1. Latar Belakang
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri masyarakat. Karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.
Pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.
Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, baik dalam pemenuhan persyaratan yang diperlukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung, maupun dalam pemenuhan tertib penyelenggaraan bangunan gedung.
Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan pelaksanaan tentang fungsi bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Pengaturan peran masyarakat dalam Peraturan Daerah ini juga tetap
mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang organisasi
kemasyarakatan, sedangkan pengaturan gugatan perwakilan
penyelenggaraan bangunan gedung juga tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan gugatan perwakilan.
Pengaturan dalam Peraturan Daerah ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kota Palopo. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Palopo perlu mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal pokok dan normatif mengenai penyelenggaraan bangunan gedung sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan Walikota dengan tetap mempertimbangkan peraturan perundang-undangan yang lain terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah ini.
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka semua
penyelenggaraan bangunan gedung, baik pembangunan maupun
pemanfaatan dalam wilayah Kota Palopo, baik yang dilakukan oleh pemerintah, maupun oleh swasta, dan masyarakat, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung ini.
2. Tujuan dan Kegunaan
Pembentukan Peraturan Daerah ini bertujuan untuk :
a. mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung di Kota Palopo
berjalan dengan tertib, baik secara administratif maupun secara teknis;
b. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan
tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
c. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
d. menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung; dan
e. menggairahkan kebersamaan semua unsur (pemerintah,
penyelenggara/penanggungjawab, badan kemasyarakatan, dan
masyarakat umum) dalam upaya pembangunan (khususnya dalam hal penyelenggaraan bangunan gedung).
Adapun kegunaan Peraturan Daerah ini adalah :
a. mempertegas tanggungjawab dan kewenangan Pemerintah Kota
Palopo dalam hal penyelenggaraan bangunan gedung;
b. mempertegas hak dan kewajiban penyelenggara / penanggungjawab penyelenggaraan bangunan gedung;
c. menjadi pedoman bagi Pemerintah Kota Palopo untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan atas penyelenggaraan bangunan gedung, menurut wewenang, tugas, dan tanggungjawabnya;
d. menjadi pedoman bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo
untuk berperan dalam perencanaan, dan pengawasan atas penyelenggaraan bangunan gedung, menurut wewenang, tugas, dan tanggungjawabnya;
e. menjadi pedoman bagi penyelenggara/penanggungjawab
penyelenggaraan bangunan gedung untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan, menurut kewajiban dan haknya; dan
f. menjadi pedoman bagi masyarakat untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atas penyelenggaraan bangunan gedung, menurut hak dan kewajibannya.
3. Metode Pendekatan
Pembentukan Peraturan Daerah ini, menggunakan metode pendekatan :
a. Pendekatan Regulatif, yaitu mengindahkan, mentaati, dan
memedomani seluruh peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah ini dan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berkaitan;
b. Pendekatan Ilmiah, yaitu mempertimbangkan dan menerapkan
seluruh temuan ilmu dan teknologi yang relevan berdasarkan kondisi alami dan masyarakat Kota Palopo; dan
c. Pendekatan Kultural, yaitu mempertimbangkan dan memanfaatkan seluruh unsur budaya lokal yang berkaitan.
4. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Peraturan Daerah ini, disandarkan pada peraturan perundang-undangan, antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemrintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
f. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); g. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kota/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); dan
i. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833).
