• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN, DESKRIPSI DATA DAN INFERENSI

2. Keaktifan

dan mengambil keputusan.

3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak sehingga pada suatu saat nanti ia siap menggunakan kembali.

4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

2. Jenis-jenis Keaktifan Belajar

Mohammad Ali (1984) membagi jenis keaktifan siswa dalam proses belajar ada delapan aktivitas, yaitu sebagai berikut:

a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar dan melihat. Apa yang didengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa seseorang.

b. Melihat, peserta didik dapat menyerap dan belajar 83% dari penglihatannya. Melihat hubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peraga atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan belajar melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan pandang atau yang sering dikenal sebagai alat peraga.

c. Mencium, sebenarnya pengindraan dalam proses belajar bukan hanya mendengar dan melihat tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau yang dapat dicium.

d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk perubahan tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.

e. Meraba, untuk melengkapi pengindraan, meraba dapat dilakukan untuk membedakan suatu benda dengan lainnya.

f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir atau proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara lisan maupun secara tulisan, serta dari proses

penginderaan yang lain yang kemudian peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan tanggapnnya, dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai. Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.

g. Menyampaikan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau mengekspresikan ide. Ekspresi ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi, melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam itu, taraf kemampuan kognitif yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan.

h. Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah lak afektif dan psikomotor. Untuk meningkatkan keterampilan tersebut butuh latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat dicapai dengan latihan-latihan.

Berdasar beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar dapat

dikelompokkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani, di mana bentuk dari kedua jenis keaktifan tersebut sangat beragam.

3. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Nana Sudjana (2010) mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru f. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal

g. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari uraian di atas, keaktifan siswa berarti kesibukan atau keterlibatan peserta didik dalam prose belajar mengajar. Keaktifan yang terjadi bermacam-macam seperti mendengarkan, melihat, mengolah ide, menyampaikan ide dan lain sebagainya.

E. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010:22). Horward Kingsley (dalam Nana Sudjana, 2010:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Menurut Agus Suprijono (2009:5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi , sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009 : 6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren (dalam Agus Suprijono, 2009:7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,

hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang setelah ia belajar. Perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Perubahan yang terjadi adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi dapat disebut hasil belajar.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasar penelitian terdahalu yang dilakukan oleh Gilang Pangestujati bahwa ada pengaruh antara motivasi dan hasil belajar siswa. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa sebesar 31,25 % dan selebihnya sebesar 68,75 % dipengaruhi adanya faktor-faktor lain seperti bakat, minat, IQ dan lingkungan. Selain itu berdasar penelitian yang dilakukan Kunny Kunhertanti, bahawa keaktifan belajar memiliki kontribusi sebesar 21,92 % dari hasil belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0, 4682 dan persamaan regresi Y = 21, 53 + 1, 54 X.

G. Materi Pembelajaran Prisma dan Limas

Kompetensi Dasar:

1. mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

2. Membuat jaring-jaring kubus, balok prisma dan limas

3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus , balok, prisma dan limas A. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang lain yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis yang sejajar (Marsigit, 2009:176). Berdasarkan rusuk tegaknya, prisma dibedakan menjadi dua (Husein, 2007:125) yaitu:

1. Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas.

2. Prisma miring adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas. Prisma miring disebut juga prisma condong.

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima, prisma segienam dan seterusnya. Jika alasnya

berupa segi– beraturan maka disebut prisma segi beraturan (Marsigit, 2009 : 117).

a. Unsur-unsur pada prisma

Unsur-unsur yang terdapat pada prisma antara lain sebagai berikut : a. Bidang ABCD dinamakan bidang alas. Adapun bidang EFGH

dinamakan bidang atas.

b. Bidang-bidang yang memotong bidang alas, yaitu bidang ABFE, bidang BCGF, bidang CDHG, dan bidang ADHE dinamakan bidang sisi tegak.

c. Bidang alas, bidang atas dan bidang sisi tegak dinamakan sisi-sisi prisma.

d. Perpotongan antara dua bidang sisi tegak dinamakan rusuk tegak. Adapun perpotongan antara bidang sisi tegak dan bidang alas dinamakan rusuk alas.

