5.2 Analisa Hasil
5.2.1 Obat Yang Digunakan a. Tolfenamic acid
Merupakan salah satu agen non-steroidal anti infflamatory yaitu dari katagori anthranilic acid (fenamat) yang secara struktur kumianya mirip dengan meclofenamic acid
Penyimpanan: disimpan pada pada suhu ruangan untuuk semmua jenis sediaan baik sediaan tablet maupundalam bentuk solution
Farmakologi: kerja dari obat ini mirip dengan kerja dari aspirin yaitu sebagai potensial inhibitor dari cyclooxigenase yang akan menghambat rilisnya prostaglandin. Obat ini juga akan menghambat secara langsung pada daerah reseptor prostaglandin. Tolfenamic acid memiliki aktivitas yang signifikan sebagai anti tromboksan, sehingga tidak dianjurkan digunakan pada saat pre-operasi karena akan memberikan pengaruh pada fungsi platelet (Coughland,2011)
Penggunaan: tolfenamic acid dapat digunakan sebagai treatment baik akut maupun kronis dari inflamasi dan atau rasa nyeri. Obat ini dapat digunakan baik pada anjing maupun pada kucing. Di negara-negara eropa obat ini juga digunakan pada hewan ternak besar seperti pada sapi (Coughland,2011).
Farmakokinetik: tolfenamic acid dapat diabsobrsi melalui rute oral. Pada anjing level tertinggi dari obat adalah 2-4 jam setelah pemberian yang berarti jumlah dari obat ini paling banyak pada serum adalah selama 2-4 jam setelah pemberian dosis yang sesuai. Resirkulasi enteropatik dari obat ini akan meningkat setelah pemberian makanan. Hal ini juga dapat meningkatkan bioavaibility dari obat. Terjadi variasi dari bioavaibility dari obat setelah pemberian pakan pada anjing. Pada anjing volume distribusinya adalah 1,2 L/kg dan akan dieliminasi atau memiliki waktu paruh sekitar 6,5 jam. Durasi kerja dari obat ini adalah 24-36 jam sehingga pemberian obat ini adalah 1-2 hari sekali (Coughland,2011).
Kontra indikasi: tolfenamic acid tidak dapat diberikan pada hewan yang memiliki hipersensitifitas pada obat ini maupun pada obat-obat dari kelas meclofenamic. Seperti NSAID lainnya obat ini tidak boleh digunakan pada hewan yang memiliki pendarahan aktif atau pada hewan yang mengalami ulserasi. Penggunaan obat ini juga akan meningkatkan fungsi kerja hepar dan ginjal (Coughland,2011)
Efek samping: umumnya obat ini sifatnya relatif aman diberikan pada anjing dan atau kucing, diare dan muntah dapat terjadi setelah pemberian obat melalui oral. Pada studi eksperimental tidak ditemuui pengaruh dari obat ini terhadap ginjal maupun pada GI tract, toksisitas tidak ditemukan hingga dosis 10 kali normal. Karena sifatnya sebagai anti-tromboksan maka akan memberikan efek pada fungsi platelet ynag menyebabkan tidak direkomendasikan diberikan pada hewan pre-operasi (Coughland,2011)
Toksisitas akut/overdosis: jika terjadi overdosis ataupun toksisitas akut dilakukan penanganan sesuai prosedur standar dari overdosis obat yaitu dengan mengosongkan saluran pencernaan melalui oral dst. Pemberian treatment suportif dapat dilakukan dapat juga diberikan diazepam melalui IV untuk mengontrol terjadinya kejang. Dilakukan monitoring terhadap pendarahan GI tract. Monitoring elektrolit dan keseimbangan cairan perlu diklakukan karena tolfenamic acid dapat menyebabkan efek pada ginjal dan penanganan kegagalan fungsi ginjal juga perlu dilakukan jika kejadian cukup parah (Coughland,2011).
