HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Penicillium digitatum. Bentuk koloni pada medium PDA (Potato Dextrosa Agar) pada umur 7 hari berwarna titik-titik hijau dan memiliki warna merah pada
bagian bawah. Pada bagian pinggir koloni terdapat konidia yang menyebar mengellingi koloni disajikan pada Gambar 11A. Dapat dilihat pada gambar, fungi tumbuh menyebar pada media PDA dikarenakan banyaknya konidia yang dapat membentuk koloni baru bila jatuh kepermukaan. Untuk ciri-ciri mikroskopik disajikan pada Gambar 11B. Konidiofor dapat bercabang dengan banyak dapat tidak, memiliki diameter 2,5 m. Konidia berbentuk bulat, berdinding halus, dan memiliki diameter 1,3 m pada pengamatan di bawah mikroskop. Fialid melekat pada ujung konidiofor..
b
c
a
A B
Gambar 11. Penicillium digitatum koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), konidia (b), fialid (c)
7. Penicillium sp. Koloni tumbuh pada media PDA (Potato Dextrosa Agar), memiliki warna titik-titik kuning hingga kecoklatan dan bagian tepi koloni dikelilingi oleh warna putih hingga berumur 14 hari disajikan pada gambar 12A. Pada media PDA pertumbuhan fungi tumbuh menyebar dikarenakan banyaknya konidia yang dapat membentuk koloni baru bila jatuh kepermukaan. Sedangkan ciri-ciri mikroskopik disajikan pada Gambar 12B. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, memiliki diameter 3,1 m. Konidia berbentuk bulat, berdinding halus, dan memiliki diameter 2,3 m. Fialid melekat pada ujung konidiofor, dan memiliki diameter 1,3 m pada pengamatan di bawah mikroskop.
b
c c
a
A B
Gambar 12. Penicillium sp. koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), konidia (b), fialid (c)
8. Mucor sp. Bentuk koloni pada medium PDA (Potato Dextrosa Agar) pada umur 7 hari berwarna abu-abu dan berubah menjadi warna hijau keabu-abuan pada umur 14 hari disajikan pada Gambar 13A. Pada gambar dapat dilihat pertumbuhan fungi membentuk sebuah lingkaran yang sempurna. Koloni ini berdiameter 7 cm pada umur 3 hari dan memenuhi cawan Petri pada umur 4 hari dengan diameter 8 cm. Pertumbuhan koloni fungi sangat cepat. Sedangkan ciri-ciri mikroskopik disajikan pada Gambar 13B. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, dan memiliki diameter 1,9 m. Sporangium berbentuk bulat, dapat tunggal atau berkelompok, dan memiliki diameter 9,4 m. Sporangiospora berbentuk bulat dan memiliki diameter 4,4 m.
b
a
c
A B
Gambar 13. Mucor sp. koloni berumur 7 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), sporangium (b), sporangiospora (c)
Pembahasan
Pada tanah gambut jenis saprik ditemukan 4 fungi, yaitu Aspergillus sp. 1, Fusarium sp., Penicillium chrysogenum, dan Aspergillus sp. 2. Dari keempat jenis fungi ini, Penicillium chrysogenum merupakan fungi dengan jumlah koloni rata-rata terbesar pertama yaitu 1.3 x 104 cfu/ml kemudian Fusarium sp. sebesar 1 x 104 cfu/ml, Aspergillus sp. 1 sebesar 6.7 x 103 cfu/ml, dan Aspergillus sp. 2 sebesar 3.3 x 103 cfu/ml. Walaupun Penicillium chrysogenum merupakan koloni terbanyak, tetapi pada tanah gambut jenis saprik ini Aspergillus merupakan fungi yang paling dominan, dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab fungi banyak di dalam tanah gambut, diantaranya adalah kondisi tanah yang anaerob, sumber makanan fungi dan kemampuan fungi untuk bertahan hidup.
Hasil identifkasi untuk tanah gambut hemik ditemukan 5 fungi, yaitu Penicillium chrysogenum, Mucor sp., Penicillium digitatum, Curvularia sp., Penicillium sp.. Fungi yang memiliki koloni rata-rata terbesar pertama adalah Curvularia sp. yaitu sebesar 7 x 102 cfu/ml kemudian Penicillium chrysogenum sebesar 4,7 x 102 cfu/ml, , Mucor sp. yaitu sebesar 3.7 x 102 cfu/ml, Penicillium digitatum yaitu sebesar 0.3 x 102 cfu/ml dan Penicillium sp. yaitu sebesar 0.3 x 102 cfu/ml. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Peniciliium sp. merupakan fungi yang paling dominan menempati tanah gambut jenis hemik. Dermiyati (1997) menjelaskan bahwa bahan organik mampu berfungsi sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroorganisme tanah. Diduga kemampuan Peniciliium sp. untuk menguraikan bahan organik lebih baik dibandingkan fungi yang lain,
karena dari tanah gambut saprik dan hemik Peniciliium sp. merupakan fungi yang paling dominan.
Pada jenis tanah gambut fibrik hanya ditemukan 2 fungi, yaitu Aspergillus sp.1 dan Mucor sp. Jumlah koloni terbanyak ada pada fungi Mucor sp. yaitu sebesar 1 x 104 cfu/ml sedangkan Aspergillus sp.1 hanya sebesar 3.7 x 102 cfu/ml. Faktor sumber makan dapat menjadi penyebab sedikitnya fungi pada tanah gambut fibrik. Menurut Deacon (1984) Mucor sp. merupakan jenis fungi yang mengandung selulosa dan saprofit. Tanah gambut fibrik merupakan dekomposisi tahap awal, maka fungi yang terdapat di dalam tanah dari hasil identifikasi merupakan fungi yang terdapat dari ranting atau daun yang jatuh, dan merupakan lapisan yang paling bawah.
