• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

C. Negara Shu Han

1. Liu Bei

a. Pemimpin

Tokoh Liu Bei merupakan tokoh yang memiliki karakter pemimpin baik diantara ketiga saudara angkatnya maupun diantara rakyat yang dicintainya. Dia menjadi seorang pemimpin yang disayangi oleh rakyat dan saudara – saudaranya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“ Kami Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei sekalipun berbeda marga namun kami mengangkat saudara. Kami setia pada Negara dan akan menyingkirkan segala bahaya bagi Negara. Sekalipun kami tidak dilahirkan pada tanggal, bulan, tahun, dan tempat yang sama, kami bersumpah untuk mati bersama – sama pada hari yang sama. Tian yang agung yang menjadi saksi.” (Sam Kok, 2009 : 14)

....” Di Anxi, Liu disukai dan sangat disayangi oleh rakyatnya. Di bawah pimpinannya Anxi menjadi aman dan tentram. Para penjahat pun hormat dan segan kepadanya, sebab Liu tidak menghukum mereka dengan berat, namun berusaha untuk menyadarkan mereka.

Rakyat sangat berat untuk berpisah dengan Liu. Beramai – ramai mereka mengantar kepergian Liu.” (Sam Kok, 2009 : 24 – 26)

b. Mudah percaya pada orang lain

Karakter yang merupakan kelemahan dari Liu Bei adalah mudah percaya dengan orang lain. Karena sifat yang dimiliki oleh Liu Bei ini dia sering terjerat kedalam suatu masalah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dibawah ini :

“ Sementara itu diceritakan Lu Bu yang kalah perang dengan Cao Cao, menjadi terlunta – lunta dan meminta suaka pada Liu Bei. Liu Bei malah menerimanya dengan senang hati. Bahkan mengadakan penyambutan dengan meriah. Tetapi kedua didi-nya, Guan Yu dan Zhang Fei dengan keras menentang rencana dage-nya. “ Lu Bu adalah seorang penjahat. Ia telah dua kali membunuh ayah angkatnya. Orang ini tidak bermoral!

Untuk apa kita membantunya?”. Liu dengan sabar memberi penjelasan pada Zhang Fei.” (Sam Kok, 2009 : 131)

c. Penyayang dan Bersahaja

Liu Bei juga memiliki karakter yang penyayang dan bersahaja kepada semua orang. Sifat penyayangnya tidak hanya terlihat pada saudara – saudaranya ataupun keluarganya, tetapi juga terlihat kepada semua orang yang bekerja dengan dia. Ia selalu menginkan orang yang bekerja dengannya lebih dulu diselamatkan daripada dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

...” Sungguh mujur, Liu Bei tidak lengah. Dengan sigap ia segera menghentikan Zhang Fei dan merampas pedangnya. Kepada adik – adiknya dia berkata “ Pribahasa mengatakan bahwa saudara adalah seperti tangan dan kaki, istri seperti pakaian. Bila pakaianmu rusak kau bisa menggantinya baru, tetapi bagaimana bila kehilangan tangan dan kaki ? Kita bertiga telah bersumpah di taman bunga akan mati dihari yang sama. Kehilangan kota dan keluarga memang benar aku bersedih. Paling tidak aku tidak ingin kita mati sia – sia ....” (Sam Kok, 2009 : 142)

....” Melihat kondisi panglima kesayangannya ini, maka tidak sampai hati Liu Bei menerima anaknya yang tertidur pulas, malah ia melemparkan darah dagingnya itu ke tanah. “ Karena kau seorang....hampir saja aku kehilangan panglima kesayanganku!” (Sam Kok, 2009 : 333)

d. Peduli pada rakyat

Liu Bei juga memiliki karakter yang sangat peduli kepada rakyat. Dia selalu mengutamakan kepentingan rakyat agar rakyat tidak mengalami penderitaan. Dia sering kali menyalahkan dirinya yang kurang cakap memimpin apabila rakyat mengalami penderitaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

