• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

C. Akad Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari

25

pemasok dan kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau mark-up.26

Dalam perbankan syariah akad murabahah diterapkan pada pembiayaan murabahah, yakni pembiayaan dalam bentuk jual beli barang dengan modal pokok ditambah keuntungan (margin) yang disepakati antara nasabah dan bank. Pada pembiayaan murabahah ini nasabah dan bank syariah melakukan kesepakatan untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli. Dimana bank bersedia membiayai pengadaan barang yang dibutuhkan nasabah dengan membeli kepada supplier dan menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati. Kemudian, nasabah membayar sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.27

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, akad Pembiayaan Murabahah terlaksana dengan kedatangan nasabah ke bank syariah untuk mengajukan permohonan pembiayaan murabahah dan janji pembelian suatu barang kepada bank. Setelah melihat kelayakan nasabah untuk menerima fasilitas pembiayaan tersebut, maka bank menyetujui permohonannya. Bank membelikan barang yang diperlukan nasabah. Bank

26 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, h. 58.

27 Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016, h. 88.

26

kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus membelinya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat.28

Menurut Veithzal Rivai, ba’i al-murabahah atau beli angsur (al-ba’i bi tsaman ajil) atau diartikan pula dengan keuntungan (deferred payment sale). Dilihat dari asal kata ribhu (keuntungan), merupakan transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di sini bank bertindak sebagai penjual, dan di lain pihak customer sebagai pembeli, sehingga harga beli dari supplier atau produsen atau pemasok ditambah dengan keuntungan bank sebelum dijual kepada customer.29

Menurut Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, M. Ag., murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga pokok produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.30

Menurut Ikatan Bankir Indonesia dalam buku Memahami Bisnis Bank Syariah, murabahah adalah jual beli

28 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah

29 Veithzal Rivai, Avriyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori,

Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 760.

30 Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, h.54.

27

yang dilakukan secara terbuka sehingga pembeli mengetahui keuntungan yang didapat penjual.31

Landasan Hukum : Q.S Al-Baqarah ayat 275

ٰوبّرلا مّرحو عيبلاهللا ّلحأو... ...

“…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” Landasan Hadits : عيبلا : ةكربلا ّنهيف ٌثلاث : لاق مّلسو هيلع اللَّ يّلص ّيبّنلا ّنْا ٳ رقملاو ولجْا ىل ام نبا هاور( عيبلل لَ تيبلل ريعّشلاب ّربلا طلخو وُةض ) بيهص نع هج

Dari Suaib Ar-Rumi ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqoradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (Hr. Ibnu Majah).32

Fatwa DSN MUI Tentang Murabahah

Ketentuan hukum dalam Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah ini adalah sebagai berikut: Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba

31 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah.., h. 21.

28

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah islam

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau

kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang menjadi milik bank

29

1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau asset kepada bank

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang

3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli

4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan

5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus

ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah

7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka , maka:

a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga

b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugia yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka

30

tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.33

Rukun Murabahah :

Rukun jual beli menurut Madzab Hanafi adalah ijab dan qobul, sedangkan menurut Jumhur Ulama ada empat rukun, yaitu: orang yang menjual, orang yangmembeli, sighat, dan barang yang diakadkan. Menurut Madzab Hanafi bahwa ijabadalah menetapkan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang keluarpertama kali dari pembicaraan salah satu dari dua orang yang mengadakan akad.Qobul adalah apa yang diucapkan kedua kali dari pembicaraan salah satu darikedua belah pihak. Jadi yang dianggap adalah awal munculnya dan yang keduasaja. Baik yang berasal dari pihak penjual maupun pembeli. Menurut JumhurUlama,ijab adalah apa yang muncul dari orang yang mempunyai hak danmemberikan hak kepemilikannya meskipun munculnya belakangan, sedangkanqobul adalah apa yang muncul dari orang yang akan memiliki barang yang

dibelinya meskipun munculnya di awal.34

Syarat Murabahah:

Syarat jual beli adalah sesuai dengan rukun jual beli yaitu:

33 https://fakhrrazypi.wordpress.com/2011/05/15fatwa-dsn-mui-no-04dsn-muiiiv2000/tentang-murabahah/

34 Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 59.

31 a) Syarat orang yang berakal

Orang yang melakukan jual neli harus memenuhi: 1. Berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan

oleh anak kecil dan orang gila hukumnya tidak sah. Menurut Jumhur Ulama bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus telah baligh dan berakal

2. Yang melakukan akad jual beli adalah orang berbeda

b) Syarat yang berkaitan dengan ijab qobul

Menurut para ulama fiqih, syarat ijab dan qobul adalah:

1. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal

2. Qobul sesuai dengan ijab

3. Ijab dan qobul itu dilakukan dalam satu majelis c) Syarat barang yang diperjual belikan

1. Barang itu ada atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu

2. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia 3. Milik seseorang, barang yang sifatnya belum

32

4. Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu yang disepakati bersama kerika transaksi berlangsung.35

D. Mekanisme Pembiayaan Murabahah

Dokumen terkait