Interaksi obat: tolfenamic acid bersifat highly bound (berikatan erat) dengan plasma protein sehingga penggunaan obat-obat lain juga dapat menyebabkan ikatan plasma digantikan dengan obat–obat lainnya yang juga memiliki sifat highly bound. Peningkatan level serum dan durasi aksi beberapa obat dapat
mempengaruhi kerja tolfenamic acid diantaranya adalah penggunaan phenitoin, valproic acid, antikoagulan oral, dan agen anti inflamasi lainnya, saliscylates, sulfonamides dan penggunaan sulfonylurea antidiabetic agent dapat juga mempengaruhi aktivitas obat ini.jika tolfenamic acid digunakan bersamaan dengan warfarin maka efek hypoprothrombinemic yang terjdi akan meningkat (Coughland,2011).
Dosis : pada anjing :untuk nyeri akut diberikan 4 mg/kg BB setiap hari melaui SC, IM atupun PO selama 3-5 hari, namun disesuakan dengan kebutuhan. Pada kucing dengan nyeri akut diberiakn 4 mg/kg BB satu kali sehari secara SC, IM, ataupun PO selama 3-5 hari (Coughland,2011).
b. Atropin sulfat
Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Merupakan bentuk campuran dari d-hyoscyamine and hyoscyamine dimana bentul l-bersifat aktif dan bentuk d- tidak memiliki aaktivitas antimuskarinik. Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal putih atau kristal putih seperti jarum. Larut dalam air (2500 mg/mL), alkohol (200 mg/mL) pada suhu 25 0C, gliserol (400 mg/mL) atau metanol . Dalam perdagangan injeksi atropine berada dalam bentuk larutan steril dalam pelarut air yang digunakan untuk injeksi atau dalam larutan Na Cl 0,9 % (Plumb,2006).
Penyimpanan: Stabilitas Penyimpanan Atropin sulfat dipengaruhi oleh cahaya. Jika dalam bentuk larutan injeksi simpan pada suhu ruang yang terkontrol pada suhu 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F); hindari dari suhu dingin dan lindungi dari cahaya.
Interaksi obat: injeksi atropin sulfat dilaporkan secara fisik kompatibel sedikitnya selama 15 menit dengan injeksi berikut : chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride, hydroxyzine hydrochloride dengan meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride dengan promethazine hydrochloride, morphine supfate,opium alkaloid hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium, prochlorperazineedisylate, promazine hydrochloride, promethazine hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine hydrobromide. Kompatibilitas dengan larutan injeksi lain tergantung dari beberapa faktor seperti konsentrasi obat, pH akhir larutan dan temperatur. Atropine sulfate injeksi dilaporkan secara fisik incompatible dengan norepinephrine bitartrate, sodium bicarbonate dan metaraminol bitartrate. Kerusakan atau endapan terjadi dalam 15 menit jika atropine sulfate dicampur dengan larutan methohexital sodium (Plumb,2006).
Farmakologi: atropin seperti agen antimuskarinik lainnya, secara kompetitif akan menghambat asetilkolin atau stimulan kolinergik lannya pada postganglionic parasympatetic neuroefector sites. Dengan dosis yang tinggi dapat menghalangi reseptor nikotinic pada ganglia autonomik dan pada neuromuscular junction. Efek farmakologinya relatif pada dosis yang rendah akan menyebabkan terjadinya salivasi, sekresi bronchial dan sekresi pada kelenjar keringat terhambat (tidak terjadi pada kuda). Pada dosis sitemik atropin akan menyebabkan dilatasi dan menghambat akomodasi dari pupil dan meningkatkan detak jantung. Dosis yang tinggi akan menurunkan motilitas dari GI dan urinary tact. Dosis yang sangat tinggi akan menghambat sekresi lambung (Plumb,2006).
Penggunaan/indikasi : Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi; mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation (Plumb,2006).
