• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam

3. Macam-Macam Nilai Agama Islam

b. Nilai Insani atau duniawi adalah nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang tergantung pada pengaturan manusia. Nilai kemanusiaan ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini berasal dari darira’yu, kebiasaan, dan realitas normal.30

Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits, dapat dimanfaatkan asalkan tidak menyimpang atau dapat menegakkan kerangka nilai yang bergantung pada Al-Qur'an dan Hadits.

18

Menurut Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, pokok-pokok ajaran Islam32 antara lain:

a. Akidah, dengan intisari yang merupakan seruan sejak masa nabi Adam AS sampai nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, Islam tidak membawa ajaran baru, melainkan meneruskan pesan tauhid dari semua nabi sebelumnya. Pengakuan atas ke-Esaan Allah SWTini terdapat dalam kalimat syahadat yang pertama, yaitu: Laa Ilaha Illa Allah (tiada Tuhan selain Allah). Di atas dasar pengakuan itulah kehidupan keagamaan seseorang dan esensi pengakuan itu harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ibadah, sebagai tata hubungan dengan Allah SWT dan merupakan wujud penghambaan diri kepada-Nya dengan segala ketundukan dan kepatuan, ibadah juga mengandung latihan ruhani agar jiwa manusia selalu dekat dengan Allah SWT.

c. Akhlak, sebagai tata cara berbuat atau sebagai aturan, tidak hanya mengatur hubungan antara sesama manusia, hubungan antara manusia dengan lingkungannya, tetapi juga mengatur bagaimana manusia bersikap dan berperilaku terhadap Allah SWT. Tata aturan itu bersifat universal, berlaku untuk semua orang pada setiap masa dan tempat.

d. Muamalah. Mengandung makna mengatur hubungan antar manusia, baik mengenal kekeluargaan, perkawinan, perdagangan/ekonomi, pembagian warisan, maupun tali hubungan sosial kemasyarakatan yang lain. Di dalam Islam seluruh tindakan dan upaya yang dilakukan dalam rangka mengisi kehidupan ini agar dapat bernilai ibadah, jika dilakukan hanya karena Allah SWT semata.

Muhaimin, mengutip sudut pandang Webster, menjelaskan bahwa nilai ialah keyakinan yang membentuk alasan seseorang atau kumpulan individu untuk memilih kegiatan mereka, untuk menilai sesuatu yang

32 Setiajo Raharjo. Skripsi. Penanaman Nilai-nilai Agama Islam pada Anak Usia Dini di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah Al Husna II Pengasih, Kec. Pengasih, Kab. Kulonprogo.

(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), hlm. 15-16.

penting bagi kehidupan mereka.33 Adapapun macam-macam nilai-nilai agama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

a. Nilai Akidah

Akidah adalah jenis masdar dari kata 'aqada, ya'qidu, 'aqdan-'aqīdatan yang mengandung makna akhir, ikatan, hubungan, pengertian dan kuat. Aqad berarti pula janji.34 Padahal, akidah mengandung makna iman atau keyakinan, amanah dan kepercayaan.

Tumbuhnya amanah tidak diragukan lagi di dalam hati, maka yang tersirat dalam akidah adalah keyakinan yang menusuk atau m enancap di hati. 35Sementara itu, menurut terminologi akidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.36

Aspek nilai akidah tertanam sejak manusia dilahirkan, telaah tersebut tertuang dalam surat Al-Araf ayat 172:

اْوُلاَق ْۗ

ْمُك ِ بَرِب ُتْسَلَا ْمِهِسُفْ نَا ىٰلَع ْمُهَدَهْشَاَو ْمُهَ تَّ يِ رُذ ْمِهِرْوُهُظ ْنِم َمَدٰا ِْنَِب ْنِم َكُّبَر َذَخَا ْذِاَو ْۚ

١٧٢ - َْيِْلِفٰغ اَذٰه ْنَع اَّنُك َّنَِّا ِةَمٰيِقْلا َمْوَ ي اْوُلْو ُقَ ت ْنَاۛ َنَّْدِهَش ۛىٰلَ ب

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S Al A’raf: 172).37

33 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 148.

34 Retna Dwi Estuningtyas, Mengenal Islam, (Yogyakarta: Pustaka Diniyah, 2018), hlm.

35 Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm. 241-242.

