V. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1.1. Nilai Guna Langsung
V.1.1.1. Nilai Hasil Kayu
Jenis kayu yang ditanam melalui GERHAN di Sub DAS Tirto adalah Jati. Jati merupakan jenis kayu dengan nilai ekonomi tinggi yang paling diminati oleh petani. Kayu jati merupakan jenis kayu favorit untuk industri meubel dan kerajinan karena kayunya yang indah. Berdasarkan informasi dari responden, umur tebangan kayu jati milik masyarakat rata-rata ± 15 tahun. Nilai kayu dihitung berdasarkan keberhasilan tanaman sampai tahun 2009 dengan rata-rata 88,14% (Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati, dan Dinas Kehutanan Kabupaten Blora). Hasil kayu jati dari rehabilitasi (GERHAN) diprediksi dengan persamaan pertumbuhan yang diacu dari Ginoga et.al (2005). Harga kayu jati yang digunakan adalah harga prediksi berdasarkan data harga kayu jati beberapa tahun terakhir. Di lokasi penelitian harga kayu jati rakyat dengan diameter kurang lebih 20 cm pada
tingkat petani berkisar Rp 1.000.000/m3 sampai Rp1.400.000/m3. Kondisi harga
kayu Jati di Kabupaten Grobogan dan sekitarnya selama 4 tahun terakhir disampaikan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Kondisi Harga Kayu Bulat Jati di Kabupaten Grobogan
No Tahun Sortimen Harga (Rp/m3)
1 2006 A1 849.317
2 2007 A1 895.158
3 2008 A1 1.111.605
4 2009 A1 1.445.198
Sumber : Perhutani, 2009 (laporan manajerial)
Rekapitulasi hasil prediksi volume kayu jati pada umur 15 tahun dan nilai kayu jati dari hasil rehabilitasi di Sub DAS Tirto disampaikan pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Prediksi dan Nilai Hasil Kayu Jati dari GERHAN di Sub DAS Tirto N o Tahun tanam Luas (ha) Jumlah Tanaman hidup (btg)
Prediksi Hasil Kayu Pada Tahun (M3) (Rp)x 106 Volume m3 Nilai kini (Rpx 109) 2018 2019 2020 2021 2022 2023 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2003 113 33.648 4040 4040 12,056 3.427 2 2004 350 102.890 12355 12355 39,348 9,726 3 2005 200 61.250 7355 7355 24.900 5,352 4 2006 25 8.000 961 961 3.445 0,644 5 2007 700 161.362 19376 19376 72.745 11,823 6 2008 75 20.248 2431 2431 9.696 1,370 jumlah 1463 387.399 46518 32,343 Sumber : Hasil analisis data
Apabila keberhasilan tanaman dapat dipertahankan maka pada akhir tahun ke-15 nanti, potensi hasil kayu dari rehabilitasi (GERHAN) di Sub DAS Tirto
sebesar 46.518 m3 dengan nilai sekarang sebesar Rp32.343.357.833 (hasil
perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 6). Dengan harga kayu jati yang cukup stabil bahkan cenderung meningkat dan tersedianya pangsa pasar yang jelas potensi hasil kayu ini akan menigkatkaan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi.
V.1.1.2. Hasil Tanaman MPTS
Jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) GERHAN di Sub DAS
Tirto adalah sebagian besar mangga. Pada awal dimulainya kegiatan GERHAN pada tahun 2003 dan 2004 jenis yang ditanam meliputi berbagai jenis yaitu mangga, sukun, kemiri (Kabupaten Grobogan), mangga, melinjo, randu (Kabupaten Pati), mangga, mlinjo, durian, petai (Kabupaten Blora). Tetapi karena keberhasilannya dirasa tidak memuaskan kemudian tahun-tahun berikutnya hanya tanaman jenis mangga saja. Jenis dan jumlah hidup tanaman MPTS di Sub DAS Tirto selama tahun 2003 – 2008 disampaikan dalam Tabel 17.