Farmakokinetik : atropin sulfat terabsorbsi dengan baik melalui jalur oral, injeksi intramuccular, inhalasi maupun melauli endotracheal. Setelah pemberian melalui intravena puncak efek dari obat yang berpengaruh pada detak jantung adalah dalam waktu 3-4 menit. Atropin akan terdistribusi secara luas di dalam tubuh. Atropin dapat menembus CNS, placenta, dan dapat terdistribusi ke air susu dalam jumlah kecil. Atropin akan dimetabolisme di heapar dan di diekskresikan ke urin. Setidaknya ada 30-50 % dari dosis yang diekskresikan ke urin dalam bentuk yang tidak berubah beserta meltabolitnya. Pada manusia waktu paruh dari atropin adalah 2-3 jam (Plumb,2006).
Kontraindikasi : kontraindikasi terjadi pada kondisi angle-closure glaucoma ( glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat. Hipersensitifitas terhadap obat-obatan antikolinergik. Hemoragi akut pada lambung, dan penyakit yang berkaitan dengan kerusakan GI tract (Plumb,2006).
Efek Samping : Efek samping dari antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang hanya terkadang terjadi: kebingungan, mual, muntah dan pusing (Plumb,2006).
Interaksi obat : penggunaan bersamaan dengan beberapa jenis obat akan meningkatkan aktivitas dari atropin dan derivatnya diantaranya adalah antihistamin, procainamide, quinidine, meperidine, benzodiazepines,
phenothiazines. Sedangkan beberapa obat akan menimbulkan efek yang kurang baik atau menghambat efek dari atropin yaitu derivat Primidone, disopyramide, nitrates, penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Atropine dan derivatnya adapat meningkatkan efek kerja dari nitrofurantoin, dan thiazide diuretics, Atropine dan derivatnya akan bersifat antagonis jika digunakan atau dicampur dengan metoclopramide (Plumb,2006).
Dosis : Pada anjing
Sebagai preanestetik adjuvant: 0.022 - 0.044 mg/kg IM or SQ 0.074 mg/kg IV, IM or SQ 0.02 - 0.04 mg/kg SQ, IM or IV
Sebagai adjunctive treatment bradycardias, Incomplete AV block, etc: 0.022 - 0.044 mg/kg IM, SQ, or IV prn; or 0.04 mg/kg PO tid-qid 0.02 - 0.04 mg/kg IV or IM
For treatment of cholinergic toxicity:
0.2 - 2.0 mg/kg ; give 1/4th of the dose IV and the remainder SQ or IM For treatment of bronchoconstriction:
0.02 - 0.04 mg/kg for a duration of effect of 1 - 1.5 hours Cats:
As a preanesthetic adjuvant:
0.022 - 0.044 mg/kg IM or SQ (Muir ))
0.074 mg/kg IV, IM or SQ (Package Insert; Atropine Injectable, S.A. -Fort Dodge)
0.02 - 0.04 mg/kg SQ, IM or IV For treatment of bradycardias:
0.022 - 0.044 mg/kg IM, SQ, or IV prn; or 0.04 mg/kg PO tid-qid 0.02 - 0.04 mg/kg SQ, IM or IV q4-6h.
For treatment of cholinergic toxicity:
0.2 - 2.0 mg/kg ; give 1/4th of the dose IV and the remainder SQ or IM (Plumb,2006)
Ketamin hidroklorida merupakan obat anestesi yang merupakan golongan fenil sikloheksilamin. Obat ini dikenal sebagai 'Rapid Acting Non Barbiturate General Anesthetic Drug'. Obat ini tidak berwarna (bening), bersifat asam dan sensitif terhadap cahaya. Kemasan obat ini (vial) berwarna coklat untuk melindungi obat ini dari paparan cahaya. Keltamin berwarna putih berbentuk kristal memiliki titik lebur pada 258-261 0c pada ph yang tinggi akan mengalami presipitasi. 1 gram ketamin dapat larut dalam 5 ml air sedangkan pada alkohol 14 ml. pH dari ketamin yang digunakan untuk injeksi adalah antara 3,5-5,5 (Plumb,2006).
