• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUKMIN YANG MERAIH

Dalam dokumen M. Taqi Misbah Yazdi – Menjadi Manusia Ilahi (Halaman 183-189)

dicabut, ia memberikan kedua cawan tersebut sehingga ia tidak merasakan sakitnya kematian. Ketika ia meminum air kautsar dan arak dari surga, semua rasa sakit, rasa pahit, kegelisahan dan pedihnya kematian akan terlupakan. Air kautsar dan arak surgawi yang diberikan kepada penghuni surga, berbeda dengan air dan arak yang ada di dunia. Air Arak di dunia hanya bisa menghilangkan rasa haus. tetapi dengan meminum air dan arak surgawi ini, semua kehausan ruh akan hilang.

Mereka akan diberikan kabar gembira yang besar, dikatakan kepada mereka; anda telah suci, begitu juga tempat tinggal anda. Dan anda sedang menuju seseorang yang maha agung, mulia, tercinta dan maha dekat. Engkau sedang menuju kepada yang maha mulia, terlepas dari segala kerendahan dan kelemahan, segala sesuatu menunjukkan kebesaran tak terbatas-Nya. Tentunya, diterimanya sebagai tamu kekasih tersebut merupakan sebuah kebaikan yang muncul dari kemuliaan tak terbatas-Nya. Ketika seseorang hendak bertemu dengan kekasihnya, apa yang ia rasakan dan betapa rindunya untuk bisa bertemu. Apakah ketika ruh diberi kabar gembira karena bisa bertemu dengan sang kekasih, masih ingin untuk tinggal di dunia? Apakah semua kesulitan dan penderitaan di dunia ini memiliki arti baginya?

Maka ruh pun terbang dari tangan malaikat dan naik ke arah Allah swt. lebih cepat dari kedipan mata.

Ketika malaikat mencabut nyawa orang kafir dan orang munafik, mereka lakukan itu dengan kekerasan dan paksaan. Akan tetapi, ketika mencabut nyawa seorang mukmin, selain mencabutnya tidak dengan cara kekerasan, bahkan mereka mencabutnya dengan perlahan dan sangat memerhatikan ruh tersebut bagaimana lalu ia terbang dari tangannya menuju sang kekasih.

Tidak ada lagi hijab dan penghalang antara ruh dengan Allah.

(Pengertian dan makna dari hijab dan penghalang yang ada dalam riwayat telah dibahas dalam buku-buku irfan. Akan tetapi secara umum bisa dikatakan bahwa dalam kondisi tersebut, seorang hamba tidak merasakan adanya batasan dan jarak antara dirinya dengan Allah swt.).

Dan Allah swt. rindu kepadanya dan duduk di sisi mata air di Arasy.

Yang membuat kebahagiaan bagi seorang mukmin yang shaleh dan baik yaitu berada dalam kondisi tersebut. Allah swt. merindukannya serta sudah menemukan jalan untuk bisa menuju-Nya dan bisa bertemu dengan-Nya. Ketika duduk di samping mata air di Arasy, ia ibarat seorang musafir yang telah menempuh jalan yang sangat jauh yang penuh dengan kesulitan, kekeringan dan kepanasan. Untuk istirahat, ia duduk di samping mata air dan menghilangkan semua kelelahan dan kehausan yang ada dalam dirinya. Ketika ia duduk di samping mata air, Allah swt. berbicara kepadanya:

Bagaimana kamu meninggalkan dunia?

Setelah basa basi, biasanya kepada musafir yang baru sampai dari perjalanan ditanyai, Bagaimana perjalananmu? Di sana juga Allah swt. bertanya, bagaimana keadaan dunia? Dalam menjawab, seorang hamba hendaklah hati-hati, sebab ia berada di sisi Allah swt.; di sana bukan tempatnya basa-basi. Jika ingin berbuat kesalahan, ia tidak akan diizinkan untuk berbicara, sebab tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya. Maka apa yang disampaikan oleh hamba adalah sesuatu yang hak:

“Di hari dimana ruh dan malaikat berdiri berbaris, mereka

tidak berbicara kecuali apa yang diizinkan kepadanya oleh

Yang Maha Pemurah, dan dia berkata jujur.”1

Melepaskan Diri dari Dunia: Hasil Kecintaan kepada Allah swt.

Di sini, ruh seorang mukmin menjawab:

Ilahi! Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, aku bersumpah! Aku tidak memiliki pengetahuan tentang dunia. Sejak Engkau ciptakan, aku takut kepada-Mu.