36 Retna Dwi Estuningtyas, Mengenal Islam,…hlm. 93.

37 Departemen Agama RI, Agama dan Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Publishing, 2007), hlm. 173.

20

Akidah adalah suatu hal yang harus diterima dengan hati, menghibur jiwa dan menjelma menjadi keyakinan yang tidak dicampuradukkan dengan pertanyaan. Karakteristik akidah Islam sangat murni, baik dalam interaksi dan isinya. Akidah dalam Islam kemudian harus mempengaruhi semua kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dengan tujuan agar beban latihan ini bernilai ibadah.

Akidah Islam atau iman mengikat seseorang muslim sehingga ia terikat dengan hukum yang datangdari Islam.

Akidah sebagai suatu keyakinan akan membentuk perilaku, bahkan mempengaruhi eksistensi seorang muslim. Menurut Abu A’la Al-Maududi, dampak akidah dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

1) Jauhkan individu dari pandangan yang terbatas dan picik.

2) Buang kekesalan dan kesedihan dalam mengelola setiap masalah dan keadaan.

3) Tanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kenali harga diri.

4) Menanamkan keberanian, kegembiraan dan ketabahan, tidak segan-segan menghadapi peluang.

5) Membingkai individu agar lugas dan adil.

6) Membangun posisi yang teguh, sabar, setia dan terkendali dalam menyelesaikan masalah.

7) Membuat mentalitas hidup tenang dan ridho.

8) Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan illahi.38

b. Nilai Akhlak

Kata “akhlak” dalam bahasa Indonesia dapat disamakan dengan kata etika, moral, tingkah laku, budi pekerti, dan kebaikan. Kata akhlak merupakan jamak dari khuluq yang mengandung pengertian adat atau kebiasaan, tabi'at, akhlak, adab atau sopan santun, dan

38 Retna Dwi Estuningtyas, Mengenal Islam,…hlm. 95.

agama.39 Akhlak juga berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, menjadikan, dan membuat. Seakar kata dengan khaliq yang bermakna pencipta, pembuat, makhluq bermakna ciptaan dan buatan serta makhlaq bermakna patut dan pantas.40

Menurut Kamus Bahasa Indonesia untuk pelajar akhlak ialah kelakuan, tabi’at, budi pekerti dan waktak.41 Sedangkan Ibnu Manzur mengakata “akhlak” berarti al-sajiyyah yaitu watak alami. Menurut Ensiklopedia Islam, akhlak adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang manusia. Kemudian darinya lahirlah perbuatan yang dipandang mudah, tanpa memerlukan proses pemikiran dan pertimbangan. Padanya melahirkan baik dan buruk.42

Secara terminologi akhlak adalah kata yang mengacu pada pandangan ulama Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzib al-ahlak wa Thathīr al-A’rāqmen yang mencirikan bahwa kualitas akhlak ialah kondisi jiwa individu yang mendorongnya untuk bergerak tanpa melalui renungan dan pemikiran terlebih dahulu. Selain itu, dari Imam Al-Ghazali bukunya Ihya 'Ulum Al-Clamor mengungkapkan bahwa akhlak adalah penggambaran perilaku dalam semangat yang darinya aktivitas dipahami secara efektif tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.43

Dari beberapa pengertian tadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya akhlak adalah keadaan yang hakiki dalam jiwa manusia.

Oleh karena itu, suatu perbuatan tidak dapat disebut akhlak kecuali jika memenuhi beberapa syarat berikut :

39 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Kasara, 2011), hlm 15.

40 Abdul Rahman, dkk., Pendidikan Agama Islam, (Purwokerto: Universitas Jenderal Soedriman, 2018), hlm. 75.

41 Meity Taqdir Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pemembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), hlm. 488.

42 Enang Hidayat, Pendidikan Agama Islam Integrasi Nilai-nilai Akidah, Syariah dan Akhlak, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2019), hlm. 75.

43 Raden Ahmad Muhajir Ansori, “Strategi Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam Pada Peserta Didik”, Jurnal Pusaka Media Kajian dan Pemikiran Islam, Vol. 8, No. 14, Agustius 2016

22

1) Perbuatan telah menancap kuat dalam jiwa individu dengan tujuan agar ia menjadi karakter atau kepribadian dalam diri individu.

2) Perbuatan dilakukan secara efektif tanpa intuisi. Ini tidak berarti bahwa perbuatan itu selesai dalam kondisi tidak jelas, penurunan kognitif, istirahat, mabuk, atau kegilaan.

3) Perbuatan muncul dari dalam dukungan seseorang yang melakukannya tanpa paksaan atau faktor tekanan dari luar.

