• Tidak ada hasil yang ditemukan

O rnamen Pada Bangunan Indis

DEWAN KOTA

C. O rnamen Pada Bangunan Indis

Beberapa abad lalu Eropa dalam arsitektur dengan gaya-gaya seperti Renaissance, Barok, Rokoko, Em pire dan sebagainya, pemakaian ragam hias atau ornamen m emegang peranan yang sangat besar. Hal ini m em berikan ekspresi alami dalam bangunan. Dengan dem ikian orang dapat m erasakan akan suatu keindahan yang disertakan.43 Dalam hal ini dapat diketahui melalui seorang arsitek, selain dapat mengkonstruksikan ant ara bangunan baru yang satu dengan yang lain juga dapat mencipt akan suatu bentuk bangunan baru yang indah dan bernilai seni yang tinggi. Gaya arsitekt ur ini dapat kita lihatpada bangunan sepert i : rumah t inggal, perkantoran, gedung sekolah, peribadatan, dan sebagainya. Pendapat yang m enyebutkan bahwa ornamen timbul karena diilham i oleh adanya dua fakt or, yaitu:44

a. Fakt or em osi, yaitu sebuah hasil cipta yang didapat dari kepercayaan, agam a dan m agic untuk m endapatkan kekuatan. Dengan demikian fakt or ini m erupakan kekuatan alami.

b. Fakt or teknik, meliputi m asalah-masalah sepert i dari bahan apakah benda-benda tersebut dibuat dan bagaim ana m embuatnya. Hal inilah yang menjadi m asalah, tidak saja pada bagaim ana pengrajin bekerja, tetapi juga berhubungan dengan hal-hal yang menyenangkan. Orang m asa kini m enyukai hasil-hasil karya seni kerajinan tangan yang halus.

4 2

Handinoto Paulus dan H. Soehargo, Op. Cit., hlm 145. 4 3

Adolph, S. Thomas dalam Djoko Soekiman Op. Cit. hlm 141-243. 4 4Ibid,. hlm 71.

bangunannya. Cont ohnya ialah pilar-pilar pada bangunan, sedangkan hiasan yang tidak kontruksional adalah hiasan bangunan yang dapat terlepas dari bangunannya dan tidak berpengaruh apa-apa terhadap kontruksi bangunannya, cont ohnya lam pu gant ung atau m eubel air.45

Keindahan ornamen pada suatu bangunan menunjukkan sebuah simbol atau tanda dari kedudukan penghuni rumah. Unsur-unsur yang diam bil bersifat tradisional dari budaya lokal. Karya-karya m onumental m isalnya candi-candi di Gedong Songo dekat dengan Salatiga. Hal itu menjadi hidup dan jiwa m asyarakat pribumi.

Suatu bangunan m erupakan hasil dari buatan manusia dengan wujud rasa budaya tersebut berupa alam seni, terdiri dari seni dram a, seni rupa, seni sastra, seni suara, seni tari dan seni m usik. Alam seni salah satu dari akt ifitas kelakuan berpola dari manusia yang dalam pengungkapannya penuh dengan tindakan-tidakan simbolis. Melalui alam seni dalam kehidupan sehari-hari dicurahkan dalam bentuk-bent uk simbol.46

Orang Jawa sebagai pem akai simbol-simbol yang mereka wariskan secara turun- temurun dari nenek moyang. T idak hanya pembangunan rum ah melainkan juga berbagai peri kehidupannya. Bangunan tradisional Jawa berbentuk atap merupakan penentu nama suatu gaya bangunan, tidak demikian pada arsitekt ur Eropa menggunakan bentuk kepala tiang sebagai penent u ciri dari suatu gaya arsitektur suatu jaman.

1. Tiang Penyan gga

4 5 Sugiyarto Dakung dalam Taufig Adhi Prasangka. Op. Cit., hlm 72. 4 6

Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa, (Yogyakarta : Hanindita), 2001, hlm 101.

batang tiang penyangga. Batang tiang gaya Doria, Ionia, dan Korint hia yang tersusun atas kepala, tubuh, dan kaki tiang (serba semen). Masing-masing gaya m emiliki arti dan lam bang sendiri-sendiri.47

