• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Motivasi Belajar

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka seseorang menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan dirinya, termasuk alam belajar. Banyak hal yang perlu dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengembangkan dirinya sendiri, namun bila semua usaha itu tidak akan memuaskan sebagaimana diharapkan. Agar motivasi tetap efektif, perlu didukung

oleh disiplin diri tinggi, dengan tetap konsisten menjalankan hal-hal yang sudah direncanakan, dalam rangka mencapai apa yang diinginkan, sambil tetap menghormati aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Motivasi merupakan ”sesuatu pemberian motif, penimbunan sesuatu hal yang menimbulkan dorongan, motivasi juga dapat diartikan faktor yang mendorong orang bertindak dengan cara tertentu” Manullang (1998:146). Selain itu motivasi merupakan ”kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya” Anthonius (2002:264).

Chatarina (2006:154) menyatakan bahwa :

Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi deng mengaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat : (a) memunculkan dan mendorong perilaku, (b) memberikan arah atau tujuan perilaku, (c) memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan (d) mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.

Moivasi merupakan proses internal yang mengkaitkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus. Motivasi tidak hanya penting untuk membuat siswa melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau informasi yang mereka hadapi. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan proses kognitif yang tinggi dalam belajar , menyerap dan mengingat apa yang telah dipelajari. Dalam proses belajar mengajar seharusnya guru mengerti kapan siswa perlu di motivikasi selama proses belajar sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih mnyenangkan siswa, akan meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat dalam jurnal (Jasmine, Green., Genevieve, Nelson., Andrew J, Martin., Herb, Marsh. 2006. The causal ordering of self-concept and academic motivation and its effect on academic achievement. Shannon Research Press.).

Skaalvik and Valis' (1999) study of Norwegian elementary and middle school students also included a measure of motivation (interest and investment) into their study of reciprocal effects. Interestingly, the results supported the skill development model for all cohorts (the view that achievement affects self-concept). Moreover, in the two oldest cohorts, the results revealed that motivation was also affected directly by achievement. Generally, there was no evidence to suggest that self-concept affected subsequent motivation or achievement.

Given that these findings are inconsistent it is critically important to integrate self-concept with motivational literature in future studies. To date, few studies endeavour to unify the numerous competing motivational theories available in the literature and a more comprehensive model is needed to explain fully the dynamic interactions and relationships among motivational variables and academic achievement.

Terjemah :

Skaalvik dan Valis (1999) penelitian siswa sekolah dasar dan tengah Norwegia juga memasukkan ukuran motivasi (bunga dan investasi) ke dalam penelitian mereka efek timbal balik. Secara menarik, hasil menyangga model perkembangan ketrampilan bagi semua kelompok (pandangan yang dipengaruhi oleh prestasi self-konsep). Selain itu, di kedua kelompok yang paling tua, hasil mengungkapkan bahwa motivasi juga dipengaruhi secara langsung oleh prestasi. Secara umum, tidak ada bukti untuk menyarankan bahwa self-konsep mempengaruhi motivasi atau prestasi berikut.

Diberi bahwa kesimpulan ini tidak konsisten secara kritis penting untuk mengintegrasikan self-konsep dengan motivational kesusasteraan di masa depan studi. Sehingga kini, sedikit studi usaha keras untuk mempersatukan yang berbanyak-banyak yang bersaing motivational teori yang ada di kesusasteraan dan model yang lebih menyeluruh diperlukan untuk menerangkan sepenuhnya interaksi dan hubungan dinamik di antara motivational variabel dan prestasi akademis.

Beberapa jenis motivasi belajar menurut Sardiman (2010:89) di bagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :

- Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinstik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dilarang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah di suruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk di bacanya. - Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

Adanya tiga komponen utama dalam motivasi yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994:75) yaitu :

2 Kebutuhan

Kebutuhan akan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan.

3 Dorongan.

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.

4 Tujuan

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Dari pendapat dan pengertian tersebut menjadikan motivasi hal yang sangat diperlukan dalam setiap melakukan kegiatan. Demikian juga dalam kegiatan belajar. Karena dengan adanya motivasi yang kuat akan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Pentingnya motivasi bagi siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:79) adalah :

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar.

b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui perilaku belajarnya. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

1) Ciri-ciri Motivasi Belajar

Sardiman (2010:83) dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat untuk sukses d. Lebih senang bekerja sendiri

e. Cepat bosan dengan tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah

Jika seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi tersebut akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas.

2) Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley Yusu (2003:14) menyatakan bahwa :

Para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.

Menurut Sardiman (2010:85) fungsi motivasi adalah :

4.1 Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

4.2 Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

4.3 Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan prbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Hamalik (2000:175) fungsi motivasi adalah :

o Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

o Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dinginkan.

o Sebagai penggeerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan lambatnya suatu pekerjaan.

3) Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau

mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini untuk mencapai prestasi belajar yang bagus.

4) Teori Motivasi

Ngalim Purwanto (2004:78) beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah:

a. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Inplikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung risiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Seorang pegawai segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi selalu menuntut gaji atau upah yang tinggi. Dan banyak lagi contoh yang lain, yang menun-jukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teori hedonisme, para siswa dan pegawai tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

b. Teori Naluri

Pada dasar-nya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu:

a. dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, b. dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan

c. dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi

seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).

c. Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara "teori naluri" dengan "teori reaksi yang dipelajari". Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama. e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik

kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

f. Teori A braham Maslow

Sebagai seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang di maksud dapat dilihat pada gambar berikut :

Aktuali sasi diri (self actuali zation)

Kebutuhan penghar

gaan (esteem needs) Kebutuhan social (social needs)

Kebutuhan rasa aman dan perlin dungan (safety and security needs) Kebutuhan fisiologis (physiological needs) Keterangan :

1. Kebutuhan fisiologis : Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.

3. Kebutuhan social (social needs) yang meliputiantara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan ebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifits, dan ekspresi diri.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Catharina (2006:159) yaitu :

a. Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam perdisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.

c. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan kondisi yang membuat seseorang bersifat aktif.

d. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. e. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari kondisinya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alami berusaha keras untuk berinteraksi dengan kondisinya secara aktif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai kondisi dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.

f. Penguatan

Salah satu hukum psikologis paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinorcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.

6) Upaya Peningkatan Motivasi

Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan ”motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri” Winkel (2004:186).

Sardiman (2010:80) menyimpulkan bahwa menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujutkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.

Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar siswa yang merupakan dorongan intrinsik.

Menurut Sardiman (2010:90) beberapa cara menumbuhkan motivasi belajar di sekolah adalah dengan :

Memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya, hadiah, persaingan / kompetensi baik individu maupun kelompok, ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

Dokumen terkait