• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. NAPZA

2.2.1 Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit (Stuart & Sundeen, 1998, dikutip dari Purba, dkk. 2010)

2.2.2 Jenis-Jenis NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:

a. Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

b. Psikotropika, Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis (Purba, dkk. 2010).

c. Zat Adiktif Lainnya, merupakan zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikotropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman

beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1 % sampai 5 %) seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10 % (Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia. (Purba, dkk. 2010)

2.2.3 Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Harboenangin (dikutip dari Purba, dkk. 2010) mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

a. Faktor Internal

1) Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam prilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri.

2) Intelegensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intelegensia pecandu yang datang untuk konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.

3) Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata 19 tahun. Menurut Rahmah (2008) bahwa usia remaja merupakan periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, saat di mana remaja mulai muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang baru berisiko tinggi. Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang. Oleh karena itu, sangat mungkin jika semakin hari akan semakin bertambah jumlah pengedar dan pengguna NAPZA di kalangan anak-anak dan remaja.

4) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.

5) Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada. b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba. Rahmah (2008) mengemukakan bahwa gambaran pola asuh orang pada remaja pengguna NAPZA adalah kurangnya upaya kedua orang tua dalam menerapkan disiplin pada remaja sesuai dengan standar tingkah laku yang sudah dibuat sebelumnya, kurangnya kejelasan komunikasi antara orang tua dan remaja, tidak adanya dukungan dalam remaja anak.

2) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seusia untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu. Sinaga (2007) melaporkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman sebaya (78,1 %). Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja menggunakan narkoba.

3) Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu.

4) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah turut mendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Sekolah yang kurang disiplin dan tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah, pelajaran yang diberikan secara membosankan, guru yang kurang pandai mengajar dan kurang mampu berkomunikasi dengan siswa, serta sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreatifitas siswa, merupakan ciri-ciri sekolah yang berisiko tinggi terhadap adanya penyalahgunaan NAPZA pada murid-muridnya. 2.2.4 Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas baik bagi pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta masyarakat, bangsa dan negara (Martono, 2006).

Bagi diri sendiri; Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis

pendarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum.

Bagi keluarga; Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Di mana orang tua akan merasa malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stress keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba atau melihat anak yang harus berulang kali dirawat bahkan mendekam di penjara.

Bagi pendidikkan atau sekolah; NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.

Bagi masyarakat, bangsa dan negara; Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan terancam. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.

2.2.5 Tingkat Pemakaian Zat NAPZA

Terdapat beberapa tingkat-tingkat pemakaian zat NAPZA terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:

a) Pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai erhenti menggunakannya dann sebagian lagi meneruskannya.

b) Pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya.

c) Pemakaian situasional (situasional use), pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan).

d) Penyalahgunaan (abuse), pemakaian ini sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologis/klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaannya.

e) Ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya (Depkes, 2000).

Dokumen terkait