• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Nilai MPN Koliform Pada Masing-masing Kelurahan di Kecamatan

Pada hasil uji MPN coliform dari masing-masing kelurahan meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk mengetahui nilai MPN coliform dilihat pada uji penegasan (Confirmed test).

Hasil uji penegasan dihitung berdasarkan hasil pengamatan (lampiran 4) dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Indeks MPN coliform pada uji penegasan pada masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir

Kelurahan Indeks MPN koliform pada sampel pada air sumur

Rerata nilai MPN

Ujung Ujung I Ujung II Ujung III

460 2400 460 ± 1106,66

Ampel Ampel I Ampel II Ampel III

1100 1100 1100 ± 1100

Pegirian Pegirian I Pegirian II Pegirian III

2400 2400 2400 ± 2400

Sidotopo Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III

1100 1100 1100 ± 1100 Wonokusumo Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III 460 2400 2400 ± 1753,33 .

Pada uji penegasan dapat dilihat yang mempunyai nilai MPN koliform yang tinggi adalah kelurahan Pegirian ± 2400 per 100 ml. Sedangkan untuk nilai MPN koliform yang terendah terdapat pada kelurahan Ampel dan Sidotopo yaitu ±1100 per 100 ml. Untuk kelurahan Ujung memiliki nilai MPN koliform ±1106,66 per 100 ml dan Wonokusumo ±1753,33 per 100 ml. Uji penegasan dari hasil tes di atas adalah sangat perlu, mengingat bahwa tes pendugaan dihasilkan positif oleh mikroorganisme coliform, yang menunjukkan adanya indikator terhadap polusi fecal. Banyaknya jumlah bakteri koliform yang terdapat pada masing-masing kelurahan juga dipengaruhi lingkungan sekitar sumur. Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan tercantum dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kondisi air sumur dimasing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Surabaya

No. Kelurahan Kondisi sumur

1.

2.

Ujung

I

- Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci - Dekat dengan septic tank dengan jarak

± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

II - Termasuk sumur bor

- Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci - Dekat dengan septic tank dengan jarak

± 6 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

III - Sumur dipakai untuk keluarga sendiri

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh

- Termasuk sumur gali

2. Ampel

I

- Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 3 m

Dekat dengan selokan dengan jarak ± 4 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

II - Sumur digunakan untuk 10 KK

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh

- Termasuk sumur gali

III - Sumur digunakan untuk 4 KK

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 6 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m - Kondisi air keruh dan bau

No. Kelurahan Kondisi sumur 3. Pegirian

I

- Sumur digunakan untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak

- ± 6 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

II - Sumur digunakan untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

- Teramsuk sumur gali

III - Sumur digunakan untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

4. Sidotopo

I

- Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 6 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh

- Termasuk sumur gali

II - Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat denga selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

III - Sumur digunakan untuk 5 KK

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan denga jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

- Termasuk sumur gali

5. Wonokusumo

I

- Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan septic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3 m - Kondisi air keruh dan bau

Tabel 4.2. Menunjukkan bahwa air sumur dari masing-masing kelurahan di kecamatan Semampir Surabaya termasuk air sumur gali, kondisi air keruh dan berbau, dipakai untuk mencuci dan mandi, bangunan sumur dekat dengan selokan dan septic tank.

Masih tingginya angka organisme indikator dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh feses manusia. Proses pemurnian air yang meliputi sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri (Lim, 1988). Tingginya angka bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan selain karena sejak awal air tersebut telah mengandung bakteri coliform.

Pengamatan terhadap air sumur pada masing-masing kelurahan menunjukkan hasil positif dalam uji pendugaan terhadap adanya bakteri coliform. Hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas didalam tabung durham pada seluruh tabung dari semua seri pegenceran. Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air

No. Kelurahan Kondisi sumur

5. Wonokusumo

I

- Teramasuk sumur gali

II - Sumur dipakai untuk umum

- Digunakan untuk mandi dan mencuci

- Dekat dengan spetic tank dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 3m - Kondisi air keruh

- Teramasuk sumur gali

III - Sumur dipakai untuk 1 KK

- Digunakan untuk mencuci

- Dekat dengan septic tanki dengan jarak ± 5 m

- Dekat dengan selokan dengan jarak ± 1 m - Kondisi air keruh dan bau

dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Pelczar dan Chan, 2008). Air sumur termasuk air dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan batuan yang jenuh air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan. Mikroorganisme tertahan oleh bahan-bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai penyaring (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah tanah bebas dari mikoorganisme (Pelczar dan Chan, 2008). Dari hasil uji pendugaan untuk masing-masing kelurahan bila dibandingkan menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas D yang berarti dalam kategori air tersebut amat jelek untuk di konsumsi (Pitojo dan Purwantoyo, 2003).

