BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA
B. Sumber Pendapatan daerah
4. Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Objek pajak dalam (Waluyo, 2010:99) dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak yang terhutang. Sesuatu tersebut dapat berupa keadaan perbuatan dan peristiwa yang menjadi objek pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan Kenderaan Bermotor. Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor dalam (Marihot, 2005:171) adalah:
1.Penyerahan Kendaraan Bermotor kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyerahan Kendaraan Bermotor kepada BUMN dan BUMD tidak dikecualikan sebagai objek Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
2.Penyerahan Kendaraan Bermotor pada Kedutaan, Konsulat, Perwakilan Negara Asing dan perwakilan lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik. Ketentuan tentang pengecualian Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor bagi perwakilan Lembaga-Lembaga Internasional berpedoman kepada Keputusan Menteri Keuangan.
3.Penyerahan Kendaraan Bermotor kepada subjek pajak lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.
Termasuk penyerahan Kendaraan Bermotor adalah pemasukan Kendaraan Bermotor dari Luar Negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali:
1.Untuk dipakai sendiri oleh Orang Pribadi yang bersangkutan. 2.Untuk diperdagangkan.
3.Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.
4.Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh dan kegiatan olahraga bertaraf Internasional.
a. Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pada Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yang menjadi subjek pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Jika Wajib Pajak berupa Badan, kewajiba perpajaknnya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut (Marihot, 2005:173).
b. Dasar Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang tercantum dalam Tabel yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri No.69 Tahun 2004 tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2004 termasuk di dalamnya Nilai jual mesin penggerak.
c. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Tarif yang berlaku sesuai dengan pasal 9 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.9 Tahun 2002 adalah:
1.Untuk Pembayaran Pertama:
a. 10% (sepuluh Persen) untuk Kendaraan Bermotor Bukan Umum, seperti sepeda motor, mobil sedan, jeep, pick up atau yang sejenis yang digunakan untuk keperluan pribadi.
b. 10% (sepuluh Persen) untuk Kendaraan Bermotor Umum, seperti alat pengangkutan umum (angkot) berupa bus, mini bus, sedan taxi, atau pengangkutan umum lainnya yang sejenis yang digunakan untuk kepentingan umum.
c. 3% (tiga persen) untuk Kendaraan Bermotor Alat-Alat Berat dan Alat-Alat Besar.
2.Untuk Penyerahan Kedua dan Selanjutnya adalah:
b. % (satu persen) Untuk Kendaraan Bermotor Umum.
c. 0,3% (nol koma tiga persen) untuk Kendaraan Bermotor Alat-Alat Berat dan Alat-Alat Besar.
3.Untuk Penyerahan karena Warisan adalah:
a. 0,1% (nol koma satu persen) Untuk Kendaraan Bermotor Bukan Umum. b. 0,1% (nol koma satu persen) Untuk Kendaraan Bermotor Umum.
c. 0,03% (nol koma nol tiga persen) untuk Kendaraan Bermotor Alat-Alat Berat dan Alat-Alat Besar.
d. Cara Perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Besarnya pokok Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dalam (Marihot, 2005:173) adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Nilai Jual Kendaraan Bermotor
e. Contoh Perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
1. Dede Adi membeli sebuah sepeda motor (bukan baru) keluaran tahun 2013
(sepuluh juta lima ratus ribu rupiah). Yang mana jenis kendaraannya bukan umum. Berapakah pajak Bea Balik nma Kendaraan Bermotor yang harus dibayar oleh Dede Adi?
Jawaban:
Jumlah BBN-KB terutang = Tarif x Nilai Jual Kendaraan Bermotor = 1% x Rp. 13.335.000,-
= Rp. 133.350,-
2. Bintang membeli sebuah mobil (bukan baru) keluaran tahun 2012 dengan merk Avanza/1300 E N/T, dari Ibu Rahma Mutia seharga Rp.105.000.000,- (seratus lima juta rupiah). Berapakah Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang harus di bayar Bintang?
Jawaban:
Jumlah BBN-KB terutang = Tarif x Nilai Jual Kendaraan Bermotor = 1% x Rp. 110.250.000,-
= Rp. 1.102.500,-
3. Satria membeli sebuah mobil (bukan baru) keluaran tahun 2012 dengan merk Mitsubishi/Pick Up L300 PV PB, dari bapak R. Suherman seharga
Rp.115.500.000,- (seratus lima belas juta lima ratus ribu rupiah). Yang mana jenis kendaraannya bukan umum. Berapakah pajak Bea Balik nma Kendaraan Bermotor yang harus dibayar oleh Dede Adi?
= 1% x Rp. 117.600.000,- = Rp. 1.176.000,-
Catatan: Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku di sini bukanlah nilai jual yang disetujui antara penjual dan pembeli, melainkn nilai yang telah ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan ketentuan yang berlaku seperti tabel di bawah ini.
f. Wilayah Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di Wilayah Daerah tempat Kendaraan Bermotor didaftarkan, dimana Orang Pribadi atau Badan yang menyerahkan Kendaraan Bermotor wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Daerah atas terjadinya penyerahan hak milik tersebut selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) haribsejak saat penyerahan Kendaraan Bermotor.
Dan apabila terjadi pemindahan Kendaraan Bermotor dari satu daerah ke daerah lain, maka Wajib Pajak yang bersangkutan harus memperlihatkan bukti pelunasan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di daerah asalnya berupa surat keterangan fiskal antar daerah. Dimana pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan satu kesatuan dengan pengurusan administrasi Kendaraan Bermotor.
g. Surat Pemberitahuan
Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan Penyerahan Kendaraan Bermotor dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak saat penyerahan (untuk kendaraan bekas), sedangkan untuk penyerahan Kendaraan Bermotor yang baru dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak penyerahan.
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa olehnya. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah sekurang-kurangnya harus memuat:
1.Nama dan alamat lengkap pemilik. 2.Tanggal penyerahan.
3.Jenis, merek, isi silinder, tahun pembuatan, warna, nomor rangka, dan nomor mesin.
Bentuk, isi, kualitas dan ukuran Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah berpedoman kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri.