• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN

Hasibuan (1999), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sedangkan, Siagian (1995) mengatakan bahwa, motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap, dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi.

Hamalik (1993) mengatakan ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu:

a. Motivasi dipandang sebagai suatu proses; b. Menentukan karakter dari proses ini.43 2. Ciri-ciri Motif

Adapun ciri-ciri motif individu adalah sebagai berikut: a. Motif adalah majemuk

Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama. Misalnya seorang karyawan yang melakukan kerja giat, dalam hal ini tidak hanya karena ingin lekas naik pangkat.

b. Motif dapat berubah-ubah

Motif bagi seseorang sering kali mengalami perubahan. Ini disebabkan karena keinginan manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan atau kepentingannya.

c. Motif berbeda-beda bagi individu

Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, tetapi ternyata terdapat perbedaan motif.

d. Beberapa motif tidak disadari oleh individu

Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya. Sehingga beberapa dorongan yang muncul sering kali karena berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan di bawah sadarnya.44

Dari ciri-ciri motif individu di atas, terlihat motivasi mengandung tiga hal yang sangat penting, yaitu:

1) Motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional.

2) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Dengan kata lain, motivasi merupakan kesediaan mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi.

3) Dalam usaha memahami motivasi, yang dimaksud dengan kebutuhan ialah internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi

Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor Intern

Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang antara lain:

1) Keinginan untuk dapat hidup; 2) Keinginan untuk dapat memiliki;

3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan; 4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan; 5) Keinginan untuk berkuasa.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern juga tidak kalah peranannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor ekstern itu adalah:

1) Kondisi lingkungan kerja; 2) Kompensasi yang memadai; 3) Supervisi yang baik;

4) Adanya jaminan pekerjaan; 5) Status dan tanggung jawab;

6) Peraturan yang fleksibel.45 4. Teori Motivasi Abraham H. Maslow

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (dalam Greenberg dan Baron, 1997) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, yaitu sebagai beriku: a. Kebutuhan fisiologis (physiological)

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga dengan kebutuhan psikologis (physiological needs), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian.

b. Kebutuhan rasa aman (safety)

Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi, maka seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Kebutuhan ini akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama terpenuhi.

c. Kebutuhan hubungan sosial (affiliation)

Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, karena memang orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri sendiri. Kebutuhan sosial itu meliputi antara lain sebagai berikut:

1) Kebutuhan untuk disayangi, dicintai, dan diterima oleh orang lain; 2) Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain;

3) Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan;

45Ibid, hlm. 79

4) Kebutuhan untuk berprestasi. d. Kebutuhan pengakuan (esteem)

Penerapan pengakuan atau penghargaan diri ini biasanya terlihat dari kebiasaan orang untuk menciptakan simbol-simbol, yang dengan simbol itu kehidupannya dirasa lebih berharga. Dengan simbol-simbol itu ia merasa bahwa statusnya meningkat dan dirinya sendiri disegani dan dihormati orang.

e. Kebutuhan aktualisasi (self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri.

Dasar pemikiran tersebut, diilhami oleh kenyataan bahwa setiap manusia tidak terlepas dari kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut: 1) Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan, yang selalu

menginginkan lebih banyak, terus menerus, baru berhenti jika akhir hanyatnya tiba.

2) Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.

3) Karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari keempat aspek, yaitu sebagai berikut:

a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja;

b) Kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting;

c) Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorang pun yang menyenangi kegagalan;

d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta.46 5. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.47

Sedangkan menurut Veithzal Rivai, kepemimpinan adalah proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.48

Dari beberapa definisi di atas diketahui, bahwa pada kepemimpinan itu terdapat unsur-unsur:

46Ibid, hlm. 85.

47 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 57.

48 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), hlm. 2.

a. Kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok; b. Kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain; c. Untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

6. Fungsi dan Peran Pemimpin dalam Organisasi

Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif pula.

Fungsi pemimpin dalam organisasi menutur Terry (1960) dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu:

a. Perencanaan; b. Pengorganisasian; c. Penggerakkan; d. Pengendalian.

Dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan dengan baik, dalam kerja sama produktif dan dalam keadaan yang bagaimanapun yang dihadapi kelompok.

Pemimpin dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuan. Peran tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Peranan yang Bersifat Interpersonal

Keterampilan insani mutlak perlu karena pada dasarnya dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang manajer berinteraksi dengan manusia lain, bukan hanya dengan para bawahannya, akan tetapi juga berbagai pihak yang berkepentingan yang dikenal dengan istilah stake holder, di dalam dan di luar organisasi. Itulah yang dimaksud dengan peran interpersonal yang menampakkan diri.

Pertama, selaku simbol keberadaan organisasi. Kedua, selaku pemimpin yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada para bawahan yang dalam kenyataannya berurusan dengan para bawahan. Ketiga, peran selaku penghubung di mana seorang manajer harus mampu menciptakan jaringan yang luas dengan memberikan perhatian khusus jaringan yang luas dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi. b. Peranan yang Bersifat Informasional

Informasi merupakan aset organisasi yang kritikal sifatnya. Dikatakan demikian karena adanya kegiatan organisasi dapat terlaksana dengan efektif dan efesien harus dengan dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya sehingga dapat diolah dengan baik.

Peran tersebut mengambil tiga hal bentuk, yaitu: Pertama, seorang manajer adalah pemantau arus informasi yang terjadi dari dan ke dalam

organisasi. Kedua, peran sebagai pembagi informasi. Ketiga, peran selaku juru bicara organisasi.

c. Peranan Pengambilan Keputusan

Peranan ini mengambil tiga bentuk suatu keputusan, yaitu sebagai berikut: pertama, sebagai entrepreneur, seorang pemimpin diharapkan mampu mengkaji terus menerus situasi yang dihadapi oleh organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang dapat dimanfaatkan, meskipun kajian itu sering menuntut terjadinya perubahan dalam organisasi. Kedua, peregam gangguan. Peran ini antara lain kesediaan memikul tanggung jawab untuk mengambil keputusan tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi. Ketiga, pembagi sumber dana dan daya. Tidak jarang orang berpendapat bahwa, makin tinggi posisi manajerial seseorang, wewenang pun makin besar.49

7. Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam

Selain teori di atas Islam juga menawarkan konsep mengenai kepemimpinan tersebut. untuk memahami dasar konseptual dalam perspektif Islam paling tidak harus digunakan tiga pendekatan yaitu:

a. Pendekatan Normatif

Dasar konseptual kepemimpinan Islam secara normatif bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis yang terbagi atas empat prinsip pokok, yaitu:

1) Prinsip tanggung jawab dalam organisasi 2) Prinsip etika tauhid

3) Prinsip keadilan 4) Prinsip kesederhanaan b. Pendekatan Historis

Al-Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan perenungan bagi umat yang akan datang. Dengan pendekan historis ini diharapkan akan lahir pemimpin-pemimpin Islam yang memiliki sifat sidiq, fathonah, amanah, dan lain-lain sebagai syarat keberhasilannya dalam memimpin. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an, Hadis, sirah nabawiyah, sirah shahabah telah memuat pesan-pesan moral yang tak ternilai harganya.

c. Pendekatan Teoretik

Ideologi Islam adalah ideologi yang terbuka. Hal ini mengandung arti walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideologi Islam sendiri sudah sempurna, namun Islam tidak menutup kesempatan mengomunikasikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar Islam selama pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasullullah SAW.

Pengembangan ilmu pengetahuan, kerangka manajemen Islam selama berada dalam koridor ilmiah tentunya sangat dianjurkan mengingat kompleksitas permasalahan dari zaman ke zaman akan selalu

bertambah dan sejarah Islam-pun mencatat dalam setiap zaman akan lahir pembaharu-pembaharu pemikiran Islam yang membangun dasar-dasar konseptual yang relevan dengan zamannya.50

Dokumen terkait