• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai manfaat langsung kawasan Pulau Miangas

4 KECUKUPAN EKONOMI PULAU MIANGAS

VI TRANSPORTASI 58 Transportasi kerja dan

B. Nilai manfaat langsung kawasan Pulau Miangas

Sebagaimana mengacu Santoso (2012) menyatakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Antara nilai-nilai tersebut tidak terdapat saling tumpang tindih (duplikasi penilaian);

2. Masing-masing nilai bersifat non rivalryterhadap nilai lain sehingga penilaian terhadap suatu nilai tidak mempengaruhi (menambah atau mengurangi nilai yang lain);

Terhadap sebagian kawasan atau seluruh kawasan tersebut tidak dilakukan konversi yang menyebabkan perubahan secara signifikan. Berdasarkan seluruh penjumlahan terhadap nilai dari seluruh manfaat yang terdapat pada Pulau Miangas diperoleh estimasi nilai manfaat total sebesar subsidi Pulau Miangas per tahun disajikan pada Gambar 15 estimasi nilai total Pulau Miangas :

Pulau Miangas

Nilai penggunaan Kebutuhan penduduk

Rp.572.295,000 Rp.11.085.600.000,Dewasa : Rp.662.160.000,Anak-anak : PDRB 2012 di Miangas : Rp. 223.275.000 Rp.11.747.760.000 Rp.11.524.485.000, Jasa Barang

Gambar 15 Estimasi nilai total Pulau Miangas berdasarkan UMR Memperhatikan nilai manfaat total barang dan jasa kawasan Pulau Miangas, terlihat bahwa nilai manfaat langsung sangat rendah jika dibandingkan nilai kebutuhan fisik minimum pada tahun 2010-2014sebesar Rp 9.174.933.000,- Berdasarkan hasil UMR yang ternyata lebih besar 20% dari KHL(Malik 2014) pada tahun tersebut maka didapatkan sebagai berikut Gambar 15:

Pulau Miangas

Nilai penggunaan Kebutuhan penduduk

Rp.572.295,000 Rp.11.085.600.000,Dewasa : Rp.662.160.000,Anak-anak : PDRB 2012 di Miangas : Rp. 223.275.000 Rp.9.398.208.000 Rp. 9.174.933.000 Jasa Barang

Gambar 16 Estimasi nilai total Pulau Miangas berdasarkan KHL Berdasarkan hasil analisis langsung, data didapatkan Gambar 16 sebagai berikut :

Pulau Miangas

Nilai penggunaan Kebutuhan penduduk

Rp.572.295,000 Rp.11.800.800.000,-,Dewasa : Rp.704.880.000,Anak-anak : PDRB 2012 di Miangas : Rp. 223.275.000 Rp.12.505.680.000 Rp.12.282.405.000, Jasa Barang

Gambar 17 Estimasi nilai total Pulau Miangas berdasarkan analisis langsung

1 Nilai ekonomi hidup layak total kawasan Pulau Miangas adalah sebesar Rp 9.398.208.000,nilai ini kontribusi nilai manfaat kebutuhan fisik minimum 2 Kebijakan pemanfaatan kawasan Pulau Miangas perlu mempertimbangkan

nilai ekonomi total kawasan Pulau Miangas. Dalam mewujudkan pengelolaan Pulau Miangas berkelanjutan, Pemerintah perlu melakukan Push Up ekonomi menjadi kekuatan ekonomi mandiri.

3. Sumberdaya Pulau Miangas terdiri dari sumberdaya hayati yang ada di daratan berupa flora dan fauna (termasuk yang endemik) maupun di wilayah perairannya yaitu Pulau Miangas, padang lamun, rumput laut, mollusca, dan crustacea (termasuk yang endemik). Di Miangas sumberdaya ini bisa berupa mineral dan air tawar serta lahan (yang menjadi faktor pembatas) yang dimanfaatkan oleh manusia. Terakhir, yaitu sumberdaya buatan (inrastruktur & jasa-jasa lingkungan) yang mendukung aktivitas di pulau Miangas.

4. Sumberdaya Pulau Miangas pada akhirnya perlu di optimalkan untuk pembangunan masa depan yang lebih baik. Bahwa kerentanan menjadi titik evaluasi dalam rangka memperbaiki dan dilakukan keberlanjutan. Oleh karena itu, sumberdaya pulau Miangas, menjadi data dasar pengelolaannya. Pada sisi lain, Charles (2001) menegaskan bahwa sistem perikanan merupakan sebuah kesatuan dari 3 komponen utama yaitu:

(1) Sistem alam (natural system) yang mencakup ekosistem, ikan dan lingkungan biofisik;

(2) Sistem manusia (human system) yang terdiri dari unsur nelayan atau petani ikan, pelaku pasar dan konsumen, rumah tangga perikanan dan komunitas pesisir serta lingkungan sosial, ekonomi dan budaya yang terkait dengan sistem ini;

(3) Sistem pengelolaan perikanan (fishery management system) yang mencakup unsur-unsur kebijakan dan perencanaan perikanan, pembangunan perikanan, rejim pengelolaan perikanan, dan riset perikanan. Dalam konteks ini maka dapat dikatakan bahwa sistem perikanan adalah sistem yang kompleks. Semakin banyak jumlah unsur dalam struktur sebuah sistem maka semakin kompleks sistem tersebut.Dalam konteks ini, pengelolaan sumberdaya Pulau Miangas ke depan, terkait pada sumberdaya pulau Miangas.

