• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO PENANGANAN KASUS JUMLAH

Capaian Kegiatan Utama

NO PENANGANAN KASUS JUMLAH

1 Proses Hukum: 149 Kasus

Penyidikan 10 Kasus

P21 2 Kasus

Tahap II 15 Kasus

Proses Sidang 12 Kasus

Banding 5 Kasus

Kasasi 9 Kasus

Inchracht (kekuatan hukum tetap) 96 Kasus 2 Tindakan Administratif 39 Kasus

3 Penerimaan/Penelitian 9 Kasus

4 Tindak Lain (pengusiran) 1 Kasus

30

R e f l e k s i 2 0 1 5 d a n O u t l o o k 2 0 1 6 P e n g a w a s a n S u m b e r D a y a K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n

Penanganan Barang Bukti

Termasuk dalam kegiatan penanganan pelanggaran adalah kegiatan penanganan barang bukti dari hasil tindak pidana perikanan adalah dan penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Perikanan. Berdasarkan hasil operasi pengawasan kapal perikanan selama tahun 2015, barang bukti yang ditangkap sebanyak 102 barang bukti. Dari sejumlah tersebut 98 barang bukti sudah p-21, 4 masih dalam proses penyidikan. Adapun terkait dengan penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Perikanan, selama tahun 2015, jumlah Awak Kapal Tindak Pidana perikanan yang ditangani sebanyak 801 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 119 orang diproses lebih lanjut sesuai prosedur hukum, 32 orang dijasikan saksi, 518 orang diserahkan ke imigrasi dan 132 orang telah dipulangkan kenegara asal.

Pemulangan Nelayan Pelintas Batas

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan, Ditjen. PSDKP melakukan advokasi (pendampingan berupa pemulangan) bagi nelayan Indonesia yang ditangkap oleh negara lain yang berbatasan laut karena diduga melakukan penangkapan illegal di wilayah perairan negaranya. Dalam hal ini, Ditjen PSDKP bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri

dan Kedutaan Besar negara bersangkutan. Selama tahun 2015, Ditjen PSDKP telah memfasilitasi kepulangan nelayan yang ditangkap diluar negeri sebanyak 64 nelayan dari 158 nelayan yang ditangkap, sebanyak 94 orang masih dalam proses pemulangan. Nelayan yang ditangkap tahun 2015, tersebar di 4 negara yaitu Malaysia (132 orang), Australia (21 orang), Papua Nugini (3 orang), dan India (2 orang).

NO NEGARA JUMLAH NELAYAN YANG DITANGKAP STATUS DIBEBASKAN/ DIPULANGKAN BELUM DIBEBASKAN/ DITAHAN/PROSES HUKUM/ MENUNGGU PEMULANGAN 1. Malaysia 132 47 85 2. Australia 21 15 6 3. Papua Nugini 3 - 3 4. India 2 2 -TOTAL 158 64 94

Pemulanganan Nelayan RI Pelintas Batas tahun 2015

Hasil Rekapitulasi data hasil advokasi nelayan Indonesia yang bermasalah di luar negeri selama kurun waktu 2011- 2015, seperti disajikan pada Tabel berikut.

Advokasi Nelayan Yang Tertangkap di Luar Negeri s/d Tahun 2015

NO. NEGARA JUMLAH KAPAL

JUMLAH NELAYAN YANG DITANGKAP STATUS DIBEBASKAN/ DIPULANGKAN BELUM DIBEBASKAN/ DITAHAN/ DIPROSES HUKUM/ MENUNGGU PEMULANGAN 1 Malaysia 98 480 408 85 2 Australia 47 286 286 6 3 Rep. Palau 2 20 20

-4 Papua New Guinea 3 17 14 3

5 Timor Leste 2 14 14

-6 India 3 14 14

-JUMLAH 155 831 756 75

Pembentukan Forum Koordinasi Perikanan.

