• Tidak ada hasil yang ditemukan

NUTRISI DAN PAKAN IKAN

Dalam dokumen Buku Akuakultur by v Rion1 (Halaman 23-39)

Karakteristik Pakan Alami dan Respon Ikan terhadap Pakan alami

Pemanfaatan panas dan cahaya matahari yang akan mengubah bahan organik dan larutan asam karbonat ke bahan organik dalam bentuk jaringan vegetatif yang terdiri dari plankton dan  periphiton.

 Nutrisi utama yang dibutuhkan adalah PO4 dan NO3

Tanaman menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat

Hubungan nitogenous yang dikeluarkan hewan dan komponen nitrogenous dikeluarkan selama  proses dekomposisi bakteriologis tanaman dan hewan

Bahan itu, ditransformasikan menjadi ammonia dan berubah lagi menjadi nitrit dan dengan adanya bakteri aerob melelui nitrifikasi nitrit.

Fosfor adalah nutrient utama yang penting karena berperan pada fotosintesis dan metabolisme intermedier yang akhirnya akan membentuk protein dan asam nukleat.

Unsur karbon yang menurun juga mengakibatkan penurunan produksi.

Contoh pemberian pakan alami:pada ikan hias agar warna terlihat lebih cerah.

Karakteristik Pakan Buatan dan Respon Ikan terhadap Pakan Buatan

Syarat pakan buatan adalah kering dan lengkap nutrisinya.

Bentuk dan jenis sumber pakan 1.Pellet(komposisi utama ikan) 2.Pasta untuk budidaya ikan di laut

3.Tepung ikan (mengandung pola asam amino tepat, komposisi:ikan,bungkil kedelai) 4.Polart (terbuat dari ampas gandum dan minyak cumi).

6. Prinsip Reproduksi dan Seleksi Genetis REKAYASA GENETIK 

Rekayasa genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke organisme lain yang berbeda jenisnya. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan. Sementara organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut genetically modified organism (GMO) yang memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan organisme asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk  mengambil DNA suatu spesies karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami  penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi dengan metode

tersebut dinamakan gen yang diklon.

Semenjak ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953), kemudian mulai  berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk membantu menciptakan produk dan organisme baru yang bermanfaat. Sejarah membuktikan bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Awal mulanya digunakan teknik konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam proses  perkawinan silang (breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang bersifat hibrid. Proses ini memakan waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni muncul sifat yang tak dinginkan dari tanaman atau hewan tetuanya. Sampai akhirnya lahirlah rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk  memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.

Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:

(1) poliploidisasi,

(2) androgenesis dan ginogenesis (4) cloning

(5) chimeras (6) transgenik.

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan rekayasa genetika atau teknologi DNA rekombinan sebagai berikut:

1. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI). 2. Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.

3. Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a.) Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.

4. Transformasi ke sel mikroorganisme inang. 5. Pengklonan sel-sel (dan gen asing).

6. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan 7. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.

Rekayasa genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan yang menghasilkan ikan kualitas unggul, sebagai contoh antara lain:

Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.

Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.

Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.

Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh  polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor  DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.

Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk  dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.

MACAM-MACAM SELEKSI GENETIS INDUCE BREEDING

Seleksi

Seleksi induk ikan grass carp dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad : perut gendut; belakang sirip dada kasar; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, lubang kelamin kemerahan, bila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar cairan berwarna putih. Usahakan saat seleksi mengangkap induk jantan dan betina lebih dari satu, sebagai cadangan.

Pemberokan

Pemberokan induk bawal air tawar dilakukan di bak selama semalam. Caranya, siapkan bak tembok  ukuran panjang 4 m, lebar 3 dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 hari; isi dengan air bersih setinggi 40 –  50 dan mengalir secara kontinyu; masukan 5 – 8 ekor induk. Catatan : Pemberokan bertujuan untuk 

membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurang kandungan lemak. Karena itu, selama pemberokan tidak diberi pakan tambahan.