Tabel 17. Jenis dan Jumlah Tanaman MPTS GERHAN di Sub DAS Tirto
No Tahun
tanam
Jumlah tanaman hidup
Mangga Sukun Kemiri Melinjo Randu Durian Petai Jumlah
1 2003 4,463 945 840 2195 2,195 - - 10,638 2 2004 22,140 - - - - 377 377 22,894 3 2005 14,685 - - - 14,685 4 2006 2,000 - - - 2,000 5 2007 24,983 - - - 24,983 6 2008 5,062 - - - 5,062 Jumlah 71,333 945 840 2195 2195 377 377 80,262
Sumber : Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Dinas Kehuatan Kabupaten Blora dan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pati tahun 2009
Penanaman tanaman MPTS dilakukan dengan tujuan agar dapat memberikan penghasilan kepada petani selama menunggu hasil panenan kayu. Untuk menilai besarnya manfaat yang dihasilkan dari tanaman MPTS maka digunakan prediksi produksi masing-masing jenis tanaman MPTS.
Tanaman mangga secara ekologis cocok ditanam di Sub DAS Tirto karena merupakan daerah dengan perbedaan musim yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau. Tanaman mangga diprediksikan mulai berbuah mulai umur 6 tahun dengan produksi buah 10 – 30 sampai umur 10 tahun, setelah 10 tahun dapat meningkat sampai lebih dari 40 kg/pohon per tahun. Harga yang digunakan untuk menghitung nilainya adalah harga mangga di petani, rata-rata pada saat musim seharga Rp 2000 per kg.
Jenis sukun yang ditanam adalah sukun Cilacap yang mempunyai keunggulan dalam produksinya. Tanaman sukun diprediksikan mulai berbuah setelah umur 5 tahun ke atas dengan produksi berangsur-angsur meningkat 30 – 60 buah per pohon per tahun setelah mencapai umur 10 tahun buahnya dapat lebih banyak lagi. Secara rata-rata produktivitas sukun di wilayah Kabupaten Grobogan, Blora dan Pati adalah 143,31 kg/pohon/tahun (BPS, 2006). Tanaman kemiri adalah tumbuhan yang dimanfaatkan bijinya sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Produksi biji kemiri pada awal produksi pada umur 6 tahun sekitar 10 – 30 kg/pohon sampai umur 10 tahun, setelah itu produksi bisa meningkat sampai 40 -80 kg/pohon/tahun.
Melinjo, merupakan tanaman yang dimanfaatkan bijinya sebagai bahan pembuatan emping melinjo, selain itu bunga daun mudanya juga dimanfaatkan untuk sayur. Tanaman melinjo setahun berbuah 2 kali, mulai berbuah setelah berumur 5 tahun dengan produksi 30 kg/pohon/tahun. Semakin bertambah umurnya semakin meningkat produksinya pada umur 15 tahun produksinya bisa mencapai 60 kg/pohon/tahun. Secara rata-rata produktivitas melinjo di Kabupaten Grobogan, Blora dan Pati adalah 48,3 kg/pohon/tahun.
Durian adalah salah satu jenis buah-buahan yang mepunyai nilai ekonomis tinggi. Bibit yang ditanam dari okulasi pada umur 8 tahun sudah mulai berbunga dengan produksi 60 – 70 butir/pohon/tahun (rata-rata 2,7 kg/buah). Produktivitas durian di Kabupaten Grobogan, Blora dan Pati rata-rata adalah 124,57 kg/pohon/tahun. Petai rata-rata produktivitasnya adalah 44,26 kg/pohon/tahun dan harga jual petai Rp 30000 per kg. MPTS lainnya adalah kapuk randu, merupakan tanaman perkebunan yang penting terutama untuk wilayah kabupaten Pati. Tanaman kapuk randu mulai produksi pada umur 5 tahun 40 kg per pohon per tahun sampai 140 kg/pohon per tahun ketika sudah berumur 15 tahun. Penjualan tanaman randu biasanya dengan tebasan dengan harga tebasan Rp 1500 sampai dengan Rp 1900/kg.
Prediksi hasil tanaman MPTS dari GERHAN di Sub DAS Tirto dengan keberhasilan rata-rata 85% secara ringkas disampaikan dalam Tabel 18.