Penyimpanan/stabilitas/compatibility : ketamin dapat dicampur dengan air yang steril untuk injeksi, D5W, dan normal saline. Ketamin kompatibel dengan xylaxine pada spuit yang sama. Ketamin tidak dapat dicampur dengan barbiturat ataupu diazepam. Untuk penyimpanannya obat ini harus dilindungi dari cahaya (Plumb,2006).
Farmakologi : ketamin merupakan anestesi umum yang memiliki efek yang cepat. Ketamin akan menghambat GABA pada CNS dan akan menghambat serotonin, norepinephrin dan dopamin pada CNS. Thalamoneocortical sistem akan terdepres ketika lymbic sistem teraktivasi. Pada kucing akan menyebabkan efek hypotermik ringan setidaknya terjadi penurunan suhu 1,6 oc setelah pemberian obat ini. Efek dari obat ini terhadap berbagai organ bermacam-macam diantaranya
Terhadap Susunan Saraf Pusat :Obat ini memiliki efek analgetik yang kuat namun efek hipnotik nya kurang. Butuh dosis yang lebih besar untuk membuat efek hipnotiknya sempurna. Namun obat ini dapat mempunyai efek disosiatf, maksudnya adalah pasien mengalami gangguan persepsi dari rangsangan dan lingkungannya seperti pasien mengalami halusinasi dan mimpi buruk (Nightmare) pada saat pemulihan dan dapat menimbulkan kejang..
Apabila obat ini diberikan secara intravena akan dapat memberikan efek dalam waktu 30 detik. apabila diberikan melalui intra muskular akan memberikan efek 5 - 8 menit. Pada saat pasien terinduksi, pasien dapat mengalami tanda khas pada mata berupa kelopak mata yang terbuka dan nistagmus. Sering juga terjadi gerakan gerakan anehyang tidak disadari, yaitu menelan, mengunyah, tremor, dan kejang. Efek efek tersebut dapat di kurangi dengan pemberian diazepam sebagai sedatif atau obat lain yang dapat memberikan efek amnesia sebelum diberikan ketamin.
Terhadap Mata :Efek terhadap mata meliputi nistagmus, lakrimasi, kelopak mata terbuka secara spontan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan oleh speningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
Terhadap Sistem Kardiovaskuler :Ketamin menimbulkan efek simpatomimetik, berupa inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Manifestasi yang dapat debrikan akibat pemberian ketamin, yaitu Peningkatan tekanan darah perifer, dan denyut jantung.
Terhadap Sistem Respirasi :Pada saat diberikan dengan dosisi biasa tidak akan memberikan efek pada sistem respirasi. Namun pasa dosis tertentu (lebih tinggi) dapat memberikan efek simpatomimetik sehingga dapat memberikan efek dilatasi bronchus.
Terhadap Otot :Dapat memberikan efek peningkatan tonusotot lurik (termasuk uterus), rigiditas, bahkan hingga kejang. Namun keadaan ini dapat dikurangi dengan pemberian Diazepam sebagai 'muscle relaxant'. Kontraksi otot kelopak mata membuat terbukanya kelopak mata, dan kontraksi otot- otot ekstraokuler menyebabkan nistagmus.
Terhadap refleks - refleks proteksi :Refleks proteksi jalan nafas masih utuh sehingga hati - hati dalam meberikan isapan - isapan pada daerh jalan nafas karena dapat menimbulkan spasme laring.
Terhadap Metabolisme :Ketamin merangsang sekresi dari hormon - hormon katabolime, seperti glukagon, kortisol. koterkolamin, tiroksin, dll sehingga laju katabolisme tubuh meningkat.
(Plumb,2006)
Indikasi : ketamin digunakamn pada manusia, primata non human dan pada kucing selain itu juga dapat digunakan pada berbagai spesies lainnya. Digunakan dalam restarin, dan agen anestetik. Sebagai Induksi Anestesia, Obat Anestesi Pokok. Pada operasi yang letak operasinya superficial, berlangsung singkat dan tidak memerlukan relaksasi otot maksimal Analgetik pasca trauma atau pasca bedah. Biasanya digunakan dengan kombinasi dengan diazepam Farmakokinetik dan farmakodinamik :
Dosis induksi ketamin adalah 1-2 mg/KgBB IV atau 3-5 mg/KgBB IM. Stadium depresi dicapai dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesia dapat diberikan dosis 25-100 mg/KgBB/menit. Stadium operasi terjadi dalam 12-25 menit.17 Mekanisme kerja ketamin bekerja sebagai antagonis nonkompetitif pada reseptor NMDA yang tidak tergantung pada tegangan akan mempengaruhi ikatan pada tempat ikatan fensiklidin. Reseptor NMDA adalah suatu reseptor kanal ion (untuk ion 8 na+ ,ca2+,dan k+ ) maka blockade reseptor ini berarti bahwa pada saat yang sama, ada blockade aliran ion sepanjang membrane neuron sehingga terjadi hambatan pada depolarisasi neuron di SSP. 18,19 Mekanisme kerja ketamin mungkin dengan cara menghambat efek membrane eksitatori neurotransmitter asam glutamat pada suptipe reseptor NMDA . Ketamin merupakan obat yang sangat lipofilik dan didistribusikan dengan cepat ke dalam organ-organ yang kaya vaskuler, termasuk otak, hati dan ginjal kemudian obat ini di distribusikan kembali kedalam jaringan-jaringan yang kurang vaskularisasinya, bersamaan dengan metabolismenya di hati untuk selanjutnya dibuang ke urin dan empedu (Plumb,2006)
Kontraindikasi : hipersensitifitas dan hewan konsumsi (hewan ternak) yang akan di sembelih dalam waktu dekat. Sebaiknya tidak diberikan pada hewan yang memiliki permasalahan pada jantung dan sistem cardiovascular lainnya (Plumb,2006).
Efek Samping :Ketamin memberikan efek pada sistem kardiovaskuler melalui rangsangan dari sistem simpatis pusat dan sebagian kecil melalui hambatan pengambilan noreprineprin pada terminal saraf simpatis. Kenaikan Tekanan darah dan frekuensi jantung sekitar 30 % serta peningkatan Noradrenalin di dalan tubuh. Pada tahap pemulihan dapat timbul mimpi buruk dan halusinasi. Persepsi ilusi ini dapat berulang kembali pada tahap lanjutan sampai beberapa jam, bahkan setelah beberapa hari. Kejadian seperti ini dapat dicegah dengan pramedikasi dengan benzodiazepin. Serta produksi saliva yang bertambah banyak. Ketamin tidak menimbulkan nyeri dan tidak menimbulkan iritasi, obat ini dapat merangsang kardiovaskuler yaitu dipertahankannya tekanan darah pada penderita dengan risiko buruk dan sebagai bronkodilator.20 Ketamin juga sering digunakan untuk pasien anak karena efek anestesia dan analgesia dapat dicapai dengan pemberian injeksi intramuskular. Ketamin juga dapat digunakan pada pasien geriatri yang beresiko tinggi mengalami syok, karena dapat memberikan stimulasi jantung. Namun demikian, pada pemberian ketamin telah dilaporkan beberapa efek samping antara lain: transien erythema, keadaan mimpi buruk, halusinasi, dan delirium dapat disertai dengan fonasi dapat terjadi pada anestesi ketamin ringan (Plumb,2006).
