• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DATA NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

C. Nomor Pokok Wajib Pajak

1. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang KUP Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP ) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Dalam terminologi Pajak Penghasilan, seseorang atau badan yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif maka secara otomatis orang itu akan menjadi Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif ini wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan NPWP.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, seseorang memenuhi syarat subjektif jika orang tersebut berada atau bertempat tinggal di Indonesia melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Syarat objektif terpenuhi jika orang tersebut mendapatkan atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PTKP dalam satu tahun pajak.

2. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Beberapa fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan

c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan, karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak

d. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga harus mencantumkan NPWP

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan menvantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang diajukan, seperti dokumen impor (PIB) ataupun dokumen ekspor (PEB)

f. Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan. 3. Kode Seri Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Kode NPWP terdiri dari 15 digit, dengan perincian sbb : 1) 2 digit pertama merupakan identitas wajib pajak, yaitu :

- 01 sampai dengan 03 = Wajib Pajak Badan - 04 dan 06 = Wajib Pajak Pengusaha

- 05 = Wajib Pajak Karyawan

- 07, 08 dan 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi

2) 6 digit kedua merupakan nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor Pusat DJP kepada KPP, contoh : 855.081

3) 1 digit ketiga diberikan untuk KPP sebagai alat pengaman agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP, contoh : 4

4) 3 digit keempat adalah kode untuk KPP, contoh : 121

5) 3 digit terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal, Pusat atau Cabang), yaitu : - 000 = Tunggal atau Pusat

-00, dst = Cabang ke-, dst

contoh : NPWP Tuan Budi : 05.855.081.4-121.000, dengan penjelasan sbb : - 05 artinya WP Karyawan

- 4 artinya kode cek digit

- 121 artinya kode KPP Medan Polonia - 000 artinya status WP adalah WP tunggal

4. Penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seseorang yang telah memenuhi syarat objektif dan subjektif wajib mendaftarkan diri sesuai dengan sistem Self Assesment. Namun demikian, untuk menjamin dipatuhinya ketentuan ini, Direktur Jenderal Pajak (DJP) dapat menerbitkan NPWP secara jabatan apabila Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan diri secara sukarela.

Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

5. Jangka Waktu Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008, maka jangka waktu pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diatur sebagai berikut :

1. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

2. Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

3. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.

6. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Tempat pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu :

1. Di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (orang pribadi), tempat kedudukan (badan) atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak yang bersangkutan.

2. Jika tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak berada pada 2 atau lebih Wilayah kerja Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Pajak menetapkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.

3. Pendaftaran juga dapat dilakukan melalui e-Registration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik

7. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh :

a. Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Misalnya :

1. WP meninggal dan tidak meninggalkan harta warisan, disyaratkan adanya fotokopi akte kematian atau surat keterangan kematian dari instansi yang berwenang.

2. WP meninggal dan meninggalkan warisan. Apabila selesai dibagi kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya keterangan keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh ahli warisnya.

3. WP orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP, disyaratkan surat pernyataan dan keterangan dari instansi yang berwenang.

b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha;

c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di

Indonesia.

Penghapusan NPWP juga dilakukan jika dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila utang pajak telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi antara lain karena:

a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan atau;

b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu 6 bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dianggap dikabulkan.

Dalam hal permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan, Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan Nomor Pokok Wajib pajak dalam jangka waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu 6 bulan atau 12 bulan tersebut berakhir.

8. Wajib Pajak Yang Tidak Wajib Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib Pajak yang tidak mempunyai kewajiban untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

a. Seseorang yang tidak mempunyai penghasilan netto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

b. Istri yang memperoleh penghasilan tetapi penghasilan dan hartanya digabung dengan suami. Dengan kata lain, wanita kawin dengan tidak pisah harta tidak

wajib mempunyai NPWP. Dalam hal seperti ini, apabila suaminya mempunyai penghasilan maka yang wajib mempunyai NPWP adalah suaminya.

9. Sanksi Bagi Wajib Pajak Yang Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Pasal 39 ayat (1) Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan setiap orang yang dengan sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap

e. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya

f. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Hal ini dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, sehingga WP tersebut dapat dikenai sanksi berupa hukuman pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pidana tersebut akan ditambah 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak pidana menyalahgunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Kena Pajak atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau dikompensasi atau pengkreditan yang dilakukan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

BAB IV

Dokumen terkait