23,9 56,7 56,7 85,0 85,0 113,4 141,8 170,1 198,4 22,7 Sukun 8,1 16,1 24,2 32,3 40,3 40,3 40,3 40,3 40,3 40,3 20,2 40,3 60,5 80,6 100,8 100,8 100,8 100,8 100,8 100,8 Melinjo 21,1 42,1 63,2 84,3 105,4 105,4 105,4 105,4 105,4 105,4 84,3 168,6 252,9 337,2 421,4 421,4 421,4 421,4 421,4 421,4 Randu 87,8 131,7 175,6 219,4 263,3 307,2 307,2 307,2 307,2 307,2 131,7 197,5 253,3 329,2 395,0 460,8 460,8 460,8 460,8 460,8 2 Th.2004 Mangga 221,4 332,1 442,8 553,5 885,6 885,6 885,6 885,6 885,6 885,6 442,8 664,2 885,6 1107,2 1.771,2 1.771,2 1.771,2 1.771,2 1.771,2 1771,2 Melinjo 2,41 4,8 7,2 9,6 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 9,6 19,3 28,9 38,6 48,2 48,2 48,2 48,2 48,2 48,2 Petai 3,3 6,7 10,0 13,3 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 20,0 400 60,1 80,1 100,1 100,1 100,1 100,1 100,1 Durian (bh) 11.306 11.306 15.075 15.075 18.844 22.613 22.613 22.613 56,5 56,5 75,4 75,4 94.22 113,1 113,1 113,1 3 Th.2005 Mangga 146,8 220,3 293,7 367,1 587,4 587.4 587,4 587,4 587,4 587,4 293,7 440,6 587,4 734,2 1.174,8 1174.8 1.174,8 1.174,8 1.174,8 1.174,8 4 Th. 2006 Mangga 20 30 40 50,0 80 80 80 80 80 80 40 60 80 100 160 160 160 160 160 160 5 Th.2007 Mangga 249,8 374.745 499,7 624.575 999,3 999,3 999,3 999,3 999,3 999,3 499,7 749.49 999,3 1249.15 1998,6 1.998,6 1.998,6 1.998,6 1.998,6 1.998,6 6 Th. 2008 Mangga 50.62 75,9 101.24 126,5 202,5 202,5 202,5 202,5 202,5 202,5 101.24 151,9 202.48 253,1 405,0 405,0 405,0 405,0 405,0 405,0 Jumlah 353,7 1.049,4 1.809 2.546,8 1.453,5 5.093,3 5.902,7 6.310,3 7.157,6 7.337,8 5.789,8 3.738,4 2.563,6 2.403,6 404,96 Nilai kini 353,7 912,5 1367,9 1.674,5 2.154,6 2.532,3 2.551,9 2.372,3 2.339,8 2.085,9 1.431,1 803,5 479,2 390,6 57,2 21.507,3 Sumber : Hasil analisis data
Nilai kini hasil tanaman MPTS sebesar Rp 21.507.314.174 atau 6,49% dari total manfaat. Hasil tanaman MPTS bisa menjadi tambahan penghasilan bagi petani jika tanaman dipelihara dengan baik, hasil ini bisa diharapkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga petani yang bersifat jangka pendek. Hal ini bisa menjawab salah satu permasalahan utama dalam pola investasi hutan rakyat yaitu masa menunggu yang lama hasil dari proses investasi yang dilakukan (Darusman dan Wijayanto, 2007). Perlu adanya suatu pola investasi yang cepat menghasilkan yang dirancang khusus untuk merespon kebutuhan akan sumber pendapatan, bagi masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan jangka pendek karena tanaman MPTS secara rutin dapat memberikan hasilnya setiap tahun.
V.1.1.3. Hasil Tanaman Semusim
Tanaman semusim ditanam secara swadaya, pada umumnya adalah padi (gogo) dan palawija sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman tahunan (kayu dan MPTS). Tanaman padi dan palawija ditanam untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sedangkan sisanya untuk dijual. Tanaman pertanian diusahakan secara tumpang sari dengan tanaman tahunan sampai tahun ke–4, setelah itu diusahakan untuk empon-empon karena kondisi lahan sudah ternaungi sehingga tidak memungkinkan lagi jika ditanami padi dan palawija lagi.