Interaksi obat : penggunaan narkotik, barbiturat, diazepam dapat memperpanjang recovery time setelah induksi anestesi dengan ketamin. Jika digunakan halothan maka akan memperpanjang recovery time dan akan menghambat efek stimulasi cardiac oleh ketamin (Plumb,2006),
Dosis :
Dogs: Note: Ketamine/xylazine dapat menginduksi terjadinya cardiac arrhythmias, pulmonary edema, dan respiratory depression pada anjing. Kombinasi obat ini dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan
Diazepam 0.5 mg/kg IV, kemudian ketamine 10 mg/kg IV untuk menginduksi anestesi umum
Midazolam 0.066 - 0.22 mg/kg IM or IV, then ketamine 6.6 - 11 mg/kg IM
Xylazine 2.2 mg/kg IM, in 10 minutes give ketamine 11 mg/kg IM. Dogs weighing more than 22.7 kg (50 lbs.) reduce dose of both drugs by approx. 25%.
Atropine (0.044 mg/kg) IM, in 15 minutes give xylazine (1.1 mg/kg) IM, 5 minutes latergive ketamine (22 mg/kg) IM
Direkomendasikan untuk memberikan atropine atau glycopyrrolate sebelum penggunaan untuk menurunkan hipersalivasi
11 mg/kg IM for restraint; 22 - 33 mg/kg untuk tindakan diagnostik atau minor operation yang tidak memerlukan muscle relaksan. (2 - 4 mg/kg IV or 11 - 33 mg/kg IM
Restraint: 0.1 ml (10 mg) IV.
Anesthesia: 22 - 33 mg/kg IM or 2.2 - 4.4 mg/kg IV (with atropine) Sedation, restraint: 6.6 - 11 mg/kg IM
Anesthetic: 17.6 26.4 mg/kg IM Induction (following sedation): 4.4 -11 mg/kg IV
Restraint: 11 mg/kg IM
Anesthesia: 22 - 33 mg/kg IM; 2.2 - 4.4 mg/kg IV (Kirk 1986) Rabbits/Rodents/Pocket Pets:
Rabbits: 35 mg/kg SubQ or IM once (in combination with xylazine, useful for minimally invasive procedures lasting less than 30-45 minutes)
Rats/Mice: 87 mg/kg IP once (in combo with xylazine) Guinea pig: 60 mg/kg IP once (in combo with xylazine) Hamsters: 200 mg/kg IP once (in combo with xylazine) d. Xylazine HCL
Xylazine merupakan salah satu golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau alpha-2 adrenergic receptor agonist. Alpha-2 agonist seperti xylazine dan medetomidin adalah preanestetikum yang sering digunakan pada anjing dan kucing untuk menghasilkan sedasi, analgesi, dan pelemas otot. Golongan alpha-2 agonist yang lain seperti romifidin sering digunakan pada kuda, tetapi tidak direkomendasikan untuk anjing dan kucing. Xylazine HCl mempunyai rumus kimia 2(2,6-dimethylphenylamino)-4H-5,6-dihydro 1,3-thiazine hydrochloride. Xylazine mengandung 23,32 mg / ml hidroklorida xylazine dalam larutan air injeksi berbasis. Xylazine dapat diperoleh juga sebagai bubuk kristal murni (Plumb,2006).
Penyimpanan : pentimpanan pada suhu dibawah 30 0c. xylazine dapat dicampur saat injeksi (dalam satu syringe) dengan beberapa jenis obat seperti acepromazine, buprenorphine, butorphanol, chloral hydrate, dan meperidine (Plumb,2006).