Budaya kuno yang memuja keindahan badaniah dan peka terhadap proporsi harm onis ditanggapi seniman Renaissance dengan penuh semangat. Penggunaan bent uk lingkaran, bujursangkar, kubus bola, dan tabung sesuai dengan gaya Renaissance berkat keteraturan bent uknya yang memperlihatkan kesan rasional. Bent uk yang paling mendukung adalah bujur sangkar dan lingkaran. Penggunaan bent uk kubah relung dan bent uk bangunan yang mem usat m erupakan sim bol perat uran keagamaan di dunia.48

2. Hi asan Atap dan Kemuncak

Kem uncak dan hiasan atap ini dim iliki oleh orang yang memiliki jabatan tinggi dan orang-orang kaya. Mengenai hiasan itu sesuai dengan hiasan yang ada tersebut. Setiap rum ah dan bangunan memiliki bentuk berbeda, akan tetapi gaya yang ditunjukkan jam an Eropa kuno.

Berikut akan dibahas m engenai hiasan atap yang terdapat pada rumah-rum ah bergaya Indis yang ada di Batavia:

a. Penunjuk Arah Mata Angin (Windwijzer) b. Makelaar

Makelaar adalah papan kayu berukir dengan panjang kurang lebih dua meter dan ditempel secara vert ikal. Hiasan ini terdapat di depan rumah yang disebut voorschoot,

4 7

Djoko Soekiman.Op. Cit. hlm 303. 4 8 MA. Endang Budiono.Op. Cit. hlm 14.

sesuai kepercayaan masyarakat . Diant ara m akelaar ada hiasan yang biasanya berupa dua ekor angsa yang bert olak belakang bersandar pada makelaar. Hiasan tersebut dinamakan oelebord atau uilebord. Oelebord mulanya merupakan hiasan yang terdapat pada rum ah petani di Freisland. Bagi m asyarakat Jawa hiasan ini dapat disebut sebagai Kalamakara pada bangunan candi.

3. Hi asan Dari Kaca

Pada awalnya hiasan dari kaca berwarna dan menem pel pada tubuh bangunan (glass in load), pada awalnya merupakan ornam en-ornamen yang banyak terdapat di gereja-gereja zaman klasik Eropa. Gereja-gereja yang dibangun pada m asa ini walaupun terlihat keramat dari luar, namun kemegahan dan keindahan terdapat di dalamnya dengan adanya pantulan cahaya matahari olah kaca emas warna-warni sehingga m enim bulkan mozaik yang indah.49

Seni pembuatan kaca warna-warni sebagai hiasan ornamen pada bangunan semakin m eluas karena pengaruh dari perkembangan arsitektur gaya Got hik sekitar abad ke-12 dan mencapai puncak setengah abad kemudian berkat jasa para pengrajin di Chart res. Rum us dasar pembuatan kaca, m encampurkan pasir, garam dan abu.

Kaca berwarna dibuat dengan m em anasi campuran ini sam pai cair, yang kem udian diwarnai dengan oksidasi logam, tem baga unt uk warna merah, besi unt uk warna kuning, kobalt unt uk warna biru. Keping-keping kecil kaca warna-warni tersebut dim asukan dalam alur bingkai timah yang bent uknya bermacam-macam sehingga m embentuk panel. Baru setelah panel dipasang pada jendela, tukang kaca dapat m engetahui kecerahan warna dan kesan seluruh desain. Pada abad pert engahan

Kem ajuan hiasan kaca dulu digunakan orang-orang Hindia Belanda dalam bangunan kursinya di daerah Batavia. Selanjutnya pada awal abad 20 hiasan dari kaca ini terdapat pada rumah-rumah pejabat Belanda yang tersebar di pusat kota Batavia.

Rum ah tradisional Jawa ada suatu tempat dinam akan tebeng, yaitu bidang segi empat yang terletak di atas pintu atau diatas jendela hias dalam bahasa Kawi disebut waryang. W arayang m erupakan berupa beberapa anak panah yang distilasi menuju kesatu titik. Berfungsi ganda yaitu sebagai ventilasi atau sirkulasi udara dalam rum ah dan sebagai penam bah penerangan dalam ruangan. Glass in load m enggant ikan hiasan pada bangunan Indis untuk m enambah keindahan bangunan. Pada awal abad 20 seni Art Deco m em berikan sentuhan yang baru dan modern yang lain dari bentuk kuno. Proporsinya tidak biasa, cenderung m enggunakan m aterial baru dan dekorasi. Aliran yang termasuk Art Deco itu sendiri. Aliran ini berkem bang pesat ke seluruh pelosok negeri.