Penyuntikan dengan ovaprim

Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon  perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,6 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikan bagian punggung induk tersebut; masukan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 – 12 jam.

Penyuntikan dengan hypopisa

Penyuntikan bisa juga dengan larutan kelenjar hypopisa ikan mas. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; siapkan 2 kg ikan mas ukuran 0,5 kg untuk setiap kilogran induk betina; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutu insang; potong bagian kepala secara horizontal tepat di bawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypopisa; masukan kelenjar hipofisa tersebut ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypopisa itu; suntikan ke bagian punggung induk betina; masukan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selam 10 – 12 jam.

Pemijahan secara induced breeding

Pengambilan sperma

Pengambilan sperma dilakukan setengah jam sebelum pengeluaran telur. Caranya, tangkap 1 ekor  induk jantan yang sudah matang kelamin; lap hingga kering; bungkus tubuh induk dengan handuk kecil;  pijit ke arah lubang kelamin; tampung sperma ke dalam mangkuk plastik atau cangkir gelas; campurkan

200 cc Natrium Clhorida (larutan fisiologis atau inpus); aduk hingga homogen. Catatan : pengeluaran sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang yang memegang kepala dan memijit dan satu orang lagi memegang ekor dan mangkuk plastik. Jaga agar sperma tidak terkena air.

Pengeluaran telur

Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 – 12 jam setelah penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 3 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida (inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk  dengan handuk kecil atau lap; bungkus induk dengan handuk dan biarkan lubang telur terbuka; pegang  bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya; pijit bagian perut ke arah lubang telur oleh pemegang kepala; tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata; buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah; telur siap ditetaskan.

INDUCED SPAWNING

Pada pemijahan secara induce spawning, telur dan sperma tidak dikeluarkan, tetapi induk dan  betina dibiarkan memijah sendiri. Pemijahan ini dilakukan di bak tembok. Caranya, siapkan siapkan bak 

selama 3 – 4 hari; isi air setinggi 80 cm; pasang hapa dengan ukuran sama dengan bak; suntik induk   betina pada pukul 06.00 (dosis lihat penyuntikan); suntik kembali induk tadi pada pukul 12.00 dan

masukan ke bak pemijahan; suntik induk jantan pada pukul 12.00 dan satukan dengan induk betina; alirkan air lebih besar lagi; biarkan memijah. Catatan : Pemijahan biasanya mulai terjadi pukul 24.00 dan  berakhir pagi hari.

Penetasan di akuarium

Penetasan telur ikan grasscar dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran  panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 30 cm;  pasang empat buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar 

secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 – 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan air baru hingga mencapai ketinggian semula. Telur akan menetas dalam 2 – 3 hari.

Pendederan I di kolam

Pendederan I ikan grasscarp dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasar; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 40.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi); beri 2 – 4 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur  sebulan.

Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar  30.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4 – 6 kg pelet; panen benih dilakukan sebulan kemudian.

Pembesaran

Pembesaran ikan grasscarp dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 6 – 8 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 –  60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan

3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air  secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 400 – 500 kg.

SEX REVERSAL (Mengubah Kelamin Ikan Hias)

Teknologi sex reversal merupakan teknik pengubahan kelamin dari betina menjadi jantan, atau sebaliknya, melalui pemberian hormon dan teknik perendaman. Kalau yang diberikan hormon androgen, ikan diarahkan untuk berkelamin jantan. Tetapi jika yang diberikan hormon estrogen, jenis kelamin diarahkan menjadi betina. Jadi, jika pembudidaya ingin menghasilkan ikan-ikan cupang jantan, maka  proses sex reversal yang diterapkan di sini menggunakan hormon androgen.

Hormon androgen yang digunakan adalah 17-a Metiltestosteron (C20H30O2). Hormon yang  berwarna putih, dan berbentuk serbuk halus (powder), itu diproduksi Sigma Chemical Co., Ltd., AS, tetapi dapat dibeli di toko-toko bahan kimia, terutama kota-kota besar di Indonesia. Jumlah bahan yang dibutuhkan 20 mg/liter larutan perendam telur ikan. Tiap 300 butir telur ikan memerlukan 0,2 liter  larutan. Cara membuat larutan perendaman yaitu melarutkan 10 mg hormon Metiltestosteron dalam 0,5 ml alkohol 70%, lalu diencerkan dengan aquades destilata sebanyak 495 ml.

Persiapan induk 

1. Induk jantan dan betina dipelihara dalam akuarium berbeda, dengan diberi makan berupa larva Chironomus (cuk merah) atau kutu air.

2. Pilihlah induk jantan dan betina, yang telah matang (gonad) dan siap untuk dipijahkan.

3. Siapkan pula akuarium untuk pemijahan. Selanjutnya masukkan ikan jantan dan tanaman eceng gondok untuk tempat menempel sarang (busa).

4. Masukkan ikan betina ke dalam toples. Tempatkan ke dalam akuarium pemijahan yang telah  berisi ikan jantan. Ini dimaksudkan untuk merangsang ikan jantan agar membuat sarang,

sekaligus menghindari per-kelahian.

5. Setelah ikan jantan membuat sarang, tangkaplah ikan betina yang berada di dalam toples. Masukkan ke akuarium pemijahan untuk dipasangkan dengan jantan. Lalu tangkap kedua induk, dan biarkan telur beserta sarangnya tetap berada di dalam akuarium pemijahan, kemudian diaerasi.

6. Sekitar 10 jam setelah pemijahan, pisahkan telur dari sarang (busa), dengan cara menempatkan aerasi di bawahnya, sehingga telur terpisah dan tenggelam di dasar akuarium. 7. Setelah embrio mencapai stadium bintik mata (sekitar 10-30 jam; tergantung temperatur), lakukan perendaman dalam larutan hormon yang telah dibuat selama 24 jam sambil tetap diaerasi.

8. Pisahkan embrio dari larutan hormon. Kalau perendaman selesai, tetaskan di akuarium  penetasan.

9. Burayak yang menetas dipelihara dan dibesarkan hingga siap dijual.

Teknologi ini digunakan untuk mendapatkan induk jantan super (YY), yang selanjutnya menghasilkan anak-anak ikan dengan jenis kelamin semuanya jantan. Teknologi ini bersifat spesifik, sehingga penerapannya pun harus tepat. Terutama jenis dan dosis hormon, lama perendaman, dan waktu untuk memulai perendaman. Kalau dosisnya kurang, maka jenis kelamin ikan tidak bakal berubah. Tapi  jika dosisnya berlebihan, justru bisa menyebabkan kematian ikan-ikan tersebut. Kalau pun tidak mati,

keturunannya cenderung steril (mandul).

GINOGENESIS IKAN MAS

Kemurnian induk ikan mas harus dikembalikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk  mengembalikan kemurniannya adalah dengan melakukan persilangan-persilangan dalam (in breeding).  Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi. Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun, yaitu

waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan waktu selama 12 tahun. Untuk memperpendek masa pemurnian dapat dilakukan dengan cara ginogenesis. Cara ini bisa merubah dari 6 generasi menjadi 2 generasi, strain murni sudah dapat diperoleh pada generasi kedua. Keberhasilan cara ini tergantung dari ketelitian perlakuan dan kesuburan betina ginigenesi (Nagy, Bersenyi dan Csanyi, 1981 : Sumantadinata).