Pada lahan yang direhabilitasi pada musim tanam I ditanami padi gogo dan sebagian besar jagung pada musim tanam II, hanya sebagian kecil tumpangsari antara jagung dengan kacang tanah pada musim tanam ke II. Produksi rata-rata untuk tanaman padi gogo di lokasi kegiatan ± 3000 kg/ha per musim tanam, untuk jagung ±5000 kg/ha per musim tanam.
Perhitungan hasil tanaman semusim/pertanian pada lokasi yang direhabilitasi di Sub DAS Tirto disampaikan dalam Tabel 19.
Tabel 19 Nilai Hasil Tanaman Semusim per Tahun
NO Lokasi Luas Jumlah
GERHAN Jenis produksi nilai (Rp) Jenis produksi nilai (Rp) (Rp)
Tahun (ton) (ton)
1 2003 113 Padi 339 1.017.000.000 Jagung 339 610.200.000 1.864.500.000 Kacang 68 237.300.000 2 2004 200 Padi 600 1.800.000.000 Jagung 1 1.800.000.000 6.075.000.000 150 Padi 450 1.350.000.000 Jagung 450 810.000.000 Kacang 90 315.000.000 3 2005 175 Padi 525 1.575.000.000 Jagung 875 1.575.000.000 3.562.500.000 25 Padi 75 225.000.000 Jagung 75 135.000.000 Kacang 15 52.500.000 4 2006 25 Padi 75 225.000.000 Jagung 125 225.000.000 450.000.000 5 2007 700 Padi 2.100 6.300.000.000 Jagung 3.500 6.300.000.000 12.600.000.000 6 2008 75 Padi 225 675.000.000 Jagung 375 675.000.000 1.350.000.000 MT I MT II
Sumber : Hasil analisis data
Hasil tanaman semusim pada masing-masing lokasi yang direhabilitasi secara terinc i disampaikan pada Lampiran 7.
V.1.1.4. Hasil Tanaman Empon-Empon
Tanaman empon-empon yang diusahakan di lokasi yang direhabilitasi di wilayah Sub DAS Tirto meliputi temu lawak, kencur dan laos. Tanaman empon-empon dibudidayakan pada lahan setelah tanaman kayu berumur lebih dari 4 tahun karena pada saat itu lahan sudah tertutup naungan sehingga tidak dapat menghasilkan lagi jika ditanami dengan tanaman padi ataupun palawija.
Perkiraan hasil produksi tanaman empon-empon pada lokasi yang direhabilitasi secara rinci disampaikaan pada Lampiran 8. Perhitungan nilai dari hasil tanaman empon-empon secara ringkas disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Nilai Hasil Tanaman Empon-Empon per Tahun
NO Lokasi GERHAN Luas Nilai Produksi
tahun tanam Ha temu Lawak Laos Kencur (Rp)/tahun
(kg) (kg) (kg) 1 2003 63 220.500 315.000 973.000.000 50 250.000 2 2004 300 1.050.000 1.500.000 2.987.500.000 50 250.000 3 2005 175 612.500 875.000 1.706.250.000 25 125.000 4 2006 25 87.500 125.000 212.500.000 5 2007 675 2.362.500 3.375.000 5.956.250.000 25 125.000 6 2008 75 262.500 375.000 637.500.000
Prediksi Hasil Tanaman Empon-Empon
Sumber : Hasil analisis data
Hasil tanaman empon-empon ini akan memberikan pendapatan bagi petani secara rutin setiap tahunnya dengan biaya produksi yang rendah karena kegiatan pemeliharaannya tidak intensif dan tenaga kerjanya dikerjakan oleh anggota keluarga sendiri.