D F H G E C B A

e. Jarak antara bidang alas dan bidang atas dinamakan tinggi prisma.

f. Pertemuan tiga rusuk prisma dinamakan titik sudut.

g. Setiap bidang alas dan bidang sisi tegak memiliki diagonal bidang.

h. Dua titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama dinamakan dua titik sudut yang berhadapan.

i. Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dinamakn diagonal ruang.

j. Sepasang rusuk tegak atau sepasang rusuk alas yang tidak terletak pada sisi yang sama dinamakan rusuk yang berhadapan. k. Sebuah bidang yang memuat sepasang rusuk yang berhadapan

dinamakan bidang diagonal. b. Jaring-jaring prisma

Jaring-jaring prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk bangun ruang prisma (Marsigit, 2009 : 178).

Gambar 2.3

Jaring-jaring Prisma Gambar 2.4

c. Besaran pada prisma

1) Luas permukaan prisma tegak

Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi prisma tersebut.

Dari jaring-jaring prisma di atas dapat ditentukan luas permukaan prisma sebagai berikut:

Gambar 2.5 Jaring-jaring Prisma segilima

Luas permukaan prisma = luas sisi alas + luas sisi atas + luas selubung (sisi-sisi tegak)

= 2 x luas sisi atas + luas selubung

Luas selubung = AB x t + BC x t + AC x t = (AB + BC + AC) x t = (keliling alas) x tinggi

Luas permukaan prisma = 2 x luas bidang alas + luas selubung = (2 luas alas) + (keliling alas x tinggi) 2) Volume Prisma Tegak

Volume prisma adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi prisma tersebut. Sebagai contoh pada prisma segitiga yang sisi alas dan sisi atasnya berupa segitiga siku-siku, volumenya adalah

sebagai berikut : H G F E D C B A G F E C B A G H E C A D

Jika volume dua prisma segitiga masing-masing adalah , diperoleh hubungan sebagai berikut :

Jadi diperoleh

B. LIMAS

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah daerah segi banyak dan daerah segitiga (Marsigit, 2009 : 195).

a. Unsur-unsur pada limas

Unsur-unsur yang terdapat pada limas antara lain sebagai berikut: 1. Daerah segi banyak, yang kemudian dinamakan bidang alas atau

disebut juga alas.

2. Daerah-daerah segitiga, yang kemudian dinamakan bidang-bidang sisi tegak atau disebut juga sisi tegak.

4. Titik sudut persekutuan puncak-puncak segitiga, yang dinamakan titik puncak.

5. Rusuk-rusuk yang melalui puncak limas, yang kemudian dinamakan rusuk tegak.

6. Jarak dari puncak limas ke bidang alas dinamakan tinggi.

Limas segi beraturan adalah limas dengan alas berupa daerah segi beraturan dan proyeksi titik puncak pada bidang alas berhimpit dengan titik pusat bidang alasnya.

b. Jaring-jaring limas

Jaring-jaring limas adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk bangun ruang limas (Marsigit, 2009 : 199).

Gambar 2.8

Jaring-jaring limas segitiga Gambar 2. 9

c. Besaran-besaran pada limas 1. Luas permukaan limas

Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi limas tersebut.

Luas permukaan limas diperoleh dengan cara sebagai berikut: Luas permukaan limas = luas alas + luas semua sisi tegak 2. Volume Limas

Gambar 2.10 Limas Segiempat

Gambar 2.11 Kubus Keterangan :

panjang sisi kubus t = tinggi limas T.ABCD

Dari gambar di atas, dapat ditentukan rumus volume limas sebagai berikut.

Volume limas T.ABCD = =

diperoleh

. Secara umum volume limas dirumuskan sebagai berikut :

H. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Keaktifan dan motivasi belajar adalah dua faktor yang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Model pembelajaran kooperatif khususnya Jigsaw II dapat mengupayakan dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran jika dilakukan secara efektif dan efisien.

Keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh setiap siswa dalam memahami dan menyampaikan materi kepada kelompoknya. Sehingga diharapkan dalam satu kelompok memilki tingkat pemahaman yang sama. Siswa juga diharapkan dapat aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan gagasannya, dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugasnya. Dengan demikian, peneliti beranggapan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II jika dilakukan dengan efektif dan efisien akan terlihat pengaruh keaktifan belajar dan motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa.