4.2 Nilai MPN E. coli pada masing-masing kelurahan dikecamatan

Semampir Surabaya

Pada hasil nilai MPN E. coli dari masing-masing kelurahan meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk mengetahui nilai MPN coli dilihat pada uji kesempurnaan (completed test). Hasil uji kesempurnaan (completed test) dihitung berdasarkan pengamatan (lampiran 6) dan tercantum pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Indeks MPN E. coli pada uji kesempurnaan pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya

Kelurahan Indeks MPN E. coli pada sampel air sumur Rerata nilai MPN

Ujung Ujung I Ujung II Ujung III

35 7 14 18,66

Ampel Ampel I Ampel II Ampel III

71 30 71 57,33

Pegirian Pegirian I Pegirian II Pegirian III

7 30 1100 379

Sidotopo Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III

150 30 1100 426,66 Wonokusumo Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III 71 1 1100 390,66

Dari Tabel 4.3 uji kesempurnaan (completed test) pada tabel di atas dapat dilihat untuk nilai MPN E. coli yang paling tinggi terdapat pada kelurahan Sidotopo yaitu 426,66 per 100 ml dan untuk nilai MPN paling rendah terdapat pada kelurahan Ujung yaitu 18,66 per 100 ml. Sedangkan untuk kelurahan Ampel nilai MPN E.coli sebanyak 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, dan Wonokusumo 390,66 per 100 ml. Tes kesempurnaan ini dilakukan sebagai isolasi dan sekaligus mendeteksi bakteri golongan E. coli. Media yang digunakan dalam tes ini mengandung zat warna eosin methylen blue (EMB) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Dengan adanya suasana asam, media EMB akan membentuk suatu komplek yang mempercepat tumbuhnya koloni bakteri coliform dan menghasilkan warna gelap di tengah serta kelihatan hijau sampai biru dengan mengkilat logam (methalic shine).

Adanya bakteri golongan E. coli pada tiap kelurahan kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Hal ini dapat di lihat pada lampiran

VI kondisi air sumur di masing-masing kelurahan. Dari jarak sumur dengan septic tank yang terlalu dekat memungkinkan resapan air dari septic tank menyebabkan bakteri tersebut mampu tumbuh pada air sumur tersebut. Selain itu kemungkinan lain dipengaruhi kondisi lingkungan yang terdapat banyak sampah berserakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 jumlah bakteri E. coli di air minum adalah nol.

Penyebaran bakteri E. coli di tanah sangat dipengaruhi oleh porositas tanah. Pergerakan horizontal sukar dipastikan karena tergantung pada faktor antara lain; jenis tanah, ketinggian permukaan air tanah, aliran air tanah, konstruksi sumur pompa tangan, jumlah pemakai sumur pompa tangan dangkal dan jumlah orang yang membuang feses.

4.3 Uji Karakterisasi dengan Uji IMVIC

Uji IMVIC meliputi uji TSIA, SIM, dan SCA dapat dilhat berdasarkan karaketerisasi pada masing-masing media dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Hasil uji IMVIC

No Macam Uji Hasil Pengamatan

1. Pewarnaan Gram dan

bentuk sel

Gram negatif (-), berwarna merah, bentuk sel batang,

2. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

Pada media sukrosa dan laktosa : (+)terbentuk rongga-rongga dibagian bawah media dan media berwarna kuning

Pada media glukosa: (+) pada bagian bult berwarna kuning dan slant berwarna merah 3. Uji SIM (Sulfite Indol

Motility)

(+) Pada media terlihat warna hitam, terlihat ada pertumbuhan koloni pada bekas tusukkan 4. Uji SCA (Simmons Citrate

Agar)

Warna media tetap hijau (-)

Dari Tabel 4.4. Dapat dilihat pada pewarnaan Gram bakteri E. coli termasuk Gram negatif (-) terlihat berwarna merah dan mempunyai bentuk sel batang. Pada uji TSIA warna media slant (permukaan bawah) berubah merah karena bakteri bersifat basa, ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa (Anonim, 2008). Hasil dari uji TSIA dapat dilihat pada sukrosa dan laktosa hasil positif (+) dengan terbentuknya rongga- rongga dibagian bawah media dan media berwarna kuning. Sedangkan pada glukosa hasilnya positif (+) menandakan media berwarna kuning pada permukaan atas berarti bakteri E. coli berdasarkan sumber Buku Panduan Determinasi Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 2000) mampu memfermentasi glukosa dan warna merah pada permukaan atas. Pada uji SIM terlihat bahwa media berubah warna menjadi hitam yang menunjukkan hasil positif (+), hal ini menjadi penting dalam memisahkan bakteri E. coli.

Sedangkan untuk uji sitrat terlihat pada Tabel 4.4. Hasil uji negatif (-) warna media tetap hijau untuk bakteri E. coli. Hal ini dikarenakan E. coli tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.

Pada dasarnya dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam lactose broth, uji awal ini disebut uji penduga (presumptive test). Dalam uji pendugaan, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga mengandung bakteri koliform. Uji dinyatakan positif bila terlihat gas dalam

tabung Durham. Tabung yang memperlihatkan gas diuji lebih lanjut dengan uji penegasan. Untuk uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh kuman koliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji penegasan menggunakan BGLB (Briliant Green Bile Lactose Broth) yang diinokulasikan dengan satu mata ose media yang memperlihatkan hasil positif pada uji pendugaan (Lay, 1994). Hasil uji penegasan dapat dilihat dari tabung reaski yang positif bila terlihat gas didalam tabung durham. Hasil bakteri coliform dapat dilihat dengan menggunakan Tabel MPN Mc Crady.

Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya.

Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensial pada usus manusia hal ini dikarenakan bakteri tersebut menguntungkan tidak hanya membantu mencerna makanan tetapi juga melindungi organisme berbahaya yang mungkin masuk ke

saluran gastrointestinal melalui air dan makanan, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. Karena uji E. coli yang kompleks, maka beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum.

Selain itu sesuai dengan sesuai dengan ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001 termasuk dalam kelas E dengan kategori air tersebut sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait