• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Neraca Minyak Bumi

Dalam dokumen ISBN (Halaman 55-58)

Penurunan kemampuan produksi minyak dalam negeri dan meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak akan menyebabkan ketergantungan Indonesia terhadap minyak dan bahan bakar impor meningkat. Pada periode tahun 2011 - 2030 diperkirakan kebutuhan minyak dalam negeri akan meningkat hampir 2 kali lipat dari 327 juta barel pada tahun 2011 menjadi 578 juta barel pada tahun 2030, tetapi tidak demikian dengan produksi minyak. Produksi minyak selama periode tersebut menurun lebih dari 60% dari 329 juta barel menjadi 124 juta barel. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat tersebut pemerintah harus melakukan impor minyak hampir 4 kali lipat dari 134 juta barel menjadi 532 juta barel.

Projected supply of crude oil and fuels has been considered to MEMR (Ministry of Energy and Mineral Resources) Regulation No.25 of 2013, on the supply, utilization and trade system of biofuels. This regulation obliges all users to increase the portion of biofuels in the fuels used.

4.1.1 Crude Oil Balance

The declining of domestic oil production and the increasing demand of fuels will cause Indonesia’s dependence on oil and fuel import to increases. In the period of 2011 to 2030 oil demand are expected to increase nearly 2-folds from 327 million barrels in 2011 to 578 million barrels in 2030. On the contrary oil production during this period will declined by more than 60 %, from 329 million barrels to 124 million barrels. To meet the growing need, the government must increase oil imports nearly 4-folds from 134 million barrels to 532 million barrels.

Gambar . Neraca minyak bumi Figure 4.5 Crude oil balance



013 INDONESIA ENERGY OUTLOOK Untuk mengurangi ketergantungan yang tinggi Indonesia

terhadap BBM tersebut, perlu segera meningkatkan kapasitas kilang dengan membangun kilang minyak baru dan upgrading (meningkatkan) teknologi pada kilang minyak yang sedang beroperasi. Upgrading teknologi pada kilang yang sedang beroperasi harus sesuai dengan spesifikasi dari minyak yang akan diolah di kilang.

Mengingat cadangan minyak yang potensial belum ditemukan, makin sulit dan tingginya biaya pencarian cadangan, diperkirakan akan menyebabkan produksi minyak bumi terus menurun. Demikian juga dengan ekspor minyak bumi, menipisnya cadangan minyak bumi dan menurunnya produksi minyak bumi, meningkatnya konsumsi minyak bumi dalam negeri, maka kemampuan ekspor minyak bumi makin menurun.

Sebaliknya, rencana pembangunan kilang minyak di Tuban dan ekspansi kilang Balongan (existing) di Cirebon Jawa Barat, dengan kapasitas masing-masing sekitar 300.000 barel/hari yang akan beroperasi sekitar tahun 2018 dan tahun 2025 akan meningkatkan jumlah impor minyak sebagai input kilang. Disamping itu dengan beroperasinya kilang baru tersebut akan diperoleh peningkatan kapasitas produksi kilang sekitar 300.000 barel/hari.

.1. Neraca Bahan Bakar Cair

Bahan bakar cair (BBC) terdiri dari bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar nabati (BBN) dan BBM sintetis dari produk pencairan batubara (CTL), sedangkan BBN terdiri atas biodiesel dan bioetanol. Diperkirakan selama kurun waktu dari tahun 2011 s.d 2030 kebutuhan BBC akan meningkat 3 kali lipat, dari 444,4 juta barel pada tahun 2011 menjadi 1245 juta barel pada tahun 2030 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 6% pertahun. Untuk memenuhi kebutuhan BBC yang meningkat tersebut, produksi BBM harus dapat ditingkatkan menjadi 2 kali lipat dari 273 juta barel pada tahun 2011 menjadi 598 juta barel pada tahun 2030. Impor BBM juga harus dapat ditingkatkan menjadi 3 kali lipat dari 172 juta barel pada tahun 2011 menjadi 567 juta barel pada tahun 2030 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,3% pertahun.