...” Bohong! Beraninya kau mengaku keturunan Kaisar! Kaisar yang memerintahkanku untuk menyingkirkan pejabat sepertimu !.” Liu sangat kesal, namun ia diam saja. Ketika kembali ke kantornya, anak buah Liu

membisikinya, “ Dia bertingkah karena ingin mendapat uang pelicin dari tuan.” “ Aku tahu, tapi aku tidak akan memeras rakyatku! Dari mana aku punya uang untuk diberikan kepadanya.” (Sam Kok, 2009 : 25)

....” Terdengar ratapan dan suara jerit – tangis anak kecil yang lelah dan rakyat yang takut terkejar oleh pasukan Cao Cao hingga seolah bumi terguncang. Melihat semua itu dari atas perahunya, Liu Bei tersentuh hatinya.... “ Untuk apa Liu Bei dilahirkan....” ia mengeleng – gelengkan kepalanya, tanpa sadar air mata turun membasahi pipinya. “.... apakah untuk memberi segala penyebab penderitaan ini pada rakyatku...”

Liu sangat sedih melihat semuanya ini dan ia merasa putus asa, hendak bunuh diri melemparkan dirinya ke sungai.” (Sam Kok, 2009:311)

Selain itu Liu Bei dicintai oleh rakyatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Dalam perjalanan pulang, rakyat mengelu – elukan nama mereka sambil memasang hio di tepi jalan. Lalu rakyat memohon pada Cao Cao supaya Liu Bei ditinggalkan di Xuzhou untuk kembali memerintah sebab mereka semua sangat mencintai pemimpinnya yang bertelinga panjang. (Sam Kok, 2009 : 168)

e. Baik dan Rendah Hati

Liu Bei memiliki karakter yang baik dan rendah hati. Oleh karena itu, dia banyak disenangi oleh rakyat. Dia tidak pernah sombong ataupun bangga sekalipun dia memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas. Liu Bei selalu rendah hati untuk memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“... memang saya masih keturunan Kaisar, tapi saya tidak berkemampuan. Lagi pula kedatanganku ke sini murni hanya untuk membantu anda. Ucapan tuan membuat saya terkejut, mungkin tuan mengira saya mengharapkan sesuatu dari bantuan saya. Terima kasih atas tawarannya, tapi saya tidak bisa menerima ini. Tuhan akan mengutuk saya bila mempunyai motif dibalik bantuan saya...” (Sam Kok, 2009 : 114)

Sifat baik hati seorang Liu Bei juga terlihat, ketika Lu Bu merebut Kota Xu Zhou, kemudian Lu Bu ingin mengembalikan daerah yang telah direbut oleh Lu Bu kepada Liu Bei. Tetapi Liu Bei dengan sikap yang rendah hati menolak pemberian dari Lu Bu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Tapi Liu Bei menolak pengembalian Xuzhou dan berkata...

“ Sudahlah, memang sudah menjadi maksudku supaya saudar Lu Bu yang menjaga kota ini. Menurutku anda lebih pantas.” (Sam Kok, 2009 : 144) Kerendahan hati seorang Liu Bei juga terlihat ketika Liu Bei berhenti sejenak di Sungai Han dan berkumpul bersama dengan penduduk yang berada di sekitar Sungai Han. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Kemudian Liu Bei berdiri dan berkata...

“ Tuan – tuan semua mempunyai kepandaian dan kegagahan yang luar biasa. Sayang bila kalian mengikut aku. Aku mempunyai peruntungan yang buruk dan malah – malah menyusahkan anda sekalian! Sebaiknya anda semua pergi dan mencari seorang yang lebih berkemampuan supaya kalian semua mempunyai karir yang sukses dan cemerlang” (Sam Kok, 2009 : 242)

f. Berpendirian

Liu Bei merupakan tokoh yang memiliki pendirian teguh dalam bersikap. Walaupun banyak orang yang mencoba untuk mempengaruhinya dia tidak akan goyah terhadap pendiriannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Di tengah – tengah perjalanan tiba – tiba seseorang mencegatnya. Orang itu berkata....