Forum Penanganan Tindak pidana Perikanan bertugas mengkoordinasikan kegiatan penyidi-kan tindak pidana kelautan dan peripenyidi-kanan de-nganmelibatkan unsur aparat penegak hukum yang terkait dalam penanganan tindak pidana perikanan, diantaranya Kejaksaan Agung, TNI AL, POLRI, Kementerian Luar Negeri, Kemen-terian Keuangan, dan KemenKemen-terian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2015 telah terben-tuk di 31 Provinsi dan 4 Kabupaten/Kota yaitu

Maluku Tenggara, Mamuju Utara, Raja Ampat dan Kaimana. 3 Provinsi yang belum terbentuk adalah Provinsi Riau, Kalimantan Utara dan Papua.

32

R e f l e k s i 2 0 1 5 d a n O u t l o o k 2 0 1 6 P e n g a w a s a n S u m b e r D a y a K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n

Pengadilan Perikanan

Adapun Pengadilan Perikanan berfungsi khusus untuk menangani kasus tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan. Pengadilan Perikanan berada di lingkungan peradilan umum, dan diawaki oleh Majelis Hakim yang menangani perkara tindak pidana perikanan, yang terdiri atas karir dan dua hakimad hoc perikanan. Sampai dengan tahun 2015, pengadilan perikanan yang terbentuk sebanyak 10 Pengadilan yang tersebar di 10 lokasi yaitu Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung, Tual, Tanjung Pinang, Ranai, Sorong, Ambon, dan Merauke. Jumlah hakim ad hoc sampai dengan tahun 2015 sebanyak 56 orang.

Pendidikan dan Pelatihan SDM Pengawasan SDKP

Pendidikan dan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas SDM pengawasan dalam melaksankan tugas

dan fungsi dilapangan. Sepanjang tahun 2015, telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan (Diklat) untuk pengawas perikanan dan awak kapal pengawas, sebagai berikut:

1. Pendidikan dan Pelatihan Calon Pengawas Perikanan dan Awak Kapal Pengawas sebanyak 151 orang

2. Diklat Teknis Pengawas Perikanan sebanyak 60 orang

3. Diklat Polisi Khusus PWP3K sebanyak 97 orang 4. Diklat PPNS Perikanan sebanyak 59 orang

5. Diklat Peningkatan Kapasitas Awak Kapal Pengawas (BST, GMDSS) sebanyak 186 orang.

6. Diklat sistem integrasi pengawasan SDKP 70 orang. Kerjasama Pengawasan SDKP

Kerjasama Luar Negeri

a. Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF)

Indonesia-Australia Fisheries Sur-veillance Forum (IAFSF) meru-pakan bagian dari Indonesia-Australia Ministerial Forum (IAMF) yang dikhususkan pada kerjasa-ma bidang penga wasan SDKP, termasuk kerjasama penanggu-langan illegal fishing di perairan perbatasan kedua negara. Pada tahun 2015 serangkaian kerjasa-ma Indonesia-Australia di dalam kerangka IAFSF yang telah dilak-sanakan antara lain:

1) Patroli udara menggunakan pesawat Dash-8 aircfraft

antara Ditjen. PSDKP dengan Australian Border Force di daerah perbatasan laut Arafura;

2) Patroli terkoordinasi yang melibatkan (i) Kapal Pengawas Hiu Macan 002, (ii) Kapal Pengawas Hiu Macan 006, dan (iii) KP Hiu Macan Tutul 001 di perba-tasan ke dua negara.

3) Peningkatan kapasitas Ditjen. PSDKP melalui (i) Ship Search Training, (ii) DFAT Scholarship Program, (iii) Reciprocal Port Visit, (iv) Communication Equipment Training and Maintenance Support Scheme.

4) Pertemuan tahunan IAFSF yang dilaksanakan pada tanggal 22-23 Oktober 2015 di Custom House, Melbourne-Australia, telah menyepakati pelaksanaan program kerjasama pada tahun 2016 yang meliputi: (i) Patroli udara bersama, (ii) Ship Search Training, (iii) Patroli terkoordinasi, (iv) DFAT Scholarships Program, (v) DFAT TOEFL test and basic language training, (vi) Reciprocal port visit, dan (vii) pertemuan IAFSF berikutnya.

5) Pada tanggal 7 Desember 2015, Direktur Jenderal PSDKP dan Commander Maritime Border Command telah menandatangani Pengaturan Bersama

34

R e f l e k s i 2 0 1 5 d a n O u t l o o k 2 0 1 6 P e n g a w a s a n S u m b e r D a y a K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n

tentang Pertukaran Data Pengawasan dalam mendukung Patroli terkoordinasi. Pengaturan bersama ini sangat berguna sebagai media dalam pertukaran data ke dua negara sebagai dukungan dalam patroli bersama diperbatasan ke dua negara.

b. Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region.

RPOA merupakan regional initiative yang diprakarsai oleh Indonesia-Australia dan disepakati oleh 11 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Australia, dan Papua New Guinea. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab termasuk penanggulangan IUU Fishing di kawasan regional (Laut Cina Selatan, Laut Sulu-Sulawesi dan Laut Arafura).

Substansi kerjasama dalam RPOA, mencakup hal-hal utama : (1) understanding the current resource and management situation in the region; (2) implementation of international and regional instruments; (3) implementing Coastal State measures; (4) enforcing Flag State responsibilities; (5) developing Port State measures; (6) considering regional market measures; (7) developing regional capacity building; (8) strengthening monitoring, control and surveillance (MCS) systems. Selain mengemban tugas sebagai Sekretariat RPOA-IUU, bentuk partisipasi dan peran Ditjen. PSDKP pada tahun 2015 dalam inisiatif regional RPOA-IUU antara lain:

1) Melaporkan perkembangan dan evaluasi implementasi rencana kerja RPOA-IUU dan Sub Regional RPOA-RPOA-IUU tahun 2015, serta menyepakati rencana kerja tahun 2016 melalui pertemuan-pertemuan RPOA-IUU sebagai berikut: a) The 6th Sub-Regional Meeting on Regional Plan of Action (RPOA) and

Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in the Southern and Eastern Areas of the South China Sea and the Sulu-Sulawesi Seas; b) The 5th Sub-Regional Meeting on the Gulf of Thailand;

c) The 5th MCS Sub-Regional (Arafura and Timor Seas) Group; d) The 8th RPOA-IUU Coordination Committee Meeting.

2) Mengantisipasi kapal IUU yang akan mengakses pelabuhan Indonesia, dan melakukan investigasi terhadap setiap kapal yang terdaftar sebagai kapal

IUU baik pada RFMO maupun RPOA-IUU, serta melaporkan aksi yang telah dilakukan.

Rincian perkembangan kerjasama RPOA sejak pengesahannya tahun 2007 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 4.

c. International Monitoring Control and Surveillance Network

Selain berstatus sebagai anggota aktif, Indonesia cq. Ditjen. PSDKP terpilih menjadi anggota Executive Committee perwakilan kawasan Asia Tenggara pada International Monitoring Control and Survellance Network (IMCS Network). Keterpilihan tersebut karena Indonesia sampai dengan saat ini masih dipercaya mengemban tugas sebagai Sekretariat RPOA-IUU yang merupakan sebagai representasi dari inisiatif penanggulangan IUU Fishing di kawasan Asia Tenggara. Sebagai Executive Committee IMCS Network, Ditjen. PSDKP diharapkan berperan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang telah dimandatkan, sebagaimana yang tercantum pada Governing Framework for the International Monitoring, Control and Surveillance (MCS) Network pasal 13 tentang Functions of the Executive Committee, serta berpartisipasi pada pertemuan-pertemuan IMCSN termasuk merencanakan penyelenggaraan The 5th Global Fisheries Enforcement Training Workshop (GFETW) yang akan dilaksanakan pada tanggal 7-11 Maret 2016 di Auckland-New Zealand.

Kerjasama Dalam Negeri

Kerjasama pengawasan di dalam negeri dijalin dengan Instansi pusat terkait me-liputi: TNI-AL, POLAIR, BAKORKAMLA, Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung, maupun dengan Pemerintah Daerah. Bentuk kerjasama yang dijalin dengan instansi pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada tabel berikut.

36

R e f l e k s i 2 0 1 5 d a n O u t l o o k 2 0 1 6 P e n g a w a s a n S u m b e r D a y a K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n

Kerjasama Pengawasan di Dalam Negeri Tahun 2015

NO ANTAR PIHAKKERJASAMA WUJUD KERJASAMA

Dokumen terkait