• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad di mata orang yang percaya kepadanya

Dalam dokumen FILSAFAT DAN TEOLOGI ISLAM (Halaman 44-48)

1. Riwayat Hidup Muhammad saw

1.12 Bulan-bulan terakhir hidup Muhammad saw

1.12.05 Muhammad di mata orang yang percaya kepadanya

seorang nabi, hamba dan utusan Allah, Rassullah. Muhammad sendi-ri dan para pengikutnya, mulai dasendi-ri orang Islam pertama sampai hasendi-ri ini percaya bahwa ia Rassullah, utusan Allah. Seorang penulis

riwa-yat hidup Muhammad, seorang Indonesia beragama Islam, berkata76:

“Kedudukan beliau sebagai pemimpin, sebagai panglima perang, seba-gai genius atau kedudukan-kedudukan lain semata-mata bersifat se-kunder. [...] Kedudukannya yang terpokok dan terutama adalah seba-gai Nabi dan Rasul.”

“Nabi Muhammad saw adalah pemimpin agung, manusia besar dan genius. Kenyataan itu diakui oleh kawan dan lawan. Namun bagi se-tiap Muslim tidak cukup hanya mengakui kenyataan itu. Masih ada kenyataan lain yang jauh lebih tinggi dari itu, yakni kenabian dan ke-rasulan77 beliau. Meragukan kenabian dan kerasulan beliau berarti meragukan kebenaran seluruh wahyu ilahi, terutama yang berkaitan dengan soal-soal gaib seperti soal Hari Kebangkitan (Kiamat), peng-hitungan amal yang baik dan yang buruk, surga, neraka dan lain-lain.

Meragukan semuanya itu berarti meragukan kebenaran agama Islam secara keseluruhan, dan akhirnya lenyaplah Islam dari alam pikiran-nya, tidak ada yang tertinggal kecuali pandangan filsafat.”78

“Kepada umat manusia beliau mengingatkan akan tanggung jawab mereka kepada Allah, Al-Khaliq, sebagaimana yang dahulu telah di-ingatkan pula oleh para Nabi dan Rasul kepada umatnya masing-ma-sing. Beliau menjelaskan bahwa dirinya adalah Nabi terakhir dari se-rangkaian para Nabi yang datang berturut-turut dalam berbagai za-man sebelumnya. Selain itu beliau memperkenalkan diri sebagai ma-nusia yang lain. Bedanya dari yang lain ialah karena Allah SWT, mengamanatkan kepada beliau -- melalui wahyu -- menyampaikan tu-gas Risalah kepada semua manusia agar mereka mengenal jati dirinya (identitasnya) sebagai makhluk ciptaan Allah. [...] Beliau pun mene-gaskan bahwa dirinya tidak berhak menambah, mengurangi atau mengganti cakupan tugas Risalah yang dibebankan Allah kepadanya sebagai amanat yang harus disampaikan kepada seluruh umat manu-sia. [...] Selama hidup beliau tidak pernah sama sekali melakukan sua-tu tindakan unsua-tuk kepentingan pribadi. [...] Beliau datang sebagai

76. H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw, Pustaka Hidayah, Bandung, 1989, cet. XII, 2008, 904 pp., p. 19

77. Kerasulan di sini berarti martabat rasul, bukan kegiatan merasul 78. lh. H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, 2008, p. 20-21

Nabi dan Rasul terakhir, melengkapi dan menyempurnakan ajaran-a-jaran agama Allah yang telah disampaikan oleh para Nabi dan Rasul mulai dari Nabi Adam as hingga Nabi Isa as. Dengan demikian maka lengkap dan sempurnalah agama yang dibawakan oleh Nabi Muham-mad saw. Setelah kedatangan Islam tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang bakal datang membawa agama baru. Semua yang lengkap dan sempurna tidak membutuhkan pembaruan, yang membutuhkan pem-baruan adalah pikiran umat manusia. [...] Agama Allah dan Kitab Su-ci-Nya yang serba sempurna itu tidak mungkin dapat disampaikan de-ngan sempurna oleh pembawa tugas Risalah yang tidak sempurna.

