• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KONSEPTUAL

A. Nasionalisme

5. Nasionalisme Perspektif Islam

43

5. Nasionalisme Perspektif Islam

Nasionalisme bertunas dan berkembang di Barat sekitar abad ke-15 M. Namun, hal yang sama tidak dirasakan oleh Timur (Asia dan Afrika). Di Timur, paham nasionalisme muncul pada abad ke-19 M. Pada saat itu kolonialisme oleh bangsa Barat (Eropa) marak di Asia dan Afrika. Pada mulanya umat Islam belum mengenal istilah nasionalisme. Adapun yang dikenal adalah dua konsep teritorireligius, yaitu wilayah damai (Da>r al-Isla>m) dan wilayah perang (Da>r al-Harb). Oleh sebab itu, munculnya konsep negara-bangsa (nation-state) telah melahirkan ketegangan historis dan konseptual.83 Di dalam Islam, ada dua terminologi yang mendekati konsep negara-bangsa, yaitu kosa kata millah dan ummah yang memiliki arti masyarakat. Pemahaman umat Islam pada al-ummah al-Islamiyah yang mengandung arti bahwasannya tiap-tiap muslim adalah saudara tanpa batas pada wilyah geografis, asul-usul dan bangsa. Pemahaman ini secara historis dinisbatkan pada upaya nabi Muhammad Saw. menyatukan umat Islam menjadi satu umat (Ummah Wa>hidah) seperti tercermin dalam Piagam Madinah.84

Kata Sha’ab, qaum, dan ummah banyak digunakan di dalam al-Quran untuk merujuk makna bangsa. Salah satu kata sha’ab yang menjadi kata tunggal dari shu’ub tercantum pada surat al-Hujurat (49):13. Sedangkan menurut Ali Syariati mengartikan ummah sebagai himpunan

83 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalis, Modernisme, hingga Post-Modernisme (Jakarta: Paramadina,1996), 11

84 Yusuf, Moh. Asror, Persinggungan Islam dan Barat, Studi Pandangan Badiuzzaman Said Nursi (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009),127.

44

manusia yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan bersama.85

Secara umum, jauh sebelum paham nasionalisme masuk dan mempengaruhi masyarakat suatu bangsa tersebut, telah ada nilai-nilai universal yang berlaku dan dianut oleh masyarakat sebagai unsur pemersatu di antara mereka. Nilai-nilai tersebut adalah agama dan keyakinan. Nilai-nilai agama telah memberikan pengaruh dan membentuk pemeluknya merasa senasib, sepenanggungan, dan kedekatan emosional dalam persaudaraan yang mengabaikan perbedaan suku dan keturunan. Persatuan yang dilandasi oleh semangat kesamaan agama ini sangat kentara, terutama dalam agama Islam. Dengan demikian, bagi kaum muslimin kehadiran paham nasionalisme harus bersentuhan dengan nilai-nilai agama Islam.86

Harmonisasi Islam dengan kebangsaan dapat dijelaskan dalam dua perspektif. Pertama adalah perspektif pluralisme dalam persatuan. Islam dan nasionalisme mempunyai pertalian yang postif. Islam mempunyai sejarah panjang dan bahkan sebagai pioneer terbentuknya nasionalisme yang melahirkan negara bangsa. Negara Madinah yang dibangun nabi Muhammad Saw. adalah negara bangsa pertama di dunia. Kedua adalah perspektif universalisme. Sebagai agama yang universal, Islam tidak

85 Abdul Choliq Murod,’’ Nasionalisme dalam Pespektif Islam ” Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVI, No. 2 Agustus 2011: 45-58.

45

membatasi peruntukan bagi wilayah geografis dan entnis tertentu. Sehingga umat Islam berkewajiban menjaga, mencintai, dan membela tanah airnya. Realitas kebangsaan dalam tubuh umat Islam merupakan implementasi dari misi Rahmatan lil ‘alamin. Norma tersebut telah diaplikasikan oleh Rasulullah Saw. dalam membangun masyarakat Madinah di bawah panji piagam madinah. Perjanjian luhur yang mengikat Yahudi, Kristen, Muslim dan Pagnis.87

Nasionalisme sebagai pemikiran politik yang dibawa oleh Barat menimbulkan berbagai respon intelektual dalam dunia Islam. Pihak pro beranggapan bahwa ide nasionalisme walaupun dibawa oleh Barat ternyata nilai-nilainya bisa disesuaikan dengan Islam. Sebaliknya pihak kontra beranggapan bahwa isme-isme yang dibawa oleh Barat bertujuan untuk mendominasi dunia Islam. Bagi yang merasa konsep ummah sangat sulit diterapkan untuk memecahkan krisis dan mengusir para imperialis dari wilayah Islam, cenderung menerima konsep baru yang dianggap relevan, maka muncul gagasan Pan Turkisme, nasionalisme Arab dan nasionalisme. Sementara bagi yang tetap berpegang teguh pada konsep ummah marasa perlu untuk mempertahankannya atau mengajukan gagasan Pan Islamisme. Masuknya ide Nasionalisme ke dalam komunitas muslim sejalan dengan masuknya imperialisme. Nasionalisme di dunia Islam, jika diurut dari sejarah negara-negara muslim dapat dilihat dari sejarah negara-negara

46

muslim yang telah terlebih dahulu bersentuhan dengan masyarakat dan negara Eropa.Wilayah Islam bersentuhan dengan ide nasionalisme Prancis ketika Napoleon menduduki Mesir tahun 1798 M. Salah satu ide yang dibawa Napoleon adalah ide kebangsaan yang terkandung dalam maklumatnya, bahwa orang Prancis merupakan suatu bangsa (nation) dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir dari Kaukus.88

Nasionalisme di dunia Islam mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai katalisator utama dari perpecahan kemaharajaan Ustmaniyah dan sebagai penyulut semangat massa melawan kekuasaan penjajah. Pada abad ke-20 M, negara-negara yang berada dibawah kekuasaan imperialisme Barat (Eropa) mengalami gerakan nasionalisme. Maksud dan tujuan dari gerakan tersebut untuk menghapus pengaruh kekaisaran Eropa dan mendirikan negara sendiri secara otonom atau mendirikan negara merdeka yang berdaulat. Dalam hal ini, umat Islam bangkit dengan semangat persatuan dan cita-cita kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajah colonial Eropa yang diilhami oleh semangat nasionalisme Islam. Selain itu, muncul beberapa gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh para

mujaddid (tokoh-tokoh pembaharu) diberbagai negara Islam.89

Paham nasionalisme yang berkembang di duni Islam memberikan gagasan-gagasan yang bervariatif. Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk menyatukan ajaran nasionalisme dengan agama Islam. Misal,

88 Zetty Azizatun Ni’mah, “Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam” Universum.vol.10 No. 1 P-ISSN: 1978-6948 Januari 2016, 31

89 Harun, Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta. Bulan Bintang,1975),15.

47

Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha berusaha menggabungkan Islam dengan teknikisme lewat sarana politik Pan-Islamisme. Ziya Gohalp berusah menghubungkan Pan-Islamisme dengan nasionalisme Turki dan modernisasi. Reza Syah Pahlavi menyatukam nasionalisme Parsi dengan ajaran Syi’ah. Boumedienne memimpin Al-Jazair dengan mengambil bentuk negara sosialis-nasionalis dan Islam. Dan teori Internasional ketiga dari Kolonel Muammar Qaddafi berusaha menyatukan agama, nasionalisme, dan sosialisme sebagai tiga kekuatan yang menggerakkan sejarah.90

Dokumen terkait