“ Tuan Liu, kuda ini tidak boleh dinaiki lebih lama lagi. Ia akan membahayakan keselamatan anda...”

Orang ini bernama Yi Ji. Setelah mendengar keterangan dari Yi Ji, Liu Bei turun dari kudanya dan menanyakan pada kenalan barunya ini lebih lanjut tentang kudanya.

“ Kemarin secara tidak sengaja, aku mendengar percakapan Liu Biao dan Kuai Ye. Kuai Ye berkata bahwa kuda ini bernama Dilu dan dapat membahayakan penumpangnya. Oleh karena itu, Liu Biao segera mengembalikannya pada anda. Maka jangan anda menaikinya lebih lama lagi...”

Liu Bei hanya tersenyum. “ Aku sangat bersyukur dengan nasehat Xiansheng ini. Tetapi hidup mati manusia itu sudah ada takdirnya, mana mungkin kuda ini bisa ikut mencampuri takdir manusia dan membahayakan penumpangnya?” (Sam Kok, 2009:245)

g. Bijaksana

Kebijaksanaan Liu Bei dapat terlihat ketika seorang pejabat di tempat Liu Bei berkuasa hendak memeras Liu Bei, sedangkan adiknya Zhang Fei dan Guan Yu berniat untuk membunuh pejabat itu. Tetapi dengan penuh kebijaksanaan Liu Bei melarang kedua adiknya. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut ini :

Liu sangat bijaksana. Ia tidak ingin kedua adiknya menjadi pembunuh. Ia gantungkan cap kekuasaan di leher pejabat tersebut lalu pergi.

Rakyat sangat berat untuk berpisah dengan Liu. Beramai – ramai mereka mengantar kepergian Liu. Sementara pejabat korup yang merasa dipermalukan itu kemudian mengadu pada pemerintah dan Liu bersaudara menjadi buron. (Sam Kok, 2009 : 26)

Kebijaksanaan Liu Bei juga bisa kita lihat ketika kota yang dikuasai oleh Liu Bei berhasil direbut oleh Lu Bu, kemudian Liu Bei berkata kepada kedua adiknya bahwa sebuah kegagalan tidak perlu terlalu disesali. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Tetapi Liu Bei berkata..

“ Sudahlah, mendapatkan sesuatu tidak perlu gembira berlebihan. Sebaliknya, sebuah kegagalan jangan terlalu disesali.” (Sam Kok, 2009 : 141)

Kebijaksanaan Liu Bei juga terlihat dari perkataannya yang mengatakan kepada kedua adiknya bahwa wilayah Xuzhou yang telah direbut oleh Lu Bu memang bukan milik mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dibawah ini :

Sejak dari awalnya Xuzhou memang bukan milik kita. Apa yang perlu disesalkan ? Aku juga yakin suatu hal, Lu Bu tidak akan menyakiti keluargaku. Kau memang bersalah sandi.... Tapi apakah kau mau berbuat salah lagi dengan membunuh dirimu ? (Sam Kok, 2009 : 142)

2. Guan Yu

Guan Yu dikenal juga sebagai Guan Gong, adik angkat Liu Bei. Guan Yu memiliki karakter sebagai berikut :

a. Pemberani

Guan Yu sangat berani untuk melawan Hua Xiong yang merupakan panglima yang gagah berani dan sangat kuat dan tidak merupakan tandingan Hua Xiong. Tetapi dia berani berkata akan kupenggal kepala Hua Xiong di hadapan panglima – panglima lainnya yang bekerja sama untuk menyerang Dong Zhuo. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

Akan kupenggal kepala Hua Xiong jika anda sekalian menginginkannya Sebuah suara yang sangat keras penuh semangat memecah kesunyian. Semua orang menoleh pada pemilik suara tersebut orang itu adalah Guan Yu

“ Kau mau mempermainkan aku? Bagaimana seorang prajurit biasa mau menghadapi Hua Xiong? Aku bisa jadi bahan tertawaan Hua Xiong Guan Yu masuk ke dalam kemah sambil menenteng kepala Hua Xiong dan melemparkannya ke tanah. Kepala itu menggelinding dan berhenti persis di tengah – tengah para panglima.