 Nagy et al,. 1978 ; Hollebeck et al,. 1986: Sumantadinata, 1988), menyebutkan ginogenesis adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetic gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya  berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan perkembangan pathenogenetis betina (telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic (Sumantadinata, 1988). Nagy et al,. 1981, menyebutkan pemijahan dengan cara ginogenesis akan menghasilkan selurunya berkelamin  jantan. Ginogenesis merupakan reproduksi seksual yang jarang terjadi pada pembuahan, karena nukleus sperma yang masuk ke dalam telur dalam keadaan tidak aktif, sehingga perkembangan telurnya hanya dikontrol oleh sifat genetik betina saja. Oleh karena itu, keturunannya merupakan replika dari induk   betina baik secara marfologi maupun susunan genetiknya (Purdon, 1983). Ginogenesis buatan dilakukan

melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal perkembangan embrio. Perlakuan ini  bertujuan 1) membuat supaya bahan genetik jantan menjadi tidak aktif 2) mengupayakan terjadinya diploisasi agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,. 1979). Bahan genetik dalam spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan sinar ultraviolet (Purdon, 1983). Sinar ultraviolet  banyak digunakan, karena murah.

Prosedur percobaan ginogenesis : Telur berasal dari induk betina ikan mas. Agar bisa ovulasi, induk disuntik dengan ovaprim atau ekstrak kelenjar hipophisa. Sperma diambil dari ikan tawes sebanyak  1 ml, lalu diencerkan 100 kali dengan larutan garam (Sodium Chloride 0,9 %). Setelah diencerkan di radiasi dengan sinar ultraviolet selama 10 menit. Telur dan sperma dicampurkan, sehingga terjadi  pembuahan. Setelah terjadi pembuahan disebat dalam ayakn plastic dan direndam dalam air dengan suhu 25 o C. Setelah 2 menit pembuahan di beri kejutan panas (heat shock) pada suhu 40 o C selama 1,5 – 2

menit. Untuk menghilangkan daya lekat telur diberi larutan tannin, setelah itu diinkubasi pada suhu 28 o C hingga menetas. Skema prosedur ginogenesis menyusul.

ANDROGENESIS IKAN MAS

Keberhasilan budidaya ikan mas, terutama pada tahap pembesaran salah satunya ditentukan oleh kualitas benih. Karena benih tersebut dapat hidup dengan baik, tumbuh dengan cepat, serta tahan terhadap  perubahan lingkungan dan serangan penyakit. Namun benih ikan mas yang berkualitas baik, sulit ditemukan di Indonesia. Karena kualitas induk sudah jauh menurun dibandingkan dua puluh tahun yang lalu.

Karena itu genetik pada ikan mas sekarang harus dikembalikan. Salah satu cara perbaikan genetik  adalah dengan pemurnian induk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan  persilangan-persilangan dalam (in breeding). Namun cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi. Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan waktu selama 12 tahun.

Cara yang praktis adalah dengan melalukan ginogenesis. Dengan cara ini waktu pemurnian induk   bisa diperpendek menjadi enam tahun. Cara praktis lainnya adalah dengan androgenesis, yaitu suatu

teknologi yang memanfaatkan sifat-sifat genetik ikan dengan menggunakan prinsip-prinsip bioteknologi. Teknik ini memberikan kemungkinan untuk mempercepat waktu pemurnian dalam seleksi ikan. Androgenesis dapat dilakukan dengan memanipulasi beberapa proses pembuahan yaitu membuat agar  material genetik gamet betina menjadi tidak aktif dan mengupayakan supaya terjadi diploisasi (NAGY dkk., 1978).

Material genetik gamet betina dapat dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gamma, sinar-x atau sinar ultra violet (PURDON, 1983). Dewasa ini sinar ultra violet lebih banyak digunakan karena lebih  praktis dan lebih aman. Radiasi sinar ultra violoet dapat menyebabkan rusaknya kromosom. Berdasarkan  penelitian adrogenesis yang dilakukan ARIFIN (1994) diperoleh hasil, bahwa radiasi dengan menggunakan dua buah lampu TUV 15 wat berjarak 30 cm dari telur selama 3 – 5 menit telah mampu me-non-aktikan material gamet betina.

