• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Data Produk

6. Naskah Asli

Disebuah desa, yang terletak dipinggir hutan yang sangat rindang, hiduplah seorang petani, bernama Pak Toha. Pak Toha adalah orang yang sangat rajin bekerja di kebun untuk menanam buah-buahan. Ada buah apel, ada buah jeruk, dan masih banyak lagi buah-buahan yang lain. Kebun Pak Toha tidaklah besar. Namun sebenarnya sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Nah, seperti biasa Pak Toha berangkat pagi-pagi untuk memelihara perkebunannya.

(Lagu Pak Toha Gembira)

Setiap hari aku selalu pergi ke kebun.

Untuk merawat buah-buahan yang sudah kutanam. Agar buahnya cepat besar, bisa aku jual.

Agar uangnya bisa untuk makan setiap hari.

Begitulkah Pak Toha setiap harinya. Selalu merawat perkebunannya dengan harapan agar buah-buahan yang ditanam Pak Toha bisa segera dipanen.Dan begitu panen tiba, Pak Toha merasa amat senang dan gembira.

(Lagu Pak Toha Gembira)

Hari ini kugembira, waktu panenku tiba. Hahaha.. haha... Untuk kujual kepasar untukku makan. Hihihi hihihihihi.... Agar aku dan istriku bisa dapatkan uang, agar selalu bisa makan.

Bertahun-tahun, ia sangat tekun memelihara perkebunan untuk kehidupan keluarganya.Pada suatu hari, setelah selesai panen, Pak Toha duduk termenung dipinggir perkebunannya. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

”Ehm, kalau saja perkebunanku ini lebih luas, pasti uang yang aku dapatkan

commit to user

sedikit. Tidak mungkin beli tanah disini sementara aku tidak punya uang banyak. Bagaimana ya ?”

Tiba-tiba ia memandang kearah hutan dan tertawa terbahak-bahak.

”Haahahhaha... aku tahu jawabannya. Hutan itu tidaklah ada yang memiliki. Hahaha.. aku akan menjadikannya tanah perkebunanku. Ya ya ya... sekarang aku segera pulang.” (Ilustrasi Pulang)

(Ilustrasi sampai rumah)

Sesampainya dirumah ia menyiapkan perlengkapan untuk membuka perkebunan dihutan. Istri Pak Toha terus memandangi kesibukan Pak Toha yang sedang mempersiapkan segala sesuatunya.

”Pak, untuk apa Bapak harus membuka perkebunan di tengah hutan ?

Bukankah kita sudah cukup memiliki perkebunan disini?”

”Ah ibu ini bagaimana. Kita ini harus kaya raya. Dengan menambah

perkebunan, berarti panen kita akan bertambah nantinya. Toh Hutan kan tidak ada yang punya.”

”Benar sih, memang tidak ada yang punya. Tapi berbahaya kalau....” ”Sudahlah Bu. Aku berangkat sekarang.”

Pak Toha kemudian menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh untuk mencapai hutan. (Ilustrasi di hutan) Sesampainya dihutan, Pak Toha langsung mengeluarkan kampak untuk menebang pohon. Satu persatu pohon ditebang oleh Pak Toha. Dia menebang pohon dengan semangat sekali.Banyak sekali burung dan binatang-binatang penghuni hutan sangat bersedih dan berpindah tempat. Tapi Pak Toha tidak peduli. Dia terus menebang tanpa lelah sampai berhari-hari.

Dan setelah banyak pohon itu yang ditumbangkan oleh Pak Toha, Pak Toha lalu membakarnya agar tanah yang dia inginkan rata untuk dapat dengan mudah

commit to user

dijadikan perkebunan.Oh. Asapnya kemana-mana menggangu pernafasan sampai di desa-desa.

Lagu Kelinci Datang.

Wahai Pak Toha kau telah menebangi. Dan juga membakari pohon-pohon dihutan. Wahai Pak Toha, tidaklah Kau kasihan. Melihat hewan-hewan yang kini ketakutan.