B. RUANG LINGKUP
1. Umum
a. Pengertian-pengertian
1) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, maupun kegiatan khusus;
2) Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang
fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi
keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya;
3) Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan teknisnya;
4) Keterangan rencana Kota adalah informasi tentang
persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kota pada lokasi tertentu;
5) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah hasil
perencanaan tata ruang wilayah Kota yang ditetapkan dengan peraturan daerah;
6) Rancangan Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP)
adalah penjabaran dari rencana tata ruang wilayah Kota kedalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan;
7) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah
panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana
investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan;
8) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
9) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
10) Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
11) Koefisien Tapak Basemen (KTB) adalah angka persentase
perbandingan antara luas tapak basemen dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
12) Permohonan izin mendirikan bangunan gedung adalah
permohonan yang dilakukan pemilik bangunan gedung kepada Pemerintah Kota untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan gedung;
13) Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang
diberikan oleh Pemerintah Kota kepada pemilik bengunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku;
14) Lingkungan banguna gedung adalah lingkungan di sekitar
bangunan gedung yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan bangunan gadung baik dari segi sosial, budaya, maupun dari segi ekosistem;
15) Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Daerah ini dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung;
16) Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai
standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji yang diberikan dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
17) Perencanaan teknis adalah proses membuat gambar teknis
bangunan gedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pembangunan rencana dan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas: rencana arsitektur, rencana struktur rencana mekankal/elektrikal, rencana tata ruang-luar, rencana tata ruang- dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis pendukung sesuai pedoman dan standar yang berlaku;
18) Pemanfaatan bangunan gedung adalah kegiatan
memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kagiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala;
19) Pelestarian bangunan gedung adalah kegiatan perawatan,
pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan
lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan
tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki;
20) Pembongkaran bangunan adalah kegiatan membongkar atau
merobohkan seluruh atau sebagaian gedung, komponan, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya;
21) Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga
keandalan bangunan gedung beserta prasarananya dan sarananya agar selalu laik fungsi;
22) Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan
dilestarikan adalah kegiatan memperbaiki, memulihkan kembali bangunan gedung kebentuk aslinya;
23) Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan
seluruh atau sebagian bengunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung;
24) Pengaturan bangunan gedung adalah penyusunan dan
pelembagaan peratauran perundang-undangan, pedoman,
petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung sampai
operasionalnya di masyarakat;
25) Penyelenggara bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung,
penyedia jasa konstruksi banggunan gedung, pengguna bangunan gedung;
26) Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum,
kelompok orang, atau perkumpulan yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung;
27) Penyedia jasa konstruksi bangunan gedung adalah orang
perorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang bangunan gedung, meliputi perencana teknis, pelaksana konstruksi, pengawas/manejemen konstruksi, termasuk pengkaji teknis bangunan gedung dan penyedia jasa konstruksi lainnya;
28) Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung
dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan
kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelolah bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan;
29) Tim ahli bangunan gedung adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses penelitian dokumen rencana teknis dengan masa penugasan terbatas dan juga untuk
memberikan masukan dalam penyelesaian masalah
penyelenggaraan bangunan gadung tertentu yang susunan
anggotanya ditunjuk secara kasus perkasus disesuaikan
kompleksitas bangunan gedung tertentu tersebut;
30) Laik fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan;
31) Pertimbangan teknis adalah pertimbangan dari tim ahli
bangunan gedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait dengan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung baik dalam proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupun pembongkaran bangunan gedung;
32) Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum,
atau usaha dan lembaga atau organisasi yang kegiatannya dibidang gedung, yang berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung;
33) Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung
adalah sebagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dan keinginan masyarakat untuk memantau dan ketertiban, memberi masukan, menyampaikan pendapat dan
pertimbangan, serta melakukan gugatan perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung;
34) Dengar pendapat publik adalah forum dialog yang diadakan untuk mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat baik berupa pendapat, pertimbangan maupun usulan dari masyarakat umum sebagai masukan untuk menetapkan kebijakan Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
35) Gugatan perwakilan adalah gugatan yang berkaitan dengan
penyelengaraan bangunan gadung yang diajukan oleh satu orang atau lebih yang mewakili kelompok dalam mengajukan gugatan untuk kepentingan mereka sendiri dan sekaligus mewakili pihak yang dirugikan yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok yang dimaksud;
36) Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung adalah
kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sehingga setiap penyelenggaraan bangunan gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum;
37) Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuh
kembangkan kesadaran hak, kewajiban, dan peran para
penyelenggara bangunan gedung dan aparat Pemerintah Kota dalam penyelenggaraan bangunan gedung;
38) Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan
penerapan peraturan perundang-undangan bidang bangunan gedung dan upaya penegakan hukum.
b. Asas-asas
1) Pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung
diselenggarakan secara terpadu. Keterpaduan sebagaimana dimaksud dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2) Penyelenggaraan bangunan gedung selain dapat dilaksanakan
oleh pemerintah dan masyararakat umum juga dapat
dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3) Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan dalam Peraturan Daerah ini dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang
berperikemanusiaan dan berkeadilan. 2. Materi
Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung
1) Fungsi bangunan gedung;
2) Klasifikasi Bangunan Gedung
Persyaratan Bangunan Gedung
a) Status kepemilikan hak atas tanah; b) Status kepemilikan bangunan gedung; c) Izin mendirikan bangunan gedung;
d) IMB di Atas dan/atau di Bawah Tanah, Air dan/atau Prasarana/Sarana Umum;
e) Kelembagaan
2) Persyaratan teknis bangunan gedung
a) Persyaratan tata bangunan;
b) Persyaratan Arsitektur bangunan gedung;
c) Pengendalian dampak lingkungan;
d) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
e) Persyaratan kenadalan bangunan gedung;
f) Persyaratan kesehatan bangunan gedung;
g) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung;
h) Persyaratan kemudahan bangunan gedung;
i) Pembangunan Bangunan Gedung di Atas atau di
Bawah Tanah, Air atau Prasarana/Sarana Umum, dan pada Daerah Hantaran Udara Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi/Ultra Tinggi dan/atau Menara Telekomunikasi dan/atau Menara Air.
3) Bangunan gedung adat;
a) Kearifan lokal; b) Kaidah tradisional;
c) Pemanfaatan symbol tradisional;
d) Persyaratan bangunan gedung adat.
4) Bangunan gedung semi permanen dan bangunan gedung
darurat;
5) Bangunan gedung di lokasi yang berpotensi bencana alam:
a) Di lokasi pantai;
b) Di lokasi jalur gempa dan bencana alam geologi. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
1) Kegiatan pembangunan; a) Perencanaan teknis; b) Dokumen rencana teknis; c) Pengaturan retribusi IMB; d) Tata cara penerbitan IMB;
e) Penyedia jasa perencanaan teknis;
2) Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG)
a) Pembentukan TABG: b) Tugas dan fungsi; c) Pembiayaan TABG. 3) Pelaksanaan Konstruksi
a) Pelaksanaan konstruksi;
b) Pengawasan pelaksanaan konstruksi c) Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung;
d) Tata cara penerbitan SLF bangunan gedung; e) Pendataan bangunan gedung.
4) Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung
a) Pemeliharaan; b) Perawatan;
c) Pemeriksaan berkala; d) Perpanjangan SLF;
e) Pengawasan pemanfaatan bangunan gedung;
f) Penetapan dan Pendaftaran Bangunan Gedung yang
Dilestarikan;
g) Pemanfaatan Bangunan Gedung yang Dilestarikan.
5) Pembongkaran
a) Penetapan pembongkaran; b) Rencana teknis pembongkaran; c) Pelaksanaan pembongkaran;
d) Pengawasan pembongkaran bangunan gedung;
6) Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pasca Bencana
a) Penanggulangan darurat;
b) Bangunan gedung umum sebagai tempat penampungan; 7) Rehabilitasi Pasca Bencana.
Penyelesaian Sengketa Bangunan Gedung
Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung: 1) Lingkup peran masyarakat;
2) Forum dengar pendapat; 3) gugatan perwalian;
4) Bentuk peran masyarakat dalam tahap rencana pembangunan;
5) Bentuk peran masyarakat dalam proses pelaksanaan konstruksi;
6) Bentuk peran masyarakat dalam tahap pemanfaatan bangunan gedung;
7) Bentuk peran masyarakat dalam tahap pelestarian bangunan gedung;
8) Bentuk peran masyarakat dalam tahap pembongkaran bangunan gedung;
9) Tindak lanjut.
Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 1) Pengaturan; 2) Pemberdayaan; 3) Pengawasan; Sanksi Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pembentukan Peraturan Daerah Kota Palopo tentang Bangunan Gedung, merupakan kebutuhan mendesak, karena :
a. urgensi kebutuhan manusia atas pelaksanaan penyelenggaraan
bangunan gedung dengan tertib, baik secara administratif maupun secara teknis;
b. kompleksitas problematika di seputar pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung; dan
c. pesatnya kemajuan pembangunan Kota Palopo.
2. Rekomendasi
Pembentukan Peraturan Daerah Kota Palopo tentang Bangunan Gedung, mengakibatkan perlunya pembentukan peraturan Walikota sebagai pengaturan lebih lanjut pelaksanaan Peraturan Daerah ini.