Tidak sekedar cukup dengan menjawab pertanyaan, bahkan ia bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan Allah swt., bahwa ia tidak memiliki kabar tentang dunia. Artinya, mungkin saja manusia hidup di dunia dan menjalankan seluruh kewajibannya, tetapi hatinya tidak terpaut akan dunia, seolah tidak memiliki kabar apa pun

BAB XVI: MUKMIN YANG MERAIH… 185

tentangnya. Sebagian orang, disebabkan kesedihan, musibah, dan rindu mengharap bisa bertemu sang kekasih, tidak mendapatkan kabar beberapa saat dan hari berlalu: di mana dia berada? dan sedang apakah dia? Walaupun menjalankan pekerjaannya dengan benar, tetapi ia tidak perhatian dengannya.

Di dunia, seorang mukmin ahli yakin memiliki perhatian kepada masalah dan pekerjaan-pekerjaan dunia biasa; ketika berhadapan dengan itu semua, ia melihatnya seperti gelombang-gelombang kecil, yang hanya berada di muka lautan dan tidak sampai kedalamannya. Masalah-masalah dunia ibarat gelombang kecil yang tanpa pengaruh, lewat pada ruh manusia mukmin dan tidak masuk ke ke dalaman jiwanya. Sebab, hatinya berada di tempat lain, dimana lubuk hatinya tidak memiliki kabar apa pun yang terjadi. Karena itu, di hadapan Allah swt. ia bersumpah tidak tahu keadaan dunia. Sebaliknya, hati para pecinta dunia terpaut padanya dan masuk menusuk kedalaman jiwa mereka. Mereka tidak mengharap sesuatu selain syahwat dan mencari kelezatan.

Maka Allah swt. berfirman, Hamba-Ku, engkau telah berkata jujur, engkau bersama jasadmu di dunia sementara ruhmu bersama-Ku. Maka Aku mengetahuimu, baik rahasia atau yang nyata.

Bagaimana mungkin manusia bergelut dengan masalah-masalah hidup, selalu berpikir menyiapkan makanan, pakaian dan semua kebutuhannya, tetapi kedalaman jiwanya berada di tempat lain! Jika mencapai maqam ini adalah sesuatu yang mungkin, kenapa kita tidak berusaha, walaupun dalam sesaat untuk tidak menaruh hati pada dunia dan pada hal-hal yang rendah dan tak bernilai; hanya menaruh hati kepada Allah swt.?

Keridhaan Ilahi, Keinginan Terbesar Seorang Mukimin

Mintalah! Maka Aku akan mengabulkannya dan memohonlah! Maka Aku akan memuliakanmu. Ini adalah surga-Ku, maka ambillah posisimu di sana, dan ini adalah tempat-Ku, maka tinggallah di sana!

Seolah muncul lagi ujian seseorang yang, sepanjang umurnya, berusaha dan rindu untuk bisa bertemu dengan kekasihnya, dan kini dia sudah bisa bertemu dengannya. Allah swt. berkata kepadanya,

wahai hamba-Ku! Aku telah menciptakan ini semua untukmu, sekarang surga ada di tanganmu. Pergilah ke mana kamu suka, katakan apa saja yang kamu inginkan, maka Aku akan memberinya. Mungkin jika itu adalah kita, maka tatkala mata kita melihat istana yang sangat indah dan semua kenikmatan surga; makanan, minuman dan lain-lain, maka kita akan berkata, berilah semua buah-buhan dan kenikmatan surga itu!

(Dalam hadis tersebut, Allah swt. meminta kepada hamba-Nya untuk menyampaikan permintaan dan permohonannya sehingga Dia akan menjawab semuanya. Keinginan adalah sesuatu yang ia yakini bahwa itu bisa terjadi. Namun pada sesuatu yang tidak diyakininya disebut sebagai harapan. Allah swt. berfirman, inginkanlah atau, lebih dari itu, berharaplah, maka Aku akan mengabulkannya).

Maka ruh berkata, “Ilahi! Engkau sendiri yang mengenalkan diri-Mu kepadaku, maka aku cukup diri-Mu dari semua makhluk-Mu. Ilahi! Ketika aku sudah mengetahui keagungan- Mu, maka aku tidak lagi menginginkan surga? (Aku, dengan pengetahuan tentang-Mu, tidak lagi butuh kepada apa pun. Apakah selain-Mu ada yang lain yang bisa aku sukai?).”

