluarga juga

lingkungan sekitar tempat tinggal. Ini akan sangat berpengaruh

(37)

guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas juga dapat

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa

dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendekatan belajar

dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa

dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi

tertentu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor dari dalam

diri siswa, faktor dari luar dan faktor pendekatan belajar. Faktor dalam diri

siswa meliputi faktor jasmaniah dan rohaniah. Faktor dari luar meliputi faktor

sosial dan faktor non sosial. Sedangkan faktor pendekatan belajar meliputi

(38)

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi

dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana keduanya terjadi

komunikasi yang intens dan terarah menuju target yang diharapkan (Trianto

,2009:17).

1. Pengertian pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme, di mana teori kontruktivisme memahami belajar sebagai

proses pembentukan pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Menurut

Slavin (dalam Rusman, 2014:201), pembelajaran kooperatif

menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Dalam pembelajaran terjadi pertukaran ide dalam suasana nyaman karena

pertukaran ide terjadi antar teman sebaya.

Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif ini , guru lebih berperan sebagai fasilitator

(39)

lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan

pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam

pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan

pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka.

Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning) akan efektif

digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di

samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan

perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya

atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya

pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan

siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya, 2006).

2. Unsur-unsur pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2008) ada lima unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif ( cooperative learning),yaitu sebagai

berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok

(40)

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai

tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok

tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok

untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling

memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja

sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

Selain unsur-unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang

membedakan dengan model pembelajaran lainnya.Konsep utama dari

belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:61-62), adalah

sebagi berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

(41)

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain

dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi

evaluasi tanpa bantuan orang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka

sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi,

sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang

terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat

bernilai.

3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto , 2011:66-67).

[image:41.612.103.534.141.697.2]

Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

(42)

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mnegerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran di mana siswa bekerja di dalam

kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen baik

prestasi, jenis kelamin, ras dan suku budaya. Peran guru dalam

pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran

kooperatif, siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan teman

sekelompoknya, bertanggung jawab dengan keberhasilan belajar seluruh

anggota kelompok, dapat mengemukakan pendapat, dan berpartisipasi

aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran kooperatif

dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada

akhir pembelajaran, siswa diberi penghargaan apabila skor kelompok yang

(43)

4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa jenis model pembelajaran koperatif, walaupun prinsip

dalam pembelajaran kooperatif tidak berubah, jenis-jenis pembelajaran

kooperatif tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD memadukan penggunaan

metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Model ini dikembangkan

berdasarkan metode yang dikembangkan Slavin, di mana sekitar

empat atau lima peserta didik yang heterogen berada dalam satu

kelompok. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian materi

pelajaran, biasanya secara ceramah-diskusi. Peserta didik harus

mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut penting

untuk dipelajari. Setiap kelompok diberi tugas dan semua peserta didik

harus menguasai materi yang diberikan karena berkontribuasi terhadap

nilai kelompok. Apabila ada anggota kelompok yang belum kompeten,

anggota kelompok yang lain harus berusaha untuk membentunya

sampai semua anggotanya menguasai materi yang dipelajari.

Keberhasilan peserta didik berdasarkan peningkatan kemampuan, di

mana nialai akhir dibandingkan dengan nilai sebelumnya.

2. Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikenal dengan kooperatif

(44)

permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap

kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda

membahas materi yang sama yang disebut tim ahli. Tim ahli bertugas

membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan

dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota

kelompoknya.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Strategi belajar kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh

siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang. Tiap kelompok

bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang diajarkan.

Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan

laporannya kepada seluruh kelas, untuk saling berbagi dan saling

bertukar informasi.

4. TGT (Team Games Tournament)

Model ini dikembangkan berdasarkan metode yang

dikembangkan oleh DeVries dan Slavin, dengan menugaskan

kelompok untuk bekerja atau berdiskusi memahami informasi dan

latihan sebelum berkompetisi dengan kelompok lainnya dalam

turnamen. Tahapan pembelajaran TGT mirip dengan tahapan

pembelajaran STAD. Namun, yang membedakan kuis mingguan

(45)

memotivasi siswa saling membantu dan menguasai kompetensi yang

dapat dipertandingkan.

5. NHT (Numbered Head Together)

NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menggunakan empat fase yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan,

berpikir bersama, dan menjawab.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson

dan rekan-rekannya (Slavin, 2005:236). Menerut Slavin (2005:236),

dalam Jigsaw orisinil, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda

dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini bermanfaat untuk

membantu para ahli menguasai informasi sehingga membuat tim sangat

menghargai kontribusi tiap anggotanya. Jigsaw orisinil membutuhkan

waktu yang lebih sedikit, bacaannya singkat, hanya satu bagian dari

seluruh unit yang harus dipelajari. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih

praktis dan mudah yaitu Jigsaw II. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa

(46)

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin (dalam Trianto,

2009:74-75)dengan sedikit perbedaan. Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim

yang heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili

seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnisitas. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau

unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri dari topik-topik yang

berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim

saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari

tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam

“kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh

menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara

bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang

terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh

topik dan skor kuis akan menjadi skor tim (Slavin, 2005:237).

Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan

pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya

meraih skor tertinggi akan mendapat sertifikat atau bentuk-bentuk

rekognisi tim lainnya. Sehingga, siswa termotivasi untuk mempelajari

materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka

supaya mereka dapat membantu timnya melakukan tugasnya dengan baik.

Kunci metode Jigsaw ini adalah : tiap siswa bergantung pada teman satu

(47)

berkinerja dengan baik pada saat penilaian. Oleh karena itu setiap anggota

harus bertanggung jawab terhadap pemahaman dan ketuntasan anggota

kelompoknya.

Menurut Slavin (2005:238-241) yang harus dipersiapkan sebelum

pembelajaran menggunakan Jigsaw II adalah sebagai berikut:

1. Materi

Langkah-langkah membuat materi pembelajaran dengan model

pembelajaran tipe Jigsaw II adalah memilih materi yang akan diajarkan.

Setelah itu buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan

membantu siswa di mana perlu berkonsentrasi untuk membaca dan

dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Buatlah kuis, tes berupa esai

atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit.

2. Membagi siswa dalam tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan

etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

3. Membagi siswa dalam kelompok ahli

Pembagian siswa dalam kelompok ahli dapat dibagi secara

acak dalam tiap tim. Namun, alangkah baiknya jika setiap tim ahli

(48)

4. Penentuan skor awal

Penentuan skor awal dapat di peroleh dari tes kemampuan awal

atau hasil nilai akhir siswa.

Siklus regular menurut Slavin (2005:241-244) dari pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu sebagai

berikut:

1. Membaca

Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan

teks dan topik ahli, membagikan tiap topik kepada masing-masing

siswa, selanjutnya membaca. Ketika para siswa sudah mempunyai

topik mereka, biarkan mereka membaca materi meraka. Atau sebagai

alternatifnya, siswa diberi kesempatan untuk membaca terlebih dahulu

kemudian baru membagikan topik ahlinya. Ini dapat membantu siswa

untuk mendapat gambaran besar sebelum mereka membaca kembali

untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik mereka.

2. Diskusi Kelompok-ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama

bertemu dalam satu kelompok atau yang disebut kelompok ahli untuk

membicarakan topik permasalahan tersebut. Sementara kelompok ahli

bekerja, guru harus meluangkan waktu dengan tiap kelompok secara

(49)

kesalahpahaman, tetapi tidak boleh mengambil alih kepemimpinan

dari kelompok tersebut.

3. Laporan Tim

Para siswa kembali dari diskusi kelompok ahli dan bersiap

untuk menyampaikan topik mereka kepada teman-teman satu timnya.

Ditekankan bahwa para siswa mempunyai tanggung jawab terhadap

teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga

pendengar yang baik.

4. Tes

Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang

dibicarakan.

5. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh

persen dari peringkat mereka.

Untuk dapat memberikan penghargaan kepada kelompok,

setiap kelompok dipantau kemajuannya dengan menggunakan kriteria

(50)
[image:50.612.101.540.123.560.2]

Tabel 2. 2 Poin kemajuan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

awal)

30

Sumber : Rusman (2014:216)

Kriteria tingkatan penghargaan yang didasarkan pada rata-rata

skor tim, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No Rata-rata skor perkembangan

(N)

Kualifikasi

1. -

2. Tim yang Baik (Good Team)

3. Tim yang Baik Sekali (Great Team) 4. Tim yang Istimewa (Super Team)

Sumber : Rusman (2014:216)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran kelompok dan masing-masing anggota

kelompok ditugaskan untuk menjadi ahli dalam suatu aspek tertentu dari

materi tersebut. Pembelajaran dimulai dengan membaca, kemudian para ahli

berkumpul menjadi satu untuk membahas topik yang diberikan. Setelah

selesai, para ahli kembali ke kelompok asal mereka untuk menyampaikan dan

mengajarkan topik mereka ke seluruh anggota kelompok mereka. Setiap

anggota kelompok bertanggung jawab dengan kemampuan dan ketuntasan

(51)

menyangkut topik yang telaha dipelajari saat ini. Kelompok terbaik akan

mendapatkan penghargaan.

C. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang artinya

menggerakkan. Wloodkowski (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara,

2010:49) menjelasakan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan

atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan

pada tingkah laku tersebut.

Sedangkan Imron (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49)

menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang

berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya to motivate yang

berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti

alasan, sebab dan daya penggerak.

Menurut Suryabrata (dalam Eveline Siregar & Hartini Nara, 2010:49),

motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang

diinginkan.

Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai

melalui perilaku tertentu menurut Cropley (dalam Eveline Siregar & Hartini,

(52)

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

menurut Oemar Malik (dalam Saiful Bahri, 2011:148). Perubahan energi

dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.

Menurut Eveline Siregar & Hartini (2010:50-51), motivasi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa

adanya rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi

yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai

pada pemberian hadiah dan faktor-faktor ekternal lainnya yang memiliki daya

dorong motivasional. Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya

tahan yang lebih kuat dibandingkan motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena

faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu

berkurang. Ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu.