V.1.1.5. Hijauan pakan ternak
Hijauan pakan ternak yang dihasilkan dari lokasi yang direhabilitasi berupa rumput pakan (kolonjono/rumput gajah) yang sengaja ditanam untuk penguat teras, rumput liar maupun daun-daunan yang masih muda. Nilai ekonomi hijauan pakan ternak didekati dengan kesediaan membayar dari pengguna barang tersebut. Kesediaan membayar tercermin dari besarnya biaya pengadaan untuk memperoleh hijauan pakan ternak. Biaya pengadaan makanan ternak ini digunakan untuk menduga kurva permintaan.
Berdasarkan wawancara rata-rata pemilikan ternak tiap kepala keluarga adalah sapi 1,5 ekor dan kambing 3 ekor dengan jumlah kebutuhan hijauan untuk pakan ternak sebanyak 53,69 kg/hari. Kebutuhan hijauan pakan ternak untuk 1 ekor kambing 5 kg/hari sedangkan untuk 1 ekor sapi 25kg/hari, jika disetarakan berdasarkan jumlah pakannya maka 1 ekor sapi setara dengan 5 ekor kambing. Berdasarkan hasil analisis (Lampiran 9) didapatkan model persamaan kurva
Y adalah jumlah kebutuhan pakan tiap kepala keluarga per hari (kg), X1 adalah biaya pengadaan tiap kg pakan ternak (Rp), X3 adalah jumlah ternak (disetarakan
dengan jumlah sapi) yang dimiliki petani dan X4 adalah umur kepala keluarga.
Model tersebut menghasilkan koefisien determinasi (R2 sebesar 45,3%) yang
artinya proporsi keragaman kebutuhan pakan tiap KK dapat dapat dijelaskan dengan hubungan linearnya dengan biaya pengadaan, jumlah pemilikan ternak
dan umur kepala keluarga sebesar 45,3%. Biaya pengadaan pakan tiap kg (X1)
mempunyai pengaruh nyata terhadap model dengan P<0.01, jumlah ternak memberikan pengaruh nyata dengan P<0.01, dan umur kepala keluarga berpengaruh nyata dengan P<0.15
Berdasarkan model tersebut ternyata kebutuhan pakan tiap KK (Y)
berkorelasi negatif dengan biaya pengadaan (X1) sebesar 0,145 yang artinya jika
faktor lainnya tetap setiap kenaikan biaya pengadaan sebesar Rp 1 maka akan mengakibatkan pengurangan pemberian pakan ternak tiap KK sebesar 0,145 kg per hari. Jumlah pakan yang dibutuhkan tiap KK (Y) berkorelasi positif terhadap
jumlah ternaknya (X3) sebesar 20,9 yang artinya jika faktor lainnya tetap setiap
kenaikan jumlah ternak setara dengan 1 ekor sapi maka jumlah pakannya akan meningkat 20,9 kg. Hal ini dapat dipahami karena semakin banyak ternak yang dimiliki maka kebutuhan pakannnya akan semakin besar. Kebutuhan pakan tiap KK (Y) berkorelasi negatif terhadap umur kepala keluarga sebesar 0,859 yang artinya jika faktor yang lainnya tetap setiap kenaikan umur kepala keluarga 1 tahun maka akan mengakibatkan pengurangan pakan yang diberikan terhadap ternak sebesar 0,859 kg.
Pendugaan nilai ekonomi hijauan pakan ternak menggunakan model tersebut dilakukan pada variabel biaya pengadaan pakan, variabel yang lainnya dianggap tetap dengan menggunakan nilai rata-rata. Sehingga terbentuk persamaan baru
menjadi : Y= 71,59-6,90 X1. Selanjutnya persamaan tersebut diinversi untuk
membentuk suatu fungsi harga menjadi X1= 493,70 – 6,90 Y.
Besarnya kesediaan membayar diperoleh dari hasil integral fungsi harga tersebut yang secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan
( )
∫
−= y Y y
U
0 493.702 6.89655 δ dengan batas bawah pada saat Y=0 dan batas atas Y= rata-ratanya.