4) Perbuatan dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main, berimajinasi atau berakting.

Akhlak bersumber dari Al-Qur’an, yang tidak bukan adalah wahyu Allah yang sudah jelas akan kebenaraanya, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh dari akhlak Al-Qur’an dan sebagai suri tauladan umat. Adapun akhlak berfungsi sebagai berikut :

1) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2) Mengungkapkan masalah objektif.

3) Meninggatkan movitasi untuk menggali ilmu.44 c. Nilai Syari’ah (Ibadah)

Secara etimologi kata Syari’ah berasal dari kata syara’a yang bermakna “sesuatu yang dibuka secara lebar kepadanya. Dari sinilah muncul kata syariah yang bermakna sumber air yang dituju (didatangi) untuk minum.45 Menurut Ar-Razi dalam bukunya Mukhtar-us Shihab dapat bermakna nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan al-masalik (menunjukan jalan). Sedangkan padangan dari Al-Jurjani Syari’ah bermakna mazhab dan thariqah mustaqim (jalan yang lurus).46

44 Nur Hudah, “Penanaman Nilai-nilai Islam Dalam Membentuk Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Mendongeng di TK Terpadu Nurul Amal Buyuk Bringkang Menganti Gresik”, Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol. 12, No. 2, Juli 2019, 6.

45 Abdul Wahab Abd. Muhaimin, “Aktualisasi Syariah dan Fikih Dalam Menyeleaikan Berbagai Persoalan Hukum”, Jurnal Ahkam Vol. XV, No. 2, Juli 2015, 241.

46 Nurhayati, “Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul Fikih”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol.2, No. 2, Juli-Desember 2018.

Sementara menurut terminologi syari’ah ialah hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hambanya yang dibawa oleh seorang rosulullah SAW, baik hukum tersebut berkaitan dengan cara berperilaku, yakni yang disebut dengan hukum-hukum furu’.47

Secara etimologi, kata ibadah ialah bentuk masdar dari kata abada yang kata tersebut mempunyai dua arti pokok: pertama, mengandung pengertian kelemahan dan kekasaran. Kedua, mengandung arti kelemahan dan kelembutan.48 Sedangkan menurut istilah (terminologi), ibadah mempunyai banyak pengertian, akan tetapi makna serta maksudnya sama, adalah:

1) Ibadah adalah taat kepada Allah SWT.

2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT.

3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT.

Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi kedalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghoiru mahdah. Ibadah mahdah meliputi sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah meliputi shodaqah, membaca al qur’an, dzikir dan lain sebagainya.49

Bicara mengenai kaidah syari’ah Islam, dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni:

1) Kaidah Ibadah dalam arti khusus (Kaidah Ubudiyah)

Kaidah ini lebih dikenal dengan sebutan kaidah ibadah khusus atau kaidah ibadah mahdlah. Dalam hal iniilah mengenai tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya yang di mana tata cara, serta upacaranya

47 A. Djazuli, Ilmu Fiqh, ( Jakarta: Prenada, 2005), hlm. 1-2

48 Abdul Kallang, “Konteks Ibadah Menurut Al-Qur’an, Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan, Vo. 4, No.2, 2018, 3

49 Nur Hudah, “Penanaman Nilai-nilai Islam Dalam Membentuk Akhlak Mulia Melalui Kegiatan Mendongeng di TK Terpadu Nurul Amal Buyuk Bringkang Menganti Gresik”, Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, … 6

24

sudah ditentukan secara terinci dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Mengenai pembahasan dalam hal ini berbicara mengenai: At-Thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa dan haji.

2) Kaidah Muamalah dalam arti luas

Kaidah ini ialah tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan sesama manusia dan hubungan antar manusia dan benda.

Muamalah dalam ati luas secara garis besar terdiri atas dua bagian, antara lain: Al-Qanunul Khas, (hukum perdata), meliputi: hukum niaga, munakahah (hukum nikah), Waratsah (hukum waris) dan sebagainya. Al-Qanunul ‘Am (hukum publik), meliputi: Jinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum kenegaraan), Jihad (hukum perang) dan sebagainya.50

Hubungan antara nila-nilai syari’ah dengan penanaman nilai-nilai agama Islam yang ditanamakan dalam diri seseorang adalah dalam nilai ibadah. Ibadah adalah suatu tindakan yang dilakukan manusia untuk menyembah dan sebagai bentuk penghargaan atas karunia Allah SWT yang telah diberikan.

Dokumen terkait