• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Nilai Gravitasi Pada Lokasi Penelitian

Pengukuran dari lapangan yang masih berupa nilai pembacaan pada Gravitymeter diproses sehingga diperoleh gravitasi pada masing-masing lokasi penelitian. Adapun besarnya gravitasi pada lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.

commit to user

Gambar 4.2. Profil gravitasi 3D pada lokasi penelitian

Hasil pengukuran menunjukkan nilai gravitasi pada masing-masing lokasi tidak menyimpang jauh dari gravitasi bumi rata-rata yaitu 9,80 m/s2 atau 980.000 mGal. Selisih gravitasi pada pengukuran dengan gravitasi bumi rata-rata adalah < 3.000 mGal. Nilai 9,8 m/s2 merupakan hasil rata-rata gravitasi dari seluruh gravitasi di seluruh lokasi di bumi. Pada gambar 4.2 nampak bahwa ada sekitar tiga puncak dan satu lembah. Puncak tersebut menunjukkan bahwa di sekitar lokasi tersebut mempunyai nilai gravitasi yang lebih besar di banding lokasi lain di daerah penelitian. Sedangkan ada satu lembah lembah menunjukkan bahwa di lokasi tersebut dan di sekitarnya mempunyai nilai gravitasi yang lebih kecil dibandingkan lokasi lain di daerah penelitian.

4. 2. Hasil Penentuan Densitas Rata-rata Batuan.

Untuk menentukan nilai densitas rata-rata batuan pada daerah penelitian digunakan metode Nettleton yang mana dibuat ektrapolasi nilai gravitasi dari berbagai harga densitas. Lokasi bukit dan lembah yang dipakai untuk ekstrapolasi

commit to user

ini adalah Wirun, Cangkol, Bakalan, Kayuapak, Lalung, Pundungrejo, Keragilan. Profil topografi untuk ketujuh lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

Wiru n CAN GKO L KAY UAPAK LALUN G PUN DU NG REJ O KERG ILAN 120 130 140 150 160 170 180 h (M)

Gambar 4.3. Profil ketinggian untuk menentukan densitas rata-rata. Hasil ekstrapolasi nilai gravitasi dari beberapa daerah sampel tersebut berupa profil sebagai berikut:

commit to user

Harga densitas yang diambil adalah harga densitas untuk gafik gravitasi yang terkorelasi mnimum dengan profil topografi, baik korelasi positif maupun korelasi negatif. Dapat dilihat pada grafik dari Wirun sampai Bakalan nampak bahwa ada pola naik atau positif dan turun atau negatif. Pada grafik dari Bakalan ke Kayuapak, Kayuapak ke Lalung, serta dari Pundungrejo ke Keragilan tampak bahwa untuk semua harga densitas batuan membentuk pola yang sama. Hal ini dikarenakan data ketinggian yang diperoleh dari hasil pengukuran kurang sesuai dengan data ketinggian di peta topografi. Faktor ketinggian lokasi pengukuran sangat penting dalam reduksi data gravitasi. Sehingga hasil ekstrapolasi dari nilai gravitasi yang diperoleh menunjukkan pola yang sama.

Untuk beberapa harga densitas mengikuti pola naik atau pun turun. Namun untuk grafik nilai gravitasi dengan harga densitas 2,5 gr/cm3 diperkirakan mempunyai korelasi paling minimum terhadap pola naik maupun turun. Oleh karena itu densitas 2,5 gr/cm3 dipakai sebagai harga densitas rata-rata batuan di daerah penelitian ini. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung koreksi Bouguer.

4. 3. Anomali Bouguer

Setelah reduksi data yang dilakukan mulai dari menghitung gravitasi normal, koreksi drift, koreksi pasang surut, koreksi udara bebas, koreksi medan, koreksi Bouguer, maka akan diperoleh hasil anomali bouguer dengan menghitung selisih antara gravitasi pengamatan dengan medan gravitasi normal yang telah dikoreksi . Anomali Bouguer yang sudah ini merupakan anomali yang berada di topografi. Sehingga bisa dikatakan anomali tersebut bukanlah anomali yang sebenarnya. (Koesuma,2001). Oleh karena itu untuk mendapatkan anomali yang sebenarnya maka data anomali Bouguer perlu diproyeksikan ke suatu bidang datar tertentu.

Peta kontur anomali Bouguer yang telah diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:

commit to user

Gambar 4.5. Profil anomali Bouguer lengkap di topografi.

Gambar 4.6. Profil anomali Bouguer lengkap 3D di topografi.

Peta anomali Bouguer pada gambar 4.4. daerah lokasi penelitian memanjang dari barat ke timur. Untuk daerah seperti di utara daerah penelitian cenderung lebih rendah, berkisar ≤-76 mGal. Sedangkan di selatan daerah penelitian memiliki

commit to user

anomali Bouguer sekitar ≥-66 mGal. Bila dilihat dari peta kontur anomali pulau Jawa maka hasil yang didapat dari penelitian ini cukup relevan. Karena untuk daerah sekitar Karanganyar mempunyai nilai anomali minus. (Brotopuspito, 2010).

Gambar 4.7. Peta anomali Bouguer pulau Jawa (Brotopuspito, 2010). 4.4. Anomali Bouguer di Bidang Datar

Peta anomali Bouguer yang diperoleh dari hasil perhitungan masih berada di topografi. Untuk meminimalkan distorsi data gravitasi akibat ketinggian yang bervariasi, maka perlu adanya proyeksi ke suatu bidang datar tertentu.(Setyawan, 2005). Pada penelitian ini proyeksi ke bidang datar menggunakan metode sumber ekivalen titik massa Dampney. Bidang datar pada penelitian ini berada pada ketinggian 284 meter di atas speroida acuan.

Data anomali gravitasi yang tidak teratur dan pada ketinggian yang bervariasi dibuat suatu sumber ekivalen titik massa diskrit pada bidang datar dengan kedalaman tertentu. Pada penelitian ini kedalaman sumber ekivalen titik massa yang digunakan adalah 7000 meter di bawah speroida acuan. Percepatan gravitasi di bidang datar pada ketinggian 284 meter, yang diakibatkan oleh sumber tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

commit to user

Gambar 4.8. Profil anomali Bouguer di bidang datar, ketinggian 284 m.

Gambar 4.9. Profil anomali Bouguer di bidang datar, ketinggian 284 m. Pola anomali Bouguer di bidang datar pada ketinggian 284 meter menunjukkan pola anomali yang sama dengan pola anomali bouguer di topografi. Hal ini menunjukkan bahwa benda anomali mempunyai peran dalam pembentukan

commit to user

topografi daerah penelitian ini. Range nilai anomali Bouguer pada bidang datar berkisar antara -82 mGal sampai -56 mGal.

Bila dibandingkan dengan anomali Bouguer pada topografi, maka range nilai anomali Bouguer pada bidang datar lebih kecil. Hal ini dikarenakan distorsi akibat topografi yang tidak homogen sudah diminimalkan. Sehingga selisih anomali Bouguer pada bidang datar relatif kecil.

Dokumen terkait