Secara umum habitat Penicillium sp. terdapat pada tanah hutan dan juga dapat pada benih. Fungi ini dapat disebarkan melalui angin. Pada tanah, fungi ini berberan dalam proses dekomposisi terutama mendekomposisikan serasah. Dengan demikian fungi ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil ini selaras dengan penelitian Herman & Goenadi (1999) yang menyebutkan bahwa mikroorganisme seperti Aspergillus sp., dan Penicillium sp. mampu menghasilkan polisakarida yang berguna dalam perekat partikel tanah. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman perekatan partikel tanah akan mendorong terbentuknya agregat-agregat tanah yang mantap sehingga permeabilitas dan aerasi tanah lebih baik. Sehingga dapat dijelaskan bahwa keberadaan Penicillium sp. di tanah gambut adalah membantu menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan cara mendekomposisikan sisa-sisa bahan organik, kemudian diubah menjadi unsur yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Fusarium sp. merupakan fungi yang bersifat saprofit tanah tetapi dapat bersifat patogen terhadap banyak tumbuhan. Fungi ini juga dapat menyebabkan pembusukan pada akar tanaman, dan juga berperan pada proses dekomposisi. Hasil ini sesuai dengan Irawan & Yulianti (2004) yang menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa diketahui 5 spesies fungi dekomposer dominan dari perkebuhan kopi Sumberjaya, Lampung Barat yaitu: Fusarium sp., Aspergillus ochraceus, Monascus rube, Aspergillus niger dan Trichoderma sp.
Aspergillus sp. dapat ditemukan pada tanah, buah-buahan, dan juga serasah dedaunan dengan cara mengisolasi fungi tersebut dari habitatnya. Banyak jenis dari aspergillus ini digunakan untuk industri makanan dan minuman. Namun peran penting yang lainnya adalah dalam proses dekomposisi bahan organik tanah dan membantu pertumbuhan tanaman. Seperti diketahui bahwa sisa-sisa tanaman memiliki kandungan selulosa dan lignin yang tinggi yang merupakan sumber makanan bagi sebagian fungi termasuk didalamnya Aspergillus sp., hal ini sesuai dengan pernyataan Rao (1994) yang menyebutkan bahwa beberapa mikroba seperti Trichoderma, Aspergillus, dan Penicillium mampu merombak selulosa menjadi bahan senyawa-senyawa monosakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam organik lainnya dengan dikeluarkannya enzim selulase.
Culvularia sp. hanya terdapat pada tanah hemik, fungi ini juga kurang diketahui perananya dalam proses dekomposisi. Namun, diduga dari habitatnya fungi ini mempunyai peranan dalam mendekomposisi bahan organik, dimana habitat fungi ini banyak sekali di daerah tropis, diisolasi dari tanah dan ada juga diserasah. Sebagai tambahan bahwa menurut Gandjar et al. (1999) fungi ini dapat mengoksidasi aneka garam Mn, menghasilkan pigmen merah (cynodotin), dan
menghidroksilasi progesteron. Disamping itu, Culvularia sp. memiliki pertumbuhan koloni yang cepat, dimana rata-rata pertumbuhannya adalah 1,1 cm per hari. Ini menunjukkan kemampuan fungi dalam berkompetisi untuk memperoleh nutrisi atau unsur lain jauh lebih baik dibandingkan jenis fungi lain.
Mucor sp. merupakan spesies kosmopolit yaitu spesies yang memiliki daerah penyebarannya sangat luas, sebab spesies ini dapat diisolasi dari tanah, rerumputan, kotoran hewan, pulp kayu, dan lain-lain. Hasil identifikasi yang diperoleh menunjukkan bahwa Mucor sp. terdapat pada tingkat kematangan fibrik dan hemik. Hampir sama dengan Culvularia sp. pertumbuhan koloni Mucor sp. terlihat cepat pada media PDA (Potato Dextrosa Agar), dengan rata-rata pertumbuhannya adalah 2 cm per hari. Dengan demikian fungi ini menunjukkan kemampuan bersaing memperoleh nutrisi lebih baik dari fungi yang lain. Buckman & Nyle (1982) menyatakan ada 4 (empat) jenis genus fungi yang paling terkenal yaitu Penisillium, Mucor, Trichoderma, dan Aspergillus. Fungi ini berkembang hebat di tanah-tanah, asam, netral atau alkali, beberapa diantaranya menyukai akan pH rendah. Pernyataan ini diperkuat lagi oleh Pitt & Hocking (1997) yang menyatakan jenis-jenis fungi antara lain Fusarium sp., Mucor sp., Rhizopus sp. dan Trichoderma sp, mampu bertahan hidup dan bersaing dengan fungi lain untuk mendapatkan ruang tumbuh serta unsur lain yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Mucor sp. dapat tumbuh pada suhu 5-200C.
Semakin dalam gambut maka kondisi oksigen semakin rendah, hal ini dimungkinkan karena sedikitnya intensitas cahaya yang dapat menembus masuk kedalam, selain itu lingkungan tanah gambut pada umumnya selalu tergenang oleh air. Hal ini diduga menjadi faktor yang mempengaruhi proses dekomposisi oleh
fungi dan juga menjadi faktor keberadaan fungi di tanah gambut. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan komposisi fungi dan populasi fungi pada jenis tanah gambut berdasarkan tingkat kematangannya.