Farmakologi : Xylazine bekerja melalui mekanisme (farmakologi ) yang menghambat tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung, penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Aktivitas xylazine pada susunan syaraf pusat adalah melalui aktivasi atau stimulasi reseptor α2-adrenoseptor, menyebabkan penurunan pelepasan simpatis, mengurangi pengeluaran norepineprin dan dopamin. Reseptor α2,
Xylazine menghasilkan sedasi dan hipnotis yang dalam dan lama, dengan dosis yang ditingkatkan mengakibatkan sedasi yang lebih dalam dan lama serta durasi panjang. Xylazine diinjeksikan secara intramuskular menyebabkan iritasi kecil pada daerah suntikan, tetapi tidak menyakitkan dan akan hilang dalam waktu 24 –48 jam. -adrenoseptor adalah reseptor yang mengatur penyimpanan dan atau pelepasan dopamin dan norepineprin. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator (Plumb,2006).
Xylazine menyebabkan tertekannya sistem syaraf pusat, bermula dari sedasi, kemudian dengan dosis yang lebih tinggi menyebabkan hypnosis, tidak sadar dan akhirnya keadaan teranestesi.Pada sistem pernafasan, xylazine menekan pusat pernafasan. Xylazine juga menyebabkan relaksasi otot yang bagus melalui imbibisi transmisi intraneural impuls pada SSP. Penggunaan xylazine pada anjing menghasilkan efek samping merangsang muntah tetapi dapat mengosongkan lambung pada anjing diberi makan sebelum dianestesi. Indikasi : Xylazine biasa digunakan pada kucing sebagai agen sedatif untuk keperluan pembedahan minor dan untuk menguasai hewan atau handling. Dalam anestesi hewan, xylazine sering digunakan dalam kombinasi dengan ketamin. Xylazine adalah analoque clonidine. Obat ini bekerja pada reseptor presynaptic dan postsynaptic dari sistem saraf pusat dan perifer sebagai agonis sebuah adrenergik. Obat ini banyak digunakan dalam subtansi kedokteran hewan dan sering digunakan sebagai obat penenang (sedatif), nyeri (analgesik) dan relaksasi otot rangka (relaksan otot). tetapi memiliki efek farmakologis banyak lainnya. Sebagian besar terdiri dari efek bradikardia dan hipotensi. Xylazine menghambat efek stimulasi saraf postganglionik (Plumb,2006). Interaksi obat : Penggunaaan xylazine dengan dosis yang lebih tinggi bukan saja untuk sedasi dan analgesi, tetapi juga menghasilkan immobilisasi. Xylazine bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain seperti benzodiazepin atau opioid untuk menghasilkan sedasi. Xylazine juga dapat dikombinasikan dengan anestesi injeksi seperti ketamine, tiopental, dan propofol atau anestesi inhalasi seperti halotan dan isofluran untuk menghasilkan anestesi yang lebih baik. Xylazine biasanya digunakan sebagai preanestesi, tetapi pada anjing akan menyebabkan muntah sehingga bersifat kontra-indikasi untuk hewan yang menderita obstruksi gastro-intestinal. Waktu induksi dari suatu agen anestesi bisa dikurangi sampai 50-75% dengan pemberian preanestesi xylazine untuk menghindari overdosis (Plumb,2006). Efek samping : efek samping dari xylazine adalah mengalami penurunan setelah kenaikan awal pada tekanan darah dalam perjalanan efeknya vasodilatasi tekanan darah dan juga dapat menyebabkan bradikardi. Pengaruh xylazine dapat dibatalkan dengan menggunakan antagonis reseptor adrenergik seperti atipamezole, yohimbine dan tolazoline (Plumb,2006).
Khusus pada kucing xylazine juga merangsang pusat muntah, sehingga obat tersebut digunakan sebagai emetik. Peningkatan buang air kecil kadang-kadang terjadi pada kucing. Anjing cenderung menelan udara berlebih.
kontraindikasi :
Xylazine tidak boleh digunakan pada hewan dengan hipersensitivitas atau alergi terhadap obat tersebut.
Xylazine tidak dianjurkan pada hewan yang menerima
epinefrin,penyakit jantung,darah rendah,penyakit ginjal dengan atau jika hewan ini sangat lemah.
Farmakokinetik : absorbsi terjadi secara cepat melalui jalur injeksi