Mereka tersadar dari bengongnya dan semua bersorak menyaksikan kegagahan Guan Yu. (Sam Kok, 2009 : 62 – 63)

b. Setia

Guan Yu juga merupakan seorang yang setia. Itu terbukti ketika dia terpisah dengan kedua saudaranya Zhang Fei dan Liu Bei, kemudian Cao Cao ingin Guan Yu bekerjasama, tetapi Guan Yu menolak. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

“ Aku sangat menginginkan Guan Yu bekerja untukku. Namun ia adalah orang yang terlalu menjunjung tinggi kesetiaan dan keadilan. Bagaimana cara supaya ia bekerja untukku? (Sam Kok, 2009 : 191)

Cao Cao mendengar perihal tingkah laku si marga Guan ini. Ia sampai menggeleng – gelengkan kepala sambil menghela nafas, karena kagum akan kesetiaan Guan Yu dan sikapnya yang menghormati kedua kakak iparnya. (Sam Kok, 2009 : 194)

Guan Yu hanya tersenyum

“ Ah! Anda salah paham Chengxiang. Aku memakai pakaian yang lama ini sebagai baju luar karena baju ini pemberian dageku dan supaya aku bisa terus merasa dekat dengannya setiap hari.”

“ Kau sungguh seorang yang zhongyi (setia)”

c. Selalu waspada

Guan Yu memiliki karakter yang selalu waspada dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Hal tersebut terlihat dari kutipan berikut ini :

Lantas salah seorang pengawal Cao Cao turun dari kudanya dan menyerahkan hadiah dari Cao Cao tersebut Guan Yu masih waspada, ia mengambil jubah tersebut dengan ujung goloknya, lalu ia kenakan jubah tersebut. (Sam Kok, 2009 : 207)

Guan Yu tidak turun dari kudanya, kuatir bahwa semua ini hanya sebuah tipu daya. Dari atas kudanya ia berseru pada pemuda itu. (Sam Kok, 2009 : 208)

d. Peduli Pada Orang Lain

Guan Yu juga memiliki karakter yang peduli pada orang lain. Ia akan merasa turut prihatin jika ada orang lain kesusahan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Aku hidup dari bertani dan belajar ilmu surat. Anakku ini tidak mau mengikuti jejakku. Kelakuannya tidak karuan, setiap hari hanya pergi untuk pelesir, berburu dan bermain – main. Nasibku sangat buruk...” Guan Yu menghibur tuan rumah

“ Sekarang ini jaman kacau. Jika anakmu mengerti ilmu silat suatu saat dia akan mendapatkan nama baik. Kenapa anda merasa bernasib buruk? Mendengar kesusahan orang tua ini, Guan Yu turut prihatin. Mereka minum – minum sampai malam lalu ke kamar masing – masing berisitirahat. (Sam Kok, 2009 : 224)

e. Penasehat yang baik

Guan Yu juga merupakan seorang penasehat yang baik. Ditengah perjalanan ketika dia mau menemui kakaknya Liu Bei, dia bertemu dengan beberapa perampok yang bernama Pei Yuanshao. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dibawah ini :

Tidak seharusnya orang – orang gagah seperti kalian berada di sini! Mulai hari ini kalian harus mengubah kelakuan kalian! Kalian tidak boleh mencegat orang lain, cobalah untuk menjadi berguna bagi sesamamu! (Sam Kok, 2009 : 227)

3. Zhang Fei

Zhang Fei adalah adik angkat Liu Bei, seorang pemabuk berat, salah satu dari jenderal 5 harimau. Zhang Fei memiliki karakter sebagai berikut :

a. Pemarah

Zhang Fei memiliki karakter yang pemarah. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Hamba Liu Bei. Ini adik – adik hamba, Guan Yu dan Zhang Fei. Hamba bukan lulusan sekolah militer dan tidak punya pangkat,” jawab Liu Bei berterus terang.