To reduce the high dependency on fuel, Indonesia needs to immediately increase refinery capacity by building new refineries and upgrading (improving) technology in existing refinery. Technology upgrading at the existing refinery must be in accordance with its oil specifications.

Given the potential oil reserves, the difficulty and highly cost of oil exploration will lead oil production continued to decline. Similarly, depletion of oil reserves, the declining on oil production, and the increasing of oil domestic demand, will cause the capability of oil exports decline.

On the other side, the planned construction of oil refinery in Tuban and Balongan refinery expansion (existing) in Cirebon West Java, with capacity each of about 300,000 barrels/day which will operate around the year 2018 and 2025 will increase the amount of imported oil equal to the refineries input. Furthermore, operation of the new plant will raise refinery capacity to about 300,000 barrels/day.

4.1.2 Liquid Fuels Balance

Liquid fuels (BBC) consist of fuels, biofuels (biodiesel and bioethanol), and synthetic fuel from coal liquefaction products (CTL). It is estimated that during the period 2011-2030 the liquid fuels demand increase 3-fold, from 444.4 million barrels in 2011 to 1245 million barrels in 2030 with average growth rate of 6% per year. To meet the increasing demand of liquid fuels, the production must be increased 2-fold from 273 million barrels in 2011 to 598 million barrels in 2030. Imports of fuel should also be increased 3-fold from 172 million barrels in 2011 to 567 million barrels in 2030 with an average growth rate of 3.3 % per year.

Proyeksi Penyediaan Energi

 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 013

Pelaksanaan mandatori pemanfaatan biodiesel dengan kewajiban peningkatan porsi pemakaian BBN dalam porsi BBM (diesel dan premium) di sektor transportasi, industri, komersial dan pembangkit listrik selama periode tahun 2011 sampai 2030, diperkirakan hanya mampu meningkatkan pangsa konsumsi BBN dari 0,5% (2,3 juta barel) pada tahun 2011 menjadi 3,8% (47 juta barel) pada tahun 2030. Pangsa konsumsi BBN di sektor-sektor tersebut akan mampu meningkat lagi, jika terjadi kenaikan biaya produksi minyak dan bahan bakar fosil lainnya atau terjadi penurunan biaya produksi biofuels.

Berbeda dengan pengembangan biofuel yang telah ditetapkan dengan regulasi, Coal to Liquid (CTL) diperkirakan baru kompetitif secara ekonomi dengan bensin dan biofuel mulai tahun 2025. Diperkirakan sampai tahun 2030 kebutuhan CTL akan konstan sekitar 22,7 juta barel dan hanya mampu memenuhi sekitar 3% dari kebutuhan bakar di sektor transportasi. Dalam jangka panjang diperlukan sejumlah kebijakan lainnya yang mampu untuk meningkatkan peran kedua jenis bahan bakar tersebut sebagai sumber energi potensial dimasa datang. Pengalihan subsidi dari minyak ke BBN dan CTL merupakan salah satu kebijakan yang perlu dipertimbangkan.

Implementation of the mandatory use of biodiesel with an increased liability portion of biofuel usage in the fuels (diesel and gasoline) in the transport, industrial, power plant, and commercial sector during the period of 2011 up to 2030, is expected to increase the share of consumption of Biofuels from 0.5% (2.3 million barrels) in 2011 to 3.8% (47 million barrels ) in 2030. This share will be able to rise if either there is an increase in oil and other fossil fuels production cost or a decrease in the production cost of biofuels.

In contrast to the development of biofuels that have been established by regulation, CTL is estimated to be economically competitive with gasoline and biofuel at the beginning of 2025. It is estimated that on 2030 demand for CTL will be a constant approximately 22.7 million barrels and is only able to meet about 3% of fuel demand in the transport sector. In the long term, some other supporting policies required to increase the role of both types of fuel as a potential energy source in the future. The transfer of subsidy from oil to biofuels and CTL is one of the policies that need to be considered.

Gambar . Neraca bahan bakar cair Figure 4.6 Liquid fuels balance



013 INDONESIA ENERGY OUTLOOK

Dalam dokumen ISBN (Halaman 55-58)