• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Nilai Tukar Internasional

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau

nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997).

adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam

mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996), kurs adalah pertukaran antara dua mata

uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata

uang tersebut. Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas

mata uang asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas

mata uang asing.

Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai tukar

mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Laju inflasi relatif

Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk

barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga

perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang

sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika

Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi

maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan

terhadap barang dagangan relatif mengalami penurunan.

b. Tingkat pendapatan relatif

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata

uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri. Laju

pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing.

Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing

c. Suku bunga relatif

Kenaikan suku bunga mengakibatkan aktivitas dalam negeri menjadi lebih

menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya

penanaman modal cenderung mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya

tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri,

maka perlu dilihat mana yang lebih murah, di dalam atau di luar negeri (Natalia,

2009). Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya

kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.

d. Kontrol pemerintah

Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam

berbagai hal termasuk:

a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.

b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.

c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata

uang.

Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah:

1. Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang

bersangkutan.

2. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang

ditentukan.

4. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan

tingkat pendapatan.

e. Ekspektasi

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi

atau nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas

bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai

contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan

pedagang valas menjual dollar, karena memperkirakan nilai dollar akan menurun

di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar dollar dalam pasar (Gecko,

2009).

2.3.2. Hubungan Nilai Tukar Internasional dengan Ekspor

Nilai tukar mata uang merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang

berbeda atau dikenal dengan sebutan kurs. Nilai tukar didasari dua konsep, pertama,

konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur perbedaan harga mata uang

yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna

memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. Kedua, konsep riil yang

dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran

internasional.

Permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai

tukar suatu mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Penawaran dan

permintaan terhadap valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional dalam

ekspor barang, jasa, transfer atau hibah dari luar negeri maupun kapital masuk.

Sedangkan permintaan valuta asing disebabkan adanya impor barang, jasa maupun

kapital, sehingga untuk menyelesaikan transaksi perlu menukarkan suatu mata uang

domestik dengan valuta asing, dan sebaliknya (Halwani, 2005).

Dalam sistem nilai tukar internasional mengambang, depresiasi atau apresiasi

nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika

nilai tukar internasional mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri

menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi harganya akan

menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi nilai tukar

internasional mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai

tukar internasional dalam hal ini dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan

meningkat (Sukirno, 2009).

2.4. Tingkat Harga Internasional

2.4.1. Definisi Tingkat Harga Internasional

Menurut Krugman dan Maurice (2005), tingkat harga (price level) dari suatu

perekonomian adalah keseluruhan harga aneka barang dan jasa yang dinyatakan

dalam satuan uang tunai. Jika tingkat harga meningkat, setiap rumah tangga dan

perusahaan harus membelanjakan lebih banyak uang daripada sebelumnya untuk

membeli aneka jenis barang dan jasa dalam jumlah yang persis sama seperti

tingkat harga, mereka harus menyediakan atau memiliki lebih banyak uang. Jadi, jika

tingkat harga meningkat, permintaan uang agregat juga akan mengalami peningkatan.

2.4.2. Hubungan Tingkat Harga Internasional dengan Ekspor

Dalam hukum penawaran dijelaskan sifat hubungan antara penawaran suatu

barang dengan tingkat harganya. Hukum penawaran pada hakikatnya merupakan

suatu hipotesis yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang maka makin

sedikit penawaran terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu

barang maka makin tinggi penawaran akan barang tersebut dengan asumsi ceteris

paribus (Sukirno, 2002). Oleh karena itu, penawaran akan barang-barang ekspor juga ditentukan oleh besarnya harga dari barang ekspor tersebut. Di mana, semakin tinggi

harga dari barang-barang ekspor maka penawaran akan barang-barang ekspor tersebut

akan bertambah. Sebaliknya, semakin rendah harga barang impor maka makin rendah

penawaran akan barang ekspor tersebut dengan asumsi ceteris paribus (faktor lain

dianggap tetap atau tidak mengalami perubahan). Jadi, antara harga ekspor suatu

barang mempunyai hubungan yang positif dengan volume ekspor barang tersebut

tetapi dalam jangka panjang akan mempunyai hubungan yang negatif dengan volume

ekspor barang (Krugman, 2005).

Dokumen terkait