Dari hasil perhitungan nilai hijauan pakan ternak (Lampiran 10) diperoleh kesediaan membayar hijauan pakan ternak Rp 16.567/hari/KK, nilai yang dibayarkan Rp 6.627/hari/KK dan surplus konsumennya Rp 9.940/hari/ KK. Dalam menghitung nilai ekonomi hijauan pakan ternak selama setahun dari lokasi GERHAN mempertimbangkan adanya bulan-bulan kering, dalam setahun rata-rata terdapat 5 bulan kering dimana tidak ada rumput dari lahan miliknya. Untuk itu nilai hasil hijauan pakan ternak hanya dihitung 7 bulan dalam setahun dimana hijauan pakan yang diambil merupakan hasil memungut dari lahan miliknya.
Hasil perhitungan nilai hijauan pakan ternak secara ringkas pada masing-masing lokasi kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto adalah sebagaimana Tabel 21 berikut ini, sedangkan secara lebih rinci disajikan dalam Lampiran 10.
Tabel 21. Nilai Hijauan Pakan Ternak Pada Lokasi GERHAN di Sub DAS Tirto No Lokasi tahun Tanam Jumlah pemilik ternak (KK)
Nilai Ekonomi Hijauan Pakan Ternak Dalam Setahun (Rp)
Kesediaan membayar Harga yang
dibayarkan Surplus konsumen 1 2003 178 619.267.259 247.707.860 371.559.398 2 2004 540 1.878.675.953 751.473.286 1.127.202.668 3 2005 407 1.415.965.024 566.388.199 849.576.825 4 2006 53 184.388.566 73.755.711 110.632.854 5 2007 1045 3.635.585.872 1.454.239.969 2.181.345.903 6 2008 127 441.836.752 176.735.383 265.101.369
Sumber : Hasil analisis data
Dari hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa kesediaan petani membayar atau berkorban dalam memperoleh jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk ternak yang dimilikinya masih lebih besar dari harga yang sebenarnya dia bayarkan. Hal ini menunjukkan bahwa ternak mempunyai arti sangat penting karena merupakan sumber tabungan dimana dapat dijual dengan cepat untuk kebutuhan-kebutuhan mendadak.
V.1.1.6. Hasil Kayu Bakar
Nilai ekonomi kayu bakar dihitung dengan pendekatan harga pasar karena kayu bakar sering diperjual belikan selain untuk keperluan rumah tangga juga di
lokasi banyak terdapat industri pembuatan batu bata yang memerlukan kayu bakar sebagai bahan bakar. Di lokasi penelitian kayu bakar merupakan bahan bakar utama untuk memasak. Kayu bakar diperoleh diperoleh dari hutan dan dari lahan milik dengan memangkas dahan, ranting-rating atau mengambil pohon-pohon yang telah mati (merencek) dari hutan rakyat miliknya. Pohon mulai direncek setelah umurnya tanaman lebih dari 5 tahun.
Rata-rata konsumsi kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga tiap KK
adalah ± 1.5 ikat per hari kalau dikonversikan dalam ukuran staple meter (sm), 1
sm kayu bakar setara dengan 8 ikatan sehingga 1 ikat setara dengan ± 0.13 sm. Harga pasaran kayu bakar 1 pikulan (2 ikat) adalah Rp 10.000 jadi 1 ikat seharga Rp 5.000.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai ekonomi kayu bakar di lokasi GERHAN di SubDAs Tirto sebagaimana tercantum dalam Tabel 22.
Tabel 22. Nilai Kayu Bakar pada Lokasi Kegiatan GERHAN di Sub DAS Tirto
No Lokasi tahun Tanam Luas (ha) Jumlah pengguna kayu bakar (KK)
Produksi kayu bakar per tahun Nilai Kayu Bakar (Rp/th) Ikat (sm) 1 2003 113 221 60.167 7.557 300.836.250 2 2004 350 672 182.952 22.979 914.760.000 3 2005 200 507 138.031 17.337 690.153.750 4 2006 25 66 17.969 2.257 89.842.500 5 2007 700 1303 354.742 44.556 1.773.708.750 6 2008 75 159 43.388 5.437 216.438.750
Sumber : Hasil Analisis Data
Hasil perhitungan nilai kayu bakar dari masing-masing lokasi yang direhabilitasi selengkapnya disajikan dalam Lampiran 11.