• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu-isu yang muncul di dalam diskusi

5 Pendanaan perubahan iklim dengan menggunakan mekanisme pasar Private sector dalam kaitannya dengan pendanaan perubahan iklim, bisa melakukan banyak hal. South

5.2 Isu-isu yang muncul di dalam diskusi

Beberapa pertanyaan yang muncul di dalam diskusi ini adalah:

1. Terkait dengan instrumen yang dapat digunakan untuk mencapai target NDC, dan apakah emisi akan turun hanya dari proyek pemerintah saja atau secara economy wide. Pendekatan yang digunakan oleh NDC Indonesia adalah economy-wide target. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor ekonominya yang harus berkontribusi, bukan hanya proyek-proyek APBN dan APBD.

2. Terkait dengan sistem registry yang terintegrasi, hal ini sebenarnya mengenai kaitan antara proyek yang bisa di-registry, yang bisa dihitung, dan ini bukan hanya mencakup emisi dari proyek-proyek pemerintah tapi seluruh project yang terkait dengan non-state actors.

Hal yang juga menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa melakukan registry dan monitoring program yang ada di masyarakat. Misalnya, dalam program ekonomi yang dilakukan oleh World Vision Indonesia (WVI) ada yang disebut sebagai local value chain development dan juga market for the poor, di mana bargaining power petani dapat ditingkatkan dengan mengumpulkan mereka, menyamakan standard produksi, sehingga mereka bisa memiliki standard yang lebih tinggi lagi. Atau, bagaimana dengan kelompok-kelompok petani untuk sustainable agriculture saja contohnya, yang sudah bisa mengurangi emisi. Apakah mungkin bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pengurangan emisi, mereka juga bisa membeli dari petani? Kemudian, terkait dengan konversi minyak tanah ke LPG, apakah itu tidak dapat di-claim?

Untuk kegiatan yang melibatkan kegiatan-kegiatan atau kelompok-kelompok kecil, maka di CDM ada yang namanya PoA, Programmes of Activities. Tujuan dari skema ini adalah untuk mengadopsi project-project kecil yang dilakukan oleh masyarakat.

Terkait dengan konversi minyak tanah ke LPG, kegiatan ini memang tidak tercantum di RAN GRK. Perhitungan emisi yang dapat dikurangi melalui kegiatan ini adalah dari 40 juta ton, hingga 160 juta ton, jika program ini diteruskan. Angka ini jauh melampaui target di sektor energi, sehingga kemudian Kementerian Keuangan melaporkan ke Bappenas dan KLHK, yang akan mempertimbangkan kegiatan ini untuk masuk di revisi RAN GRK.

3. Sejauh manakah potensi Indonesia untuk pasar atau tax? Jika pilihannya adalah pasar, apakah transaction cost untuk market monitoring tidak akan menjadi sangat besar? Apabila menerapkan pajak langsung, maka uangnya bisa masuk ke pool of fund yang dapat dikontrol?

Penentuan pilihan di sini akan sangat tergantung tujuannya. Jika pemerintah memiliki target untuk mengumpulkan uang, sehingga uang tersebut akan digunakan untuk kegiatan itu, maka Pemerintah sebaiknya memilih tax. Namun, jika pemerintah memiliki tujuan untuk mendorong bisnis supaya bisa perform dengan baik, maka Pemerintah akan mendorong pasar karbon, yang sifatnya Business to Business.

4. Apakah mungkin untuk menerapkan konsep pasar ini untuk adaptasi?

Kemudian, apakah bisa di adaptasi. Ini sebenarnya menjadi pertanyaan menarik. Kita sebenarnya pernah membuat corat-coret, dengan Pak Medril kalau tidak salah waktu itu, gimana kita bisa membuatnya sesuai dengan adaptasi. Kalau kita misalnya menggambarkan satu kawasan, kita bisa melihat misalnya mencoba untuk menghitung tingkat kerawanan daerah tersebut, dan implikasinya ke private sector di sana. Jadi, berdasarkan data itu sebenarnya, berdasarkan hasil perhitungan itu, kita bisa mendorong market based adaptation di sana. Tapi harus kita design sedemikian rupa supaya si private sector itu membeli kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat atau katakanlah oleh komunitas atau siapa pun berdasarkan tingkat vulnerability dari masing-masing perusahaan itu. Ini bisa juga kita coba untuk diskusikan.

5. Jika Indonesia ingin menggunakan mekanisme pasar dalam pencapaian NDC, apa yang menjadi langkah pertama yang harus dilakukan?