Ekonomi Pulau Miangas

Pembangunan pulau-pulau kecil dihadapkan pada permasalahan akibat karakteristik pulau tersebut. Selain masalah karakteristik, Pulau Miangas memiliki peluang ekonomi yang terbatas khususnya ketika berbicara soal skala ekonomi (economics of scale). Agar kegiatan ekonomi di Pulau Miangas mendapatkan skalanya yang sesuai maka pengembangan sektor perdagangan menjadi perlu, walaupun tergantung pada infrastruktur yang ada di Pulau Miangas tersebut. Adapun kegiatan ekonomi untuk dilakukan di Pulau Miangas adalah kegiatan ekonomi yang terspesialisasi sesuai dengan sumberdaya yang tersedia.

Dalam beberapa hal, specialized economy seperti yang terjadi untuk pulau- pulau kecil berdampak positif, khususnya yang terkait dengan konsep skala ekonomi. Menurut Briguglio (1995) yang diacu (Adrianto, 2004) , ada beberapa hal yang menjadi ciri keterbatasan ekonomi wilayah pulau-pulau kecil terkait dengan ukuran fisik (smallness), yaitu:

1. Terbatasnya sumberdaya alam dan ketergantungan terhadap komponen impor yang tinggi.

2. Terbatasnya substitusi impor bagi ekonomi pulau.

3. Kecilnya pasar domestik dan ketergantungan terhadap ekspor untuk menggerakkan ekonomi pulau.

4. Ketergantungan terhadap produk-produk dengan tingkat spesialisasi tinggi. 5. Terbatasnya kemampuan untuk mempengaruhi harga lokal.

6. Terbatasnya kemampuan untuk menentukan skala ekonomi. 7. Terbatasnya kompetisi lokal.

Lebih lanjut, Briguglio (1995) mengungkapkan bahwa karakteristik penting lain dari pulau-pulau kecil yang terkait dengan pengembangan ekonomi wilayah adalah tingkat insularitas. Pulau-pulau kecil memiliki tingkat insularitas yang tinggi karena sebagian besar jauh dari daratan induknya. Persoalan ekonomi pulau-pulau kecil yang terkait dengan karakteristik insularitas ini terutama yang terkait dengan persoalan transportasi dan komunikasi, lingkungan ekonomi yang

cenderung monopolistik, melimpahnya sumberdaya kelautan dan dominasi sektor jasa. Adapun karakteristik pulau-pulau kecil yang dilihat dari sifat insularitas seperti yang disampaikan oleh Briguglio (1995), yaitu:

1. Biaya transportasi per unit produk. 2. Ketidakpastian suplai.

3. Volume stok yang besar.

4. Ketergantungan terhadap produk-produk dengan tingkat spesialisasi tinggi. 5. Terbatasnya kemampuan untuk mempengaruhi harga lokal.

6. Terbatasnya kemampuan untuk menentukan skala ekonomi. 7. Terbatasnya kompetisi lokal.

8. Persoalan yang terkait dengan administrasi publik.

Namun demikan, perlu diingat bahwa pendekatan dalam pengelolaan dan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia tidak boleh digeneralisasi untuk semua pulau, baik dengan wilayah daratan induknya maupun antar pulau kecil itu sendiri. Pendekatan yang berbeda ini memerlukan pula sistem dan pola pikir tata kelola yang berbeda pula. Perbedaan sistem dan pola pikir tata kelola ini telah diadopsi oleh Departemen Dalam Negeri, Departemen Kelautan dan Perikanan serta Departemen Keuangan yang kemudian diintegrasikan dalam kebijakan Bappenas dalam mengatur alokasi anggaran DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) wilayah administrasi kepulauan baik provinsi maupun kabupaten/kota kepulauan (Adrianto, 2004).

Pembangunan di Pulau Miangas harus mengedepankan prinsip kehati- hatian (precautionary approach) sesuai dengan daya dukung pulau dalam menciptakan pembangunan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Mengingat, pulau-pulau kecil memiliki keterbatasan secara geografis (smallnes), keanekaragaman yang terbatas, dan secara ekologis dan ekonomis rentan terhadap faktor eksternal. Selain itu, kegiatan ekonomi yang terspesialisasi sesuai dengan potensi sumberdaya pulau harus menjadi pemikiran bersama agar menciptakan ketahanan ekonomi pulau dari pengaruh eksternal. Hal lain yang tidak kalah penting adalah, terciptanya kesejajaran pembangunan wilayah kepulauan terpencil atau terluar atau paling tidak tidak terlalu ketinggalan dengan wilayah daratan induk lainnya, sehingga pendapatan per kapita penduduk pulau harus setara dengan penduduk di daratan induk atau paling tidak tidak terlalu jauh perbedaannya (Fahrudin, 2008).