Yang dapat menunaikan tugas Risalah demikian itu pasti seorang Nabi dan Rasul pilihan Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan Nabi Muhammad saw itulah yang membuat beliau sebagai manusia besar, bahkan terbesar, dalam segala hal.”79

Bagi banyak orang Islam merupakan kebanggaan bahwa Muham-mad, seorang Nabi yang ummi, yang tidak tahu membaca dan menu-lis, dapat menyampaikan al-Quran al-karîm. Keindahan dan keagung-an al-Qurkeagung-an merupakkeagung-an suatu mukjizat, tkeagung-anda ajaib dari Allah sendiri.

Al-Quran itu Sabda Allah, tanpa tambahan atau pun perubahan dari pihak Nabi yang menyampaikannya. Dalam pandangan banyak orang Islam, hanya agama Islam saja yang menyimpan wahyu Allah bagi ma-nusia dalam bentuk murni, tanpa tambahan dan perubahan. Sedang-kan wahyu Allah yang disampaiSedang-kan melalui nabi-nabi sebelumnya mengalami perubahan akibat ulah manusia, ditambah-tambah atau di-kurangi80.

Sejalan dengan pandangan ini terdapat keyakinan bahwa sejarah kehidupan Muhammad “tidak dapat dimanipulasi oleh penulis mana-pun juga, karena terkontrol oleh nash-nash Al-Qur’an dan dokumen-dokumen sejarah yang otentik, yaitu catatan riwayat dan hadis-hadis.”81

Pandangan iman ini terdapat pada cukup banyak penulis riwayat hidup Muhammad dan sejarah awal umat Islam. Dari satu pihak

pan-79. lh. H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, 2008, p. 21-23

80. lh. http://forum-swaramuslim.net/more.php?id=43781_0_15_0_M 81. lh. H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, 2008, p. 21-22

dangan ini menanamkan dalam diri orang Islam hormat dan penghar-gaan amat besar akan Muhammad dan al-Quran al-karîm. Dari lain pihak pandangan iman ini membawa kesulitan khusus dalam tafsiran teks al-Quran82 dan hadith tertentu. Bila teks-teks itu dilihat sebagai Sabda Allah langsung, tanpa tambahan atau perubahan, teks itu tidak mungkin salah. Maka timbul kesulitan bagaimana memperdamaikan teks itu dengan kenyataan sejarah yang berbeda dengannya.

Pandangan terhadap penyimpanan wahyu Allah tanpa perubahan sedikit pun tentulah mempersulit setiap pendekatan ilmiah kritis terha-dap teks dan sumber-sumber sejarah awal Islam. Usaha pendekatan kritis seperti itu mudah dilihat sebagai serangan terhadap iman Islam sendiri83. Benar pula bahwa pendekatan kritis akan perkembangan pengertian dan iman dalam diri nabi Muhammad dan umat Islam per-tama, sering bertujuan menunjukkan kelemahan dan pertentangan da-lam sejarah dan ajaran Isda-lam.

Orang yang tidak beragama Islam cepat melihat kelemahan dan pertentangan dalam teks-teks suci Islam dan sejarah awalnya. Mere-ka memang sulit menangMere-kap segenap arti rohani bersama keMere-kayaan dan kedalaman iman yang terkandung dalam teks-teks suci dan peng-hayatan iman umat Islam.

82. Misalnya pernyataan bahwa Yesus tidak disalibkan: “Mereka tidak membu-nuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka” Surat 4,157: An-Nisâ

83. lh. http://www.islamic-awareness.org ; http://www.answering-islam.org ; http://www.answering-christianity.com/ac.htm

Dalam dokumen FILSAFAT DAN TEOLOGI ISLAM (Halaman 44-48)

Dokumen terkait