• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao

2.1.4.6. Nilai Tukar

Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat, pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dollar Amerika Serikat untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika Serikat.

Selain faktor harga, kurs valuta asing merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang yang diproduksi oleh suatu negara lebih ’mahal’ atau lebih ’murah’ jika dibandingkan dengan barang-barang yang dihasilkan oleh negara lain. Pembayaran internasional yang memerlukan pertukaran mata uang satu negara menjadi mata uang negara lain, dapat dilakukan dengan berbagai cara meskipun pada hakikatnya, hanya menyangkut pertukaran mata uang antara masyarakat yang memiliki satu jenis mata uang, dan membutuhkan jenis mata uang lainya. Dalam penelitian ini menggunakan kurs Dolar Amerika Serikat terhadap

Rupiah Indonesia. Dalam hal ini Dollar Amerika digunakan sebagai dasar nilai tukar karena dianggap mata uang yang stabil. Dimana jika dimisalkan seorang pengusaha Amerika Serikat mempunyai uang sebesar $5000, dan uang tersebut akan digunakan untuk berdagang biji kakao dengan Indonesia maka berapa Rupiah yang harus dibayarkannya untuk setiap ton biji kakao Indonesia, sangat tergantung pada nilai atau harga setiap Dollar terhadap Rupiah.

Menurut Sadono Sukirno (1999) besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom

membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan Yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 Dollar untuk 120 Yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki Dollar akan membayar 120 Yen untuk setiap Dollar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003).

Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang – barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga-harga-harga di luar negeri. Nilai tukar rill dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

Q = S (P/P*)

dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman dan Obsfelt, 2000). Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2003).

Aktifitas pedagangan (ekspor maupun impor) selalu akan mengaitkan paling tidak dua mata uang, sehigga akan menimbulkan permintaan valuta asing untuk menyelesaikan transaksinya. Sebagaimana pada permintaan dan penawaran barang, permintaan dan permintaan uang juga dipengaruhi oleh harga, yakni nilai mata uang yang diperdagangkan., cateris paribus. Oleh karena itu, hukum permintaan dan penawaran juga berlaku, yakni harga valuta asing akan berhubungan negatif dengan kuantitas valuta asing yang diminta, dan sebaliknya harga valuta asing akan berhubungan positif dengan kuntitas valuta asing yang ditawarkan. Dalam sistim kurs yang mengambang, kurs akan mencapai keseimbangan karena interaksi permintaan dan penawaran uang dipasar valuta asing. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan impor atau peningkatan permintaan mata uang asing untuk tujuan lainya, maka kurva permintaan (D$) akan menggeser ke kanan, menuju D$’. Akibatnya harga valuta asing akan meningkat seperti nampak pada gambar 2.4.

Impor akan menimbulkan permintaan valuta asing, sebaliknya ekspor akan menimbulkan penawaran valuta asing. Pengeluaran impor sama dengan kuantitas impor dikalikan dengan harga impor yang dinyatakan dalam valuta asing. Sedangkan penawaran valuta asing di suatu negara merupakan penerimaan ekspor (kuantitas ekspor dikalikan dengan harga dalam valuta asing). Oleh karena itu, penawaran neto valuta asing merupakan selisih bersih penerimaan ekspor dikurangi dengan pengeluaran impor. Apabila diasumsikan bahwa permintaan valuta asing hanya

dipergunakan untuk transaksi (membiayai impor) maka hubungan ekspor neto (neto export) dengan kurs dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.4.

Kurva Permintaan dan Penawaran Valuta Asing

e (Rp/US$)

eeq e’’ e’

Sumber: Mankiw, 3003

Pada gambar 2.5. dapat diketahui bahwa jika kurs, mengalami perubahan dari є2 ke є1, maka akan menurunkan ekspor sehingga posisi neraca perdagangan menjadi defisit, sebaliknya jika kurs mengalami penurunan (depresiasi), misalnya, maka akan diikuti dengan kenaikan ekspor sehingga posisi neraca pedagangan akan surplus. Tujuan pelaku ekonomi untuk membeli valuta asing selain untuk transaksi (membiayai impor barang dan jasa) dan membeli aset asing, juga untuk tujuan spekulasi. Spekulasi merupakan tindakan untuk mengambil resiko karena akan terjadinya perubahan harga. Dalam mengambil keputusan spekulator biasanya mangacu pada indikator-indikator ekonomi , seperti inflasi, jumlah uang beredar,

O Qeq Q’’ Q’ Q Valas (US$)

D$

D$,

S$ S$,

pertumbuhan ekonomi dan suku bunga. Dengan demikian tinggi rendahnya kurs tidak hanya ditentukan oleh defisit atau surplus pembayaran saja.

Gambar 2.5.

Kurva Efek Kurs terhadap Ekspor Neto

0 Net Export NX Defisit Surplus NX(ε) ε ε1 ε0 ε2 S – I Sumber: Mankiw, 3003

Dokumen terkait