Hai Pak Toha.... Kau jahat sekali. Kau jahat sekali... (Dialog Pak Toha bersama kelinci)

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Pak Toha terus bekerja menebang dan membakar pohon dihutan itu. Hingga pohon-pohon semakin hari semakin berkurang dan tinggal sedikit. Pak Toha tidak memperdulikan pohon yang semakin sedikit. Ia hanya berfikir agar cepat kaya.

(Ilustrasi di rumahdanhujan turun)

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Perkebunan Pak Toha sekarang sangat luas. Karena selain yang ada didekat rumahnya, kini Pak Toha punya perkebunan baru yang ia buat dihutan. Ia sangat senang sekali dan terus menunggu waktu panen tiba. Bisa dibayangkan, pasti pendapatan Pak Toha bertambah dengan adanya perkebunan yang baru. Tapi, sekarang saatnya musim hujan tiba. (efek hujan)Pak Toha sedang bersantai dengan istri di teras.

”Hehehe.... Hujan mulai turun. Menyirami perkebunanku, agar subur dan segar.”

”Mudah-mudahan hujannya tidak lebat ya Pak.”

”Ah.... kalau lebat memangnya kenapa ? Kan sudah biasa disini hujan petir dan sangat lebat. Sudah biasa.”

commit to user

Pak Toha terus berbincang-bincang dengan istrinya. Hujan seperti tau pembicaraan Pak Toha. Hujan semakin lama semakin membesar dan tiada berhenti. Terus menerus. (Ilustrasi Hujan Lebat) Dan kini membuat Pak Toha dan istrinya semakin kawatir. Di saat jantung mereka berdebar-debar tiba-tiba terdengar bunyi kentongan dari tetangga.

”Pak. Dengar bunyi kentongan itu.”

”Ya ya aku mendengarnya. Apa yang terjadi ya?”

”Coba Bapak lihat keluar dan tanya pada orang-orang kampung kita!”

Pak Toha mengikuti kata-kata istrinya dan segera keluar rumah. Tapi apa yang terjadi? Begitu Pak Toha membuka pintu, air telah menggenangi halaman rumah Pak Toha, dan semakin lama air semakin tinggi, hingga masuk ke dalam rumah.

”Bu... Bu.... lihat kemari. Banjir bu... banjir....”

”Ya Allah, Air sudah masuk dalam rumah kita Pak. Oh,... ayo pak kita segeramengungsi. Air ini pasti semakin tinggi, saya tidak mau kita tenggelam.”

”Tapi akuharus menjaga perkebunan kita.”

Orang-orang kampung sudah hiruk pikuk dan kebingungan karena banjir telah menyerang desa mereka. Semakin lama air semakin tinggi dan kini tak lagi Pak Toha memikirkan perkebunannya. Ia lebih memilih untuk membawa istri dan anaknya untuk mengungsi bersama orang-orang didesanya.

Sesampainya ditempat pengungsian. Salah satu dari orang-orang berkata”Ini

akibat dari pohon-pohon dihutan ditebangi dan dibuat perkebunan. Sehingga air tidak lagi bisa diserap oleh pohon-pohon yang ada dihutan, akhirnya menggenang meluncur dan menggenang dirumah kita. Kalau sudah begini, Kita semua yang menanggung akibatnya.”

commit to user

Pak Toha mendengar perkataan orang itu dengan sangat sedih dan menyesali perbuatannya. Penyesalan tidaklah ada gunanya.

(Lagu Penyesalan)

Aku sedih dengan istriku.

Tak punya rumah dan kebun lagi. Semua hanyut dibawa banjir.

Karena aku menebang pohon sembarangan.

B. Pembanding

Tidak adanya buku cergam yang memuat cerita yang sama dengan buku cergam “Penyesalan Pak Toha” menjadi dasar penulis untuk tidak menggunakan kompetitor, namun menggunakan pembanding. Pembanding yang digunakan untuk perancangan buku cergam “Penyesalan Pak Toha” adalah buku cergam “ Kisah Semut

dan Kutu Daun” dan buku cergam “Wishakti dan Kisah Raja Omar”.

Dokumen terkait