Setiap manusia bertindak senantiasa didorong untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut pada diri manusia

senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari

(53)

yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut

Maslow, jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka

kebutuhan yang berada pada tingkatan atasnya akan muncul dan minta

dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut

dipandang sebagai motivator aktif. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan

manusia tersebut secara berjenjang dan terus-menerus minta dipenuhi.

Tingkatan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (dalam Sukardi,

[image:53.612.102.532.165.677.2]

2014:198) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow

Keterangan:

1. Kebutuhan Fisiologis

2. Kebutuhan Rasa Aman

3. Kebutuhan Kasih Sayang

4. Kebutuhan Diakui 5

4

2

(54)

5. Aktualisasi diri

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Pertama,

motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi

mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam

memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa

yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan kegiatan belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang

memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku

yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan

lama (Agus Suprijono, 2009:163).

Menurut Hamzah B.Uno (dalam Agus Suprijono ,2009:163-164),

indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

(55)

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar dengan baik.

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan

hal tersebut, motivasi mempunyai fungsi:

1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau

motor dari setiap kegiatan belajar.

2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar yang

hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan

apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan

pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang

bagi pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Nana Sudjana (2010), keberhasilan proses belajar mengajar

dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada

saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam:

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

b. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya

(56)

d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan

guru

e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Dari uraian di atas, motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang

yang mendorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai

tujuan yang diinginkan. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang

berasal dari dalam diri seseorang tersebut, misalnya dorongan rasa ingin tahu,

adanya harapan dan cita-cita masa depan. Sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang., misalnya pemberian

hadiah, pemberian pujian, dan faktor-faktor eksternal lainnya. Motivasi yang

paling signifikan mempengaruhi belajar adalah motivasi yang berasal dari

dalam diri siswa atau motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik tidak bergantung

pada dorongan atau pengaruh orang lain.

D. Keaktifan belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk,

giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia:17). Aktif mendapat awalan ke- dan

–an, sehinggga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kesibukan. Jadi keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam

(57)

menunjang keberhasilan dalam belajar. Keaktifan belajar adalah

keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran

(Dimyanti dan Mudjiyono, 2006). Dalam menggolongkan keaktifan, dapat

ditinjau dari dua hal, yaitu keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.

Menurut Sagala (2006:158), keaktifan jasmani maupun rohani meliputi:

1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain.

Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat

inderanya sebaik mungkin.

2. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat

dan mengambil keputusan.

3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif

menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan

menyimpannya dalam otak sehingga pada suatu saat nanti ia siap

menggunakan kembali.

4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa

berusaha mencintai pelajarannya.

2. Jenis-jenis Keaktifan Belajar

Mohammad Ali (1984) membagi jenis keaktifan siswa dalam

(58)

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah

mendengar dan melihat. Apa yang didengar dapat menimbulkan

tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa

seseorang.

b. Melihat, peserta didik dapat menyerap dan belajar 83% dari

penglihatannya. Melihat hubungan dengan penginderaan terhadap

objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan

keaktifan belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering

digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal

sebagai alat peraga.

c. Mencium, sebenarnya pengindraan dalam proses belajar bukan hanya

mendengar dan melihat tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat

memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai

bentuk perubahan tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang

dikecap.

e. Meraba, untuk melengkapi pengindraan, meraba dapat dilakukan

untuk membedakan suatu benda dengan lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses

berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan

(59)

penginderaan yang lain yang kemudian peserta didik mempersepsi dan

menanggapinya. Berdasarkan tanggapnnya, dimungkinkan terbentuk

pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau

konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai.

Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat

dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.

g. Menyampaikan ide, tercapainya kemampuan mel

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2. 2 Poin kemajuan
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow
Gambar 2.2 Prisma Tegak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Consciente de esta falta de creatividad para dar inicio a los programas o para terminarlos, el radialista colombiano Tito Ballesteros, del Blog Radios de América, (enlace) se dio

Untuk Memenuhi Sebahagian Dari Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. PADANG

Telah dilakukan penelitian hubungan ukuran testes dengan volume semen pada sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato Kota Payakumbuh.. Materi yang

Berdasarkan pertimbangan di atas, perusahaan harus bisa meningkatkan implementasi TQM karena melalui penggunaan TQM, perusahaan mampu meningkatkan audit operasional,

Berdasarkan angka 1 s/d 9 di atas, kami Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara, bertempat di Sekretariat ULP mengumumkan

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 602.1/08/PK16/POKJA-DINKES/STG/X/2015, tanggal 12 Oktober 2015 untuk paket

Dapat dilihat melalui data berikut ini, Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil SMD (Survey Mawas Diri) pada tahun 2014, Desa Cilayung memiliki jumlah akseptor

Beberapa jenis batu kapur dengan kandungan tanah liat menghasilkan kapur mentah dengan sifat-sifat hidrolis (mengeras jika tercampur air), dan ternyata lebih awet. Johnson