Sampai di situ saja, Dong Zhuo terlihat kecewa. Tanpa bicara apa – apa lagi, ia langsung berdiri sambil mengibaskan jubahnya, lalu meninggalkan kemahnya. Zhang Fei yang melihat tingkah laku Dong Zhuo menjadi sangat marah.

“ Akan kubunuh bedebah itu!” kata Zhang Fei sambil menghunus goloknya. (Sam Kok, 2009 : 20)

Kutipan yang lain yang memperlihatkan Zhang Fei adalah seorang pemarah dan tidak bisa berpikir dengan tenang tentang suatu masalah, dia hanya bisa menyelesaikan masalah dengan kemarahan.

Mendengar keterangan itu, bukan main marahnya Zhang Fei. Keterangan itu bagaikan minyak yang disiram ke kobaran api. Ia langsung melabrak pengawal dan menerobos ke dalam gedung...

“ Hai bangsat kau tahu siapa aku?”

Belum sempat menjawab, pejabat tersebut langsung dijambak oleh Zhang Fei dan diseret ke halaman. Di halaman itu, dia diikat oleh Zhang Fei pada sebuah tiang, lalu dengan ranting pohon Zhang mencambukinya. (Sam Kok, 2009 : 26)

Kemarahan Zhang Fei terbukti lagi ketika Yuan Shu menggangap remeh kakak keduanya yaitu Guan Yu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Hei, kami para panglima daerah tahu apa yang mesti kita lakukan, mengapa seorang rendahan sepertimu berani bertingkah! Bentak Yuan Shu Zhang Fei gusar mendengar perkataan Yuan Shu itu. Ia langsung menghampiri orang itu, hendak menghajarnya, namun sebelum terjadi perkelahian, Cao Cao tampil lagi untuk menenagkan suasana. (Sam Kok, 2009 : 64)

b. Pemberani

Zhang Fei seorang pemberani, dia tidak gentar menghadapi ribuan tentara dalam pertempuran. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini : Haahh!! Sekali pun tentaramu lebih banyak lagi aku tidak takut!! Mereka itu cuma orang – orangan sawah. Dengan pasukan sanggul kuning kau masih tidak ada apa – apanya, kenapa kau berani menganggu kandaku!! (Sam Kok, 2009 : 147)

c. Ceroboh

Zhang Fei juga memiliki karakter yang ceroboh, dia tidak memikirkan akibat dari segala tindakan yang diperbuatnya dan mengambil keputusan tanpa pertimbangan apapun. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Melihat Cao Cao kabur, Zhang Fei segera merobohkan jembatan dan kembali pada Liu Bei untuk memberi laporan.

“ Sebenarnya kau cukup cerdik, sayang kau masih ceroboh!” Zhang Fei yang mengira akan dipuji menjadi terkejut

“ Lho, mengapa dage berkata begitu?”

“ Cao Cao adalah orang yang sangat cerdik. Bila kau merusak jembatan, maka ia akan segera mengetahui bahwa pasukan kita berjumlah sangat sedikit, maka ia langsung mengejar kita lagi. Jumlah pasukannya teramat besar, sehingga membuat jembatan bukanlah hal yang sulit baginya....” (Sam Kok, 2009 : 336 – 337)

4.1.5 Sudut Pandang

Dalam Roman Sam Kok Tiga Kerajaan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang ketiga “kamu” ( three person ). Karena pada Roman Sam Kok Tiga Kerajaan hanyalah orang ketiga saja yang menceritakan. Tidak ada orang pertama ataupun kedua. Sudut pandang orang ketiga ini dapat dilihat dikutipan berikut :

“Betapa cerdiknya Cao Cao, yang jadi permasalahan di sini adalah terlalu banyak kuda yang berwarna cokelat, maka Lu Bu pasti membutuhkan cukup waktu untuk menemukan “Cao Cao” yang dimaksud ( Sam Kok, 2009 : 123 ).

BAB V

Dokumen terkait