• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad vs. Yesus

Dalam dokumen PIG to Islam (Halaman 89-92)

“Diberkatilah mereka yang berhati kudus, karena mereka akan melihat Tuhan. Diberkatilah mereka yang membuat perdamaian, karena merekalah yang akan disebut sebagai anak-anak Allah. Diberkatilah mereka yang disesah karena tujuan2 mulia karena merekalah yang mewarisi kerajaan surga.” - Yesus (Matius 5:8-10)

Allah menugaskan Muslim untuk melakukan perang Suci di jalan Allah dan tiada alasan lain untuk melakukannya selain percaya pada Allah dan

RasulNya, bahwa dia akan diberi imbalan oleh Allah dengan anugrah atau barang jarahan (jika dia hidup) atau masuk surga (jika dia mati)

Muslim memperlakukan masyarakat Kristen secara brutal dan penuh kekerasan di Tanah Suci. Di tahun 772, Kalifah al-Mansur memerintahkan semua tangan-tangan orang Kristen dan Yahudi diberi cap dengan simbol tertentu. Muslim yang berani ganti agama ke Kristen diperlakukan dengan kejam. Di tahun 789, pemerintah Muslim memancung seorang paderi yang meninggalkan Islam dan masuk Kristen. Tentara Muslim juga

menghancurkan monastri Saint Theodosius di Bethlehem dan membunuhi para paderi. Monastri-monastri Kristen di daerah sekitar juga bernasib sama. Di awal abad ke 9, penindasan semakin sengit sehingga banyak masyarakat Kristen yang meninggalkan Yerusalem dan mengungsi ke Konstatinopel dan kota-kota Kristen lainnya. Di tahun 923, gereja-gereja dihancurkan, dan di tahun 937, Muslim mengacaukan perayaan Paskah di Yerusalem, merampok dan menghancurkan Gereja Kalvari dan Gereja Kebangkitan Kembali

(Resurrection).[7] Kalifah al-Muqtadir tidak setuju dengan penindasan tahun 923 dan memerintahkan gereja dibangun kembali.

[7] Moshe Gil, A History of Palestine 634-1099 (Cambridge: Cambridge University Press, 1992), 473-76. Atas penindasan terhadap masyarakat Kristen, kerajaan Bizantium

mengganti politik negara yang awalnya bersikap bertahan melawan Muslim dan jadi menyerang untuk merebut kembali tanah-tanah Kristen yang dirampas Muslim. Di tahun 960-an, Jendral Nicephorus Phocas (yang nantinya akan jadi Kaisar Bizantium berikut) berhasil menang perang

melawan tentara Muslim dan merebut kembali Kreta, Sisilia, dan Siprus, dan bahkan sebagian dari Siria. Di tahun 969, dia merampas kembali kota kuno Kristen bernama Antiokhia. Di tahun 970-an, kerajaan Bizantium

memperluas penyerangan sampai masuk ke Siria.[8]

[8] Steven Runciman, A History of the Crusaders, Volume I (Cambridge: Cambridge University Press, 1951), 30-32. Dalam theologi Islam, jika suatu daerah tadinya telah dirampas oleh

Kekuasaan Islam, maka daerah itu selamanya milik Islam – dan Muslim harus berperang untuk merebut kembali tanah itu. Di tahun 974, karena terus-menerus kalah melawan Bizantium, Kalifah Abbasid (Sunni) di Baghdad menyerukan perang Jihad. Kampanye Jihad melawan Bizantium terus

dilakukan setiap tahun oleh Saif al-Dawla yang adalah penguasa Dinasti Hamdanid Shia di Aleppo dari tahun 944-967. Saif al-Dawla meminta masyarakat Muslim untuk berperang melawan Bizantium dengan alasan mereka merampasi tanah milik Islam. Kampanye ini demikian sukses sehingga tentara-tentara Muslim berdatangan bahkan dari daerah jauh di Asia Tengah untuk bergabung melakukan Jihad.[9]

[9] Carole Hillenbrand, The Crusaders: Islamic Perspective (Oxford: Routledge, 2000), hal.101.

Akan tetapi, permusuhan antar Shia dan Sunni menggagalkan usaha Jihad itu, dan di tahun 1001 Kaisar Bizantium Basil II membuat perjanjian damai 10 tahun dengan Kalifah Shia Fatimid. [10]

[10] Runciman, hal. 33.