Berdasarkan analisis komponen hidup layak yang dilakukan di Pulau Miangas pada tahun 2013, didapatkan sebagai berikut :

Harga

Dari segi harga, para nelayan yang ada berada di Pulau Miangas, harga ikan setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup baik, khusus ikan tuna, cakalang, layar, manganganu di jual Rp. 5000 per kg. Sedangkan ikan asin, teripang, lobster, dan sirip ikan hiu, jika harganya bervariasi tergantung pada mutu ikan tersebut. Ikan asin dijual dengan harga Rp. 25.000 per kg. Sirip ikan hiu super dijual Rp. 500.000 sampai 600.000 per kg, sedangkan jenis ikan lain dijual Rp. 2500 sampai Rp. 3000 per kg. Kenaikan harga ikan tersebut bias disebabkan oleh semakin menurunnnya hasil tangkapan, sedangkan permintaan cenderung semakin meningkat. Jika BBM yang digunakan oleh nelayan cukup mahal.

Pembeli utama dari hasil tangkapan para nelayan adalah penduduk local yang ada di desa miangas, maupun stakeholder yang ada di daerah Sangihe (Peta), dan langsung dijual ke Manado. Sedangkan pembeli ikan dari daerah tetangga Filipina. Para nelayan penangkap ikan hiu siripnya dijual pada pedagang lokal yang ada di desa Peta, para pedagang ini merupakan salah satu mata rantai yang sulit untuk diputuskan karena sistem yang digunakan di dalam pembelian hasil tangkapan memberikan kredit bagi para nelayan sehingga hubungan antara nelayan dan pedagang merupakan hubungan patron-client.

Di lokasi penelitian usaha wisata bahari belum ada. Jika dilihat dari sumberdaya lautnya, pulau Miangas dapat dibuat daerah parawisata, atau tempat transit para turis-turis dari Filipina ke Indonesia. Sumberdaya laut yang indah ini memiliki pemandangan laut yang sangat baik dan pasir putih halus dimana pada waktu ada kilat tempat bertelurnya kura-kura (penyu) yang sering ditangkap oleh masyarakat nelayan, dan budaya tradisonal yaitu manami yaitu pelarangan penangkapan ikan di daerah yang dilindungi selama 4 bulan yaitu bulan Desember sampai April. Oleh sebab itu daerah ini baik untuk pariwisata.

Pada umumnya hasil tangkapan nelayan di pulau miangas di jual kepada penduduk yang ada di desa miangas dan ada sebagian di jual ke pedagang pengumpul yang berada di luar desa miangas, seperti pedagang yang berkedudukan di pulau Sangihe Besar yaitu Desa Peta di Kecamatan Tabukan Utara, dan pedagang ikan yang berada di negara tetangga yaitu Philipina. Jika hasil tangkapan berlebihan hanya sebagian kecil dari nelayan yang mengolah hasil tangkapannya menjadi ikan asin.

Kelembagaan pulau Miangas

Kelembagaan Pulau Miangas dapat diartikan sebagai mekanisme koordinasi antar lembaga terkait dengan implementasi ICM di wilayah pesisir dan laut. Mekanisme dalam hal ini diartikan sebagai berjalannya mekanisme koordinasi antar lembaga dan multisektor yang melibatkan berbagai stakeholder terkait pembangunan di wilayah pesisir dan laut. Aransemen kelembagaan terletak dalam fase perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta berlanjutnya peningkatan program melalui program ICM.

Menilai performa kelembagaan menurut Kusumastanto (2002), juga dapat dilihat dari aspek adaptabilitas (adaptability). Jika aransemen kelembagaan merespon perubahan politik, sosial, budaya, ekonomi, dan kondisi lingkungan maka performa kelembagaan kemungkinan akan jauh dari mengalami suatu masalah. Jadi adaptabilitas berhubungan dengan implementasi suatu program yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, situasi politik, ekonomi dan budaya setempat. Namun status aransemen kelembagaan Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan Pulau-pulau kecil di Provinsi belum ada sama sekali. Baik itu mekanisme organisasi, partisipasi stakeholder dalam perencanaan dan koordinasi tidak menutup kemungkinan pemerintah daerah masih berorientasi pembangunan daratan dibanding pesisir dan laut. Untuk jelasnya lihat Tabel 53 di bawah ini.

Tabel 47 Status aransemen kelembagaan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Pulau Miangas

No Aspek Parameter Tidak ada Proses Ada Keterangan

1 Mekanisme organisasi

Ada kelompok kerja / badan pengelola wilayah pesisir dan bagaimana struktur organisasinya (Pokja, Forum Kerjasama, Badan, dll)?

Dokumen terkait