Kemuliaan, Karunia Ilahi dan Kesempurnaan Manusia Beriman “Demi kemuliaan dan keagungan-Mu! Jika ridha-Mu adalah aku harus mati tersayat-sayat maka matikanlah aku sebanyak tujuh puluh kali dengan kematian paling pedih yang pernah dialami manusia. Maka ridha-Mu yang paling (ku) cintai.” Ketika kalimat ini dijelaskan, ia seperti orang yang besar dan mengklaim sesuatu yang besar yang tidak bisa dilakukan oleh seorang hamba yang lemah. Seolah ia berpikiran bahwa klaim ini akan diterima oleh-Nya. Untuk itu, ia berusaha memahamkan bahwa klaim ini hanya untuk menunjukkan bahwa keridhaan Allah swt. lebih utama daripada yang lain. Bukan tentang kesombongan:

Bagaimana aku bisa sombong, sementara aku ini lemah jika tanpa ada kemuliaan-Mu. Apa yang telah disampaikan bahwa aku tidak mengingat seorang pun kecuali Engkau dan keridhaan-Mu, bagiku lebih berharga dari apa pun. Serta tanpa kemuliaan-Mu aku tidak memiliki apa pun untuk bisa disuguhkan. Karena aku bukan apa-apa kecuali hanya hamba

BAB XVI: MUKMIN YANG MERAIH… 187

yang lemah. Dan aku akan kalah jika Engkau tidak menolongku, aku lemah jika Engkau tidak membuatku lemah, dan aku mati jika Engkau tidak menghidupkanku dengan dzikir kepada-Mu.

Tanpa adanya pertolongan dari-Mu, aku tidak akan memiliki kemampuan dalam melawan hawa nafsu dan setan, dan aku akan kalah dalam peperangan tersebut. Kalimat terakhir dari kutipan ini memiliki makna yang cukup tinggi: “Aku mati jika Engkau tidak menghidupkanku dengan dzikir kepada-Mu.” Kalimat ini selain mengisyaratkan kepada: Engkau telah memberiku kehidupan, juga mengandung poin yang sangat penting, bahwa kehidupan hamba yang mukmin memiliki keyakinan ia telah mencapai derajat yang tinggi. Bukan dari jenis kehidupan biasa yang kita ketahui hanya bisa bertahan dengan makan dan bernafas, tetapi kehidupan ini hanya bisa bertahan dengan mengingat Allah swt. Hidupnya hati hanya bisa langgeng dengan mengingat Allah swt. Jika hubungan ini terputus, walau kehidupan hewaninya masih berlanjut, hatinya tetap mati. Akhirnya, kehidupan manusiawinya akan hilang. Tentang masalah ini Allah swt. berfirman,

“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-

orang yang hidup(hatinya).”1

Selama hati belum memiliki kehidupan, maka ia tidak akan bisa meraih makrifat Ilahi dan kedekatan hati. Oleh karenanya, ‘ahli yakin’ merasa hidup kembali dengan mengingat Allah swt. Itu adalah kehidupan yang berada pada derajat tertinggi, yakni kehidupan di sisi Allah swt., dan Dialah yang telah memberikannya.

Jika bukan karena tabir-Mu, aku sudah hancur di awal langkah maksiatku.

Ilahi! Bagaimana aku tidak meminta ridha-Mu sedang Engkau telah menyempurnakan akalku hingga aku bisa mengenal-Mu, mengenal yang hak dari yang bathil, yang diperintah dari yang dilarang, ilmu dari jahil, dan cahaya dari kegelapan.

1- QS. Yasin [36]: 70.

Ilahi! Permintaanku yang sesungguhnya adalah keridhaan-Mu. Sebab, jika tidak ada surga dan kenikmatan yang ada didalamnya, tidak akan bernilai di hadapan-Mu. Nilai yang dimiliki olehnya, karena itu merupakan hadiah dari-Mu. Ilahi! Jika Engkau tidak menyempurnakan akalku hingga aku bisa mengenal-Mu dan bisa mengetahui nilai kedekatan dengan-Mu, maka aku akan seperti hewan lain yang hanya mencari rerumputan dan syahwat. Karena pertolongan Mu, akalku menjadi sempurna dan bisa mengenal-Mu, serta aku bisa menutup mata dari syahwat dan kelezatan duniawi. Maka, jika bukan ridha-Mu yang aku inginkan, maka aku akan mencari apa? Apakah ada yang aku cari yang lebih besar dari keridhaan- Mu?

Tentunya, percakapan ini lebih manis dari sekedar diungkapkan. Reduksi tingkat percakapan itu mengisyaratkan akan kondisi-kondisi yang dimiliki ruh dalam maqam tersebut. Ketika sampai masalah ini, Allah swt. berfirman:

Demi kemuliaan dan keagungan-Ku! Tidak akan Aku hijabi antara Aku dan engkau dalam waktu apa pun, begitu juga Aku akan lakukan ini kepada para kekasih-Ku.

BAB XVII:

CIRI-CIRI KEHIDUPAN YANG

Dalam dokumen M. Taqi Misbah Yazdi – Menjadi Manusia Ilahi (Halaman 183-189)