Langkah pertama untuk dapat menggunakan mekanisme pasar dalam pencapaian NDC terletak di RPP instrumen ekonomi yang saat ini sedang disusun. RPP tersebut menyebutkan bahwa dimungkinkan untuk menerapkan pasar karbon. Bisa jadi sebenarnya Indonesia membutuhkan Undang-Undang khusus untuk Perubahan Iklim. Karena kalau untuk pasar karbon, tidak didukung dengan kewajiban untuk menurunkan emisi, maka hal tersebut akan sulit untuk dicapat. Penurunan emisi tidak bisa hanya didukung oleh regulasi di tingkat PerMen. RPP juga tidak kuat, karena tidak memiliki regulasi di atasnya yang menyebutkan bahwa satu pihak harus menurunkan emisi, demikian pula dengan UU No. 32. Ini jika tujuan penggunaan pendekatan pasar untuk mencapai target NDC, namun, jika menggunakan

mekanisme pasar yang bersifat voluntary, RPP pun cukup. Namun, jika sifatnya mandatory, maka yang pertama yang harus dilakukan adalah menyusun UU Perubahan Iklim.

Jika Indonesia menginginkan untuk menggunakan mekanisme pasar dalam pencapaian NDC, maka UU Perubahan Iklim harus selesai dalam waktu 2 tahun, agar dapat memberikan cukup waktu untuk dapat men-design carbon market sebagai bagian dari strategi pencapaian NDC. Ini juga yang seharusnya menjadi inisiatif DPR.

6. Terkait dengan analisis resiko iklim yang berbasis ilmiah, pada umumnya tidak pernah mengkaitkannya dengan valuasi nilai ekonomi. Tantangannya adalah ketika mencoba untuk

banyak nilai-nilai yang hilang. Jika diterapkan dengan ekosistem services, juga sulit, karena ada perubahan peranan ekosistem setempat. Sedangkan ketika melakukan evaluasi, maka yang akan dilakukan adalah melakukan evaluasi terutama yang ada hubungannya dengan perubahan ekosistem setempat, di mana ada jasa-jasa ekosistem yang hilang. Bagaimana caranya mengembangkan analisis tersebut, tanpa mengubah nilai sosial, kultural, monetizing itu, tidak terjadi reduksi nilai ekosistem itu sendiri.

Saat ini South Pole sedang mengembangkan satu program untuk satu perusahaan asuransi. Ketertarikan mereka itu sebenarnya untuk membantu untuk banjir di Jakarta, terutama di sungai Ciliwung.

Perusahaan asuransi ini tertarik untuk melakukan hal ini, karena nantinya akan berhubungan dengan masalah pembayaran claim nantinya. Perusahaan asuransi tersebut sedang mencoba untuk melihat peluang apakah mereka bisa membantu untuk mengurangi potensi terjadinya banjir yang sifatnya kegiatan adaptasi, atau tidak. Hal ini berarti bahwa claim yang akan diterima oleh perusahaan asuransi tersebut akan berkurang. Yang artinya adalah perusahaan asuransi tersebut meningkatkan

6 Penutup

Diskusi ditutup dengan beberapa isu yang dapat ditindaklanjuti pembahasannya, yaitu: 1. Kemungkinan untuk Indonesia menyusun UU Perubahan Iklim

2. Menggali isu pasar karbon lebih dalam

3. Instrumen-instrumen pembiayaan untuk adaptasi 4. Sistem Registry di Indonesia

Ada ekspektasi yang menyatakan bahwa negosiasi internasional saat ini mungkin belum terlalu penting dibandingkan dengan implementasi di dalam negeri. Memang masih ada banyak aspek yang perlu diperbaiki, atau building block-nya belum lengkap. Beberapa building block-nya yang telah teridentifikasi di antaranya adalah, perlunya regulasi setingkat UU, instrumen regulasi, ada institusinya, mekanisme, yang hanya dapat dikembangkan dalam waktu singkat. Politik anggaran menjadi penting, sistem

anggaran, dan penganggaran harus berubah dengan adanya Paris Agreement. Masih ada waktu 3 tahun dengan pemerintah sekarang, untuk meletakkan fondasi yang kokoh agar Indonesia siap

7 Rujukan

Dr. Syurkani Ishak Kasim. NDA GCF Indonesia - Mendukung Aksi Adaptation Mitigasi RI. Disampaikan pada dialog publik IESR untuk COP 22, 31 Oktober 2016.

Paul Butarbutar. Market mechanism to address climate change. Disampaikan pada dialog publik IESR untuk COP 22, 31 Oktober 2016.

Dokumen terkait