Keaktifan

Motivasi

Hasil belajar

53

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, karena data yang diperoleh adalah data dalam bentuk angka dan uraian. Peneliti akan mendeskripsikan semua kejadian dan mengintepretasikan data dalam bentuk uraian kualitatif, sedangkan data yang berupa angka akan di analisis secara kuantitatif.

Dalam penelitian ini, data keefektifan diskusi menggunakan metode Jigsaw II akan dilihat dari catatan lapangan, dokumentasi, dan instrumen pengamatan akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Sedangkan motivasi dilihat dari angket yang diberikan. Dan hasil belajar akan dianalisis secara kuantitatif.

B. Subyek dan Objek Penelitian

1. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa-siswi kelas VIII SMP Katolik Kemasyarakatan Kalibawang Tahun Pelajaran 2014/2015. Siswa terdiri dari 18 perempuan dan 14 laki-laki.

2. Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran guru, motivasi, keaktifan, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Katolik Kemasyarakatan Kalibawang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam sub pokok bahasan prisma dan limas.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada semester genap yakni bulan Maret-Juni. Observasi dilaksanakan pada bulan Maret dan pengambilan data pada bulan Mei-Juni tahun pelajaran 2014/ 2015.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMPK Kemasyarakatan Kalibawang. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1962 ini memiliki 4 ruang kelas yang terbagi menjadi 1 kelas untuk kelas VII, 1 kelas untuk kelas VIII dan 2 kelas untuk kelas IX. SMP ini terletak di perbukitan menoreh dengan suasana jauh dari keramaian. Fasilitas yang ada di sekolah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan belajar.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian (Punaji Setyosari, 2010:108). Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas

Variabel bebas bagian pertama dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Variabel bebas dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini yaitu skor yang diperoleh dari lembar keterlaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Variabel terikat

Variabel terikat bagian pertama dalam penelitian ini adalah keaktifan. Variabel terikat adalah keaktifan ini yaitu skor yang diperoleh melalui lembar pengamatan keaktifan siswa saat proses pembelajaran.

2. Variabel bebas

Variabel bebas bagian kedua dalam penelitian ini adalah keaktifan dan motivasi. Variabel bebas adalah keaktifan ini yaitu skor yang diperoleh melalui lembar pengamatan keaktifan siswa saat proses pembelajaran. Sedangkan motivasi adalah skor yang diperoleh setelah siswa mengisi angket yang disusun berdasarkan kebutuhan Maslow.

Variabel terikat

Variabel terikat bagian kedua dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh setelah siswa mengerjkan tes hasil belajar yang telah disusun sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa instrumen, diantaranya adalah :

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran pada materi ini adalah lembar pengamatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sesuai dengan ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Rencana pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Dalam Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan

topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. 2. Instrumen motivasi siswa

Motivasi diukur dengan memberikan kuesioner kepada semua siswa. Kisi-kisi kuesioner untuk mengetahui motivasi siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi motivasi belajar siswa

No Kebutuhan Pengertian Jumlah

pertanyaan

1. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan yang berkaitan dengan fisik dalam proses pembelajaran

5

2. Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan rasa aman, dan bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam proses belajar

5

3. Kebutuhan kasih saying

Kebutuhan akan kasih sayang dari orang tua, guru dan teman dalam belajar

5

4. Kebutuhan diakui dan aktualisasi diri

Kebutuhan akan diakui dan dianggap oleh guru, teman, orang tua dalam proses belajar

5

3. Instrumen keaktifan siswa

Keaktifan siswa diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keaktifan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh observer. Lembar pengamatan keaktifan siswa terlampir.

4. Instrumen hasil belajar siswa

Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa berdasarkan tes belajar. Hasil belajar dari penelitian ini dapat diketahui dengan memberikan soal-soal yang diberikan sesuai dengan indikator yang akan di capai. Hasil belajar siswa diukur setelah semua materi pada bab tertentu selesai diberikan.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

a. Observasi Proses Pembelajaran

Dalam observasi pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw II diamati oleh observer yang dilakukan dengan mencentang pada kolom keterlaksanaan. Bila terlaksana maka centang pada bagian YA, sedangkan bila tidak terlaksana maka centang pada bagian TIDAK.

b. Observasi Keaktifan Belajar

Dalam observasi keaktifan siswa juga diamati oleh observer, di mana tugas mereka yaitu mengamati keaktifan siswa dengan memberi kode pada lembar yang tersedia. Pengisian dilakukan saat observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Tes

Pengambilan data dengan tes ini ada dua yaitu motivasi dan hasil belajar. Motivasi diberikan dalam bentuk kuesioner yang diisi secara pribadi oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk melihat seberapa besar motivasi dalam diri siswa dalam mempelajari matematika.