Tak lama kemudian, Basil melihat bahwa perjanjian damai itu tak ada gunanya. Di tahun 1004, Kalifah Fatimid ke-6 yakni Abu ‘Ali Mansur al-Hakim (985-1021) menyerang ganas kepercayaan ibu dan pamannya yang Kristen, dan memerintahkan perampasan harta benda dan pembakaran gereja-gereja. Dia pun melakukan hal yang sama terhadap masyarakat Yahudi. Sepanjang 10 tahun berikutnya, 30.000 gereja dihancurkan dan banyak orang-orang Kristen yang masuk Islam agar nyawa mereka selamat. Di tahun 1009, al-Hakim mengeluarkan perintah anti-Kristen yang paling terkenal: dia memerintahkan Gereja Makam Suci (Holy Sepulcher) di Yerusalem dihancurkan, juga gereja-gereja lain (termasuk Gereja Resurrection). Gereja Makam Suci didirikan oleh orang-orang

Bizantium di abad ke 7 setelah Persia membakar gereja sebelumnya, dan gereja ini dipercayai sebagai kubur Yesus; juga dipakai sebagai model bagi mesjid Al-Aqsa. Al-Hakim memerintahkan kuburan

dihancurkan semua sampai pada altar. Dia memerintahkan semua masyarakat Kristen memakai salib berat di leher mereka (dan bagi orang Yahudi adalah balok kayu berat di pundak berbentuk anak sapi). Dia terus menambah aturan yang semakin menindas agar para Yahudi dan Kristen itu mau masuk Islam. [11]

[11] Gil, hal. 376.

Kalifah kejam ini akhirnya meringankan hukum-hukum penindasan atas non-Muslim dan bahkan mengembalikan harta rampasan dari Gereja.[12] Sebagian alasan perubahan sikap al-Hakim mungkin karena dia semakin mempelajari Islam orthodoks. Di tahun 1021, dia menghilang secara misterius; beberapa pengikutnya menganggap dia orang suci dan mereka membentuk kelompok agama berkenaan dengan misteri ini dan juga karena ajaran imam bernama Muhammad ibn Isma’il al-Darazi (dari nama inilah Islam Druze dibentuk).[13] Karena perubahan hukum Kalifah al-Hakim dan kematiannya, orang-orang Bizantium diijinkan kembali membangun Gereja Makam Suci di tahun 1027.[14]

[12] Runciman, 35-36; Hillenbrand, 16-17; Jonathan Riley-Smith, The Crusaders: A Short History (New Haven, CT: Yale University Press, 1987), hal. 44.

[13] Bernard Lewis, The Assassins (New York: Basic Books, 2002), hal. 33.

[14] Runciman, hal. 36.

Meskipun begitu, nasib umat Kristen dalam keadaan riskan dan peziarah Kristen tetap saja ditindas. Di tahun 1056, penguasa Muslim mengusir 300 orang Kristen dari Yerusalem dan melarang peziarah Kristen Eropa memasuki Gereja Makam Suci.[15] Ketika penguasa Turki Seljuk berkuasa di Asia

membuat keadaan masyarakat dan peziarah Kristen jadi sulit (dilarang berziarah). Setelah tentara Muslim mengalahkan Bizantium di Manzikert tahun 1071 dan menawan Kaisar Bizantium bernama Romanus IV, semua daerah Asia Kecil ditaklukan Muslim. Di tahun 1076, Muslim Turki Seljuk mengalahkan Siria; di tahun 1077, Yerusalem. Emir Seljuk bernama Atsiz bin Uwaq berjanji tidak akan melukai penduduk Yerusalem, tapi begitu sudah masuk kota, tentara Muslim membunuh 3.000 orang.[16] Pemerintah Seljuk mendirikan kesultanan Rum di Nisea yang terletak dengan

Konstantinopel. Dari sinilah mereka terus-menerus menyerang Bizantium dan menindas masyarakat Kristen di seluruh daerah kekuasaan mereka. [15] Ibid, hal. 49.

[16] Gil, hal. 412.

Kekaisaran Kristen Bizantium yang sebelum kalah perang lawan Islam berkuasa dari bagian selatan Italia, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Arabia, sekarang kekuasaannya hanya lebih besar sedikit dibandingkan Yunani. Tampaknya memang kejatuhannya dari Turki Seljuk hanya tunggu waktu lagi. Gereja Konstantinopel tidak mengakui kekuasaan Paus dan bermusuhan selama berabad-abad, tapi Kaisar Bizantium yang baru yakni Alexius I

Comnenus (1081-1118) merendahkan diri dan meminta pertolongan. Inilah awal terjadinya Perang Salib pertama: Kaisar Bizantium minta tolong.

Pandangan PC:

Dalam dokumen PIG to Islam (Halaman 89-92)