• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.5.1. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang

Valas atau foreign exchange (forex) atau foreigh currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia (Hady, 2004: 24). Menurut Murni (2006 : 224) kurs valuta

asing (foreign exchange rate) dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

2.2.5.2. Jual-beli Mata Uang dalam Perspektif Islam

Menurut Nabhani (1990: 315) Sharf adalah pertukaran mata uang satu dengan mata uang yang lain. Adakalanya pertukaran mata uang tersebut merupakan pertukaran mata uang dengan mata uang lain yang sejenis, seperti pertukaran emas dengan emas, perak dengan perak. Adakalanya pertukaran mata uang dengan mata uang lain yang berbeda jenisnya, seperti pertukaran emas dengan perak, atau perak dengan emas. Adapun syarat pertukaran mata uang dengan mata uang lain yang sejenis adalah sama persis berat serta jenisnya dan sama sekali tidak boleh melebihkan satu dengan yang lain. Sebab, tindakan semacam ini disebut riba, dan hukumnya haram, seperti pertukaran emas dengan emas lain, termasuk pertukaran antara uang kertas yang nilainya bisa ditukar menjadi emas (convertible paper money) dengan emas. Oleh karena itu, dalam keadaan semacam ini tidak berlaku kurs pertukaran mata uang.

Sedangkan pertukaran mata uang dengan mata uang lain yang berbeda jenisnya, seperti pertukaran emas dengan perak, pertukaran rupiah dengan dolar Amerika hukumnya adalah mubah dengan syarat-syarat diserahkan (di tempat). Dimana perhitungan yang satu atas yang lain itulah yang dinamakan kurs pertukaran mata uang. Jadi kurs pertukaran mata uang adalah perhitungan pertukaran antara dua mata uang yang berbeda jenisnya.

Adapun yang mendorong orang untuk melakukan pertukaran mata uang adalah adanya kebutuhan salah seorang dari kedua penukar kepada mata uang yang menjadi milik penukar lain. Sedangkan pertukaran antara seseorang terhadap terhadap mata uang yang berputar dalam satu negara, seperti antara emas dengan perak, perak dengan emas, sangat jelas. Dimana biasanya terjadi antara emas dengan perak. Sebab, biasanya negara tersebut mempraktikkan sistem uang emas dan uang perak, dan di antara kedua mata uang tersebut terdapat kurs pertukaran mata uang. Kurs tersebut ditetapkan berdasarkan harga pasar. Sedangkan perubahan kurs pertukaran mata uang antara mata uang yang sama, yang diambil oleh negara dari dua jenis yang berbeda, itu tidak berbahaya. Sebab, statusnya sama seperti perubahan harga barang.

2.2.5.3. Dasar Hukum Jual-beli Mata Uang

Adapun dasar hukum jual beli mata uang menurut fatwa dewan syari'ah nasional No. 28/DSN-MUI/III/2002 adalah sebagai berikut :

a. Firman Allah SWT., dalam QS. Al-baqarah ayat 275 :

 ...







...

Artinya : “...Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al-baqarah ayat 275)

b. Hadist Nabi SAW., antara lain :

1) Hadits Nabi riwayat Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa'id al-Khudri : Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah

pihak)" (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

2) Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari „Ubadah bin Shamit, Nabi SAW.

bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”

3) Hadits Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khatthab, Nabi SAW.

bersabda: “(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.”

4) Hadits Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi SAW. bersabda: “Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.”

5) Hadits Nabi riwayat Muslim dari Bara‟ bin „Azib dan Zaid bin Arqam: “Rasulullah SAW. melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).”

6) Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari „Amr bin „Auf al-Muzani, Nabi SAW. bersabda: “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Menurut fatwa dewan syari'ah nasional No. 28/DSN-MUI/III/2002, transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (attaqabudh).

d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

Menurut fatwa dewan syari'ah nasional No. 28/DSN-MUI/III/2002, Jenis-jenis transaksi valuta asing adalah sebagai beikut :

a. Transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.

Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.

b. Transaksi forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun.

Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).

c. Transaksi swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

d. Transaksi option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

Dokumen terkait