Pemberian kejutan dilakukan untuk mempertahankan diploiditas embrio pada tahap awal  perkembangannya. Diploidisasi dapat dilakukan dengan cara menghambat pembelahan mitosis I (CHOURROUT, 1984). Derajat homozigositas yang tinggi dapat dicapai dengan kejutan pada  pembelahan mitosis I (NAGY 1986 dalam SULARTO dkk., 1992), karena pada pembelahan mitosis  pasangan kromosom yang dihasilkan bersifat identik yang berasal dari genom haploid paternal yang

membelah menjadi dua (PENMAN, 1993). Tanpa proses diploidisasi embrio yang dihasilkan pada  pembuahan sel telur non-aktif akan bersifat haploid yang berkarakter abnormal.

Jenis kejutan yang dapat dilakukan antara lain kejutan suhu (panas dan dingin), kejutan tekanan, kejutan dengan menggunakan bahan kimia dan kejutan listrik. Kejutan suhu merupakan salah satu m etode yang banyak dilakukan karena mudah diterapkan (CARMAN, 1990). ARAI dan WILKINS (1987) menjelaskan bahwa penggunakaan kejutan suhu ternyata lebih mudah dibandingkan dengan kejutan tekanan. PURDON dan LINCOLN (1973) menyatakan bahwa kejutan panas telah umum dilakukan untuk  menduplikasi seperangkat kromosom.

Pada penelitian androgenesis ikan mas yang dilakukan EDDY (1994), didapat hasil, bahwa lama waktu kejutan panas yang dilakukan 40 menit setelah pembuahan pada suhu 40 O C yang terbaik adalah dua menit. Penelitian pada ginogenesis ikan mas menunjukan benih homozigot diploid yang dihasilkan tertinggi oleh kejutan panas 36 – 37 menit setelah pembuahan (GUSTIANTO danDHARMA, 1991). SUMANTADINATA (1998), menyatakan bahwa umumnya waktu awal kejutan panas yang menekan saat pembelahan mitosis I pada ginogenesis adalah 40 dapat dilakukan selama 1,5 – 2,0 menit.

Penelitian ginogenesis ikan mas dengan menggunakan induk jantan ikan tawes berhasil memproduksi benih ginogenetik, dengan kejutan panas pada suhu 40 O C setelah 40 menit inkubasi (PRIHADY dan SUBAGYO, 1992). Menurut SULARTO dkk (1992), produksi ginigenetik nikan mas tertinggi diperoleh dengan pemberian kejutan panas selama satu menit pada saat 40 menit setelah  pembuayhan.

Menurut SUMANTADINATA (1988), androgenesisi adalah proses terbentuknya embrio dari gamet jantan tanpa kontribusi genetis gemet betina. Proses reproduksi ini tidak umum terjadi, sehingga  pada androgenesis dilakukan proses buatan yaitu menon-aktifkan bahan-bahan genetik yang terdapat pada telur dengan cara meradiasi telur tersebut (THORGAARD dkk., 1990). Akibat perlakuan tersebut tanpa  peranan gemet betina dan bersifat haploid.

Individu haploid memiliki ciri-ciri yang abnormal misalnya bentuk punggung dan ekor yang  bengkok, mata atau mulut yang tidak sempurna, ukuran tubuh yang kecil, sistem peredaran darah yang

tidak normal dan ketidakmampuan melakukan aktifitas renang dan makan (CHERVAS, 1981 ; PURDOM, 1983). Agar embrio ini tetap hidup menurut NAGY dkk. (1978) perlu dilakukan diploidisasi  pada tahap awal perkembangan telur.

Pada androgenetis yang dilakukan oleh ARIFIN (1994) pada ikan mas berhasil memperoleh 89,4  persen benih diploid androgenetik, sedangkan EDDY (1994) memperoleh 89,05 benih androgenetik ikan mas. SHCEERE dkk. (1986) dan THORGARRD dkk. (1990) yang melakukan percobaan androgenesis

Dalam dokumen Buku Akuakultur by v Rion1 (Halaman 23-39)

Dokumen terkait