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Tes hasil belajar ini diberikan satu kali pada pertemuan terakhir.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dalam kasus ini sebagai pendalaman. Percakapan dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara ini, dilakukan di luar jam pelajaran.

G. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas`

Hasil penelitian dikatakan valid apabila terjadi kesamaan antara data yang terkumpul dengan data sesungguhnya pada obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas butir.

a. Validitas Isi

Validitas isi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang diukur atau dengan kisi-kisi yang dibuat. Validitas ini diperoleh dengan meminta pertimbangan dari para ahli atau pakar dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji, dalam kasus ini dosen pembimbing dan guru matapelajaran.

b. Validitas butir

Validitas butir mengkaji kesahihan alat ukur atau soal tes sebagai alat ukur. Dalam menentukan validitas suatu instrumen dapat menggunakan korelasi Product moment , dengan angka kasar yaitu sebagai berikut :

Untuk validitas butir, rumus menjadi

Dengan,

= koefisisen korelasi antara butir soal ke- dan skor total N = banyak siswa

= skor item soal = skor total

= jumlah skor item soal = jumlah skor total

= jumlah perkalian antara dan

Butir soal dikatakan valid apabila nilai , sedangkan dikatakan tidak valid apabila .

2. Reliabilitas

Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsitenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan (Suharsimi, Arikunto, 2006:178-196) :

Keterangan :

3. Uji Coba Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas adalah uji yang dilakukan sebelum pengambilan data. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal dan reliabel atau tidaknya instrumen.

a. Uji Validitas

1) Tes Evaluasi Belajar

Butir soal dikatakan valid apabila nilai . Perhitungan validitas butir soal terlampir.

Tabel 3.2 Uji Validitas Tes Hasil Belajar No soal rit Keterangan 1 0.34 Valid 2 0.63 Valid 3 0.62 Valid 4 0.58 Valid 5 0.54 Valid 6 0.12 Tidak valid 7 0.22 Tidak valid 8 0.70 Valid 9 0.60 Valid 10 0.73 Valid

Dari tabel di atas terdapat dua butir soal yang tidak valid. Butir soal yang tidak valid dikonsultasikan dengan dosen pembimbing kemudian dilakukan revisi.

2) Kuesioner Motivasi Belajar

Butir pertanyaan kuesioner yang valid apabila nilai . Perhitungan validitas kuesioner motivasi baik fakta maupun opini terlampir.

Tabel 3.3 Validitas Kuesioner Motivasi berdasarkan Fakta No pernyataan Keterangan 1 0, 44 Valid 2 -0, 01 tidak valid 3 0, 11 tidak valid 4 0, 70 Valid 5 0, 76 Valid 6 0, 63 Valid 7 0, 73 Valid 8 0, 36 Valid 9 0, 30 Valid 10 0, 65 Valid 11 0, 60 Valid 12 0, 21 tidak valid 13 0, 68 Valid 14 0, 70 Valid 15 0, 70 Valid 16 0, 50 Valid 17 -0, 06 tidak valid 18 0, 53 Valid 19 0, 70 Valid 20 0, 55 Valid

Dari tabel di atas terdapat 4 butir pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan kemudian dirubah kata-katanya.

Tabel 3.4 Validitas Kuesioner Motivasi Berdasarkan Opini

No pernyataan Keterangan

1 0, 29 Tidak valid

2 0,63 Valid

3 0, 68 Valid

No pernyataan Keterangan 5 0, 39 Valid 6 0, 70 Valid 7 0, 63 Valid 8 0, 81 Valid 9 0, 72 Valid 10 0, 56 Valid 11 0, 66 Valid 12 0, 39 Valid 13 0, 13 Tidak valid 14 0, 61 Valid 15 0, 49 Valid 16 0, 61 Valid 17 0, 32 Valid 18 0, 63 Valid 19 0, 70 Valid 20 0, 59 Valid

Dari tabel di atas terdapat 3 pernyataan yang tidak valid.

Dokumen terkait