SUBJEK DAN OBJEK SENGKETA TUN
2.2. Objek Sengketa TUN
Objek sengketa TUN adalah Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN. Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat kongkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 ayat 9).
Unsur-unsur pengertian istilah KTUN sebagai objek sengketa TUN menurut UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009 ialah:
1. Penetapan tertulis, terutama menunjukkan pada isi, bukan bentuk keputusan yang dikeluarkan. Persyaratan ini untuk memudahkan dalam pembuktian. Jadi nota atau memo dapat disamakan dengan penetapan tertulis dengan syarat:1) Badan atau Pejabat TUN mana yang mengeluarkannya; 2) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan tersebut; 3) Kepada siapa tulisan tersebut ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya;
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN;
3. Berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan; 4. Bersifat kongkrit, individual, dan final;
5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Pasal angka 3 dan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No.9 Tahun 2004 jo UU No.51 Tahun 2009 mencoba menginterpretasikan konsepsi Hans Kelsen dengan menyebutkan objek sengketa TUN adalah KTUN yang memiliki kriteria (untuk dapat diadili melalui PTUN) adalah:15
22 Bab II Subjek dan Objek Sengketa TUN
Elidar Sari & Hadi Iskandar – Pengantar HATUN
1. Secara Substansial: merupakan penetapan tertulis yang harus jelas: a. Badan atau Pejabat TUN mana yang mengeluarkannya
b. Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan tersebut
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
2. Dari segi pembuatannya: dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN dalam rangka melaksanakan kegiatan yang bersifat eksekutif (urusan pemerintahan);
3. Wujud materialnya:berisi tindakan hukum TUN yaitu tindakan melanggar hukum administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah; 4. Dari segi sifatnya: konkrit,individual, dan final;
5. Dari segi akibatnya: menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
KTUN yang dimaksud dalam Undang-undang Peradilan TUN ini sebagaimana yang tersirat dalam isi UU No.5 Tahun 1986 dan dua UU perubahannya memiliki beberapa unsur yang mesti dipahami dan diingat, yaitu suatu penetapan tertulis, dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN, berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan, bersifat kongkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. KTUN sebagai manifestasi tindakan pemerintahan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN dalam skema Philipus M. Hadjon akan tampak sebagai berikut:
TINDAKAN PEMERINTAH (bestuurshandeling)
Bab II Subjek dan Objek Sengketa TUN 23
Tindakan materiil tindakan
hukum
(feitelijke handeling) (rechtshandeling)
Tindakan hukum privat tindakan hukum publik
Berbagai pihak sepihak
Umum individual
Abstrak konkrit
Satu hal lagi yang mesti dipahami adalah, selain ketentuan pada Pasal 1 angka 9 UU No.51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua UU Peradilan TUN, perlu juga dipahami bahwa KTUN tidak hanya tertulis, tetapi sikap diamnya badan atau pejabat TUN juga bisa dijadikan objek dalam sengketa TUN, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986. Ada beberapa Keputusan TUN yang tidak termasuk pengertian Keputusan menurut Undang undang No 5 Tahun 1986 Jo UU No 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No 5 Tahun 1986 tentang PTUN. Yaitu yang disebut pada pasal 2 :
24 Bab II Subjek dan Objek Sengketa TUN
Elidar Sari & Hadi Iskandar – Pengantar HATUN
1. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;
2. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
3. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan; 4. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikuluarkan berdasrkan ketentuan
Kitab Undang undang Hukum pidana dan Kitab undang undang Hukum acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat perdata;
5. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
6. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di Pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.
Demikian juga yang ditentukan dalam pasal 49 UU No 1986 Pengadilan TUN tidak berwenang memeriksa dan memutuskan Keputusan-keputusan TUN yang dikeluarkan:
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasrkan peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk lebih memahami apa itu KTUN yang bisa menjadi sengketa dalam peradilan TUN dapat dijabarkan dalam rumus sebagai berikut:
Bab II Subjek dan Objek Sengketa TUN 25
KTUN = (Pasal 1 angka 9 + Pasal 3) – (Pasal 2 + Pasal 49)
D. Rangkuman
Keputusan-keputusan Hukum Tata Usaha Negara adalah merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan-badan atau pejabat tata usaha negara berdasarkan atas (peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan final). Objek dari Peradilan TUN adalah perbuatan-perbuatan yang merupakan manifestasi dari fungsi eksekutif, jadi kegiatan yang bersifat penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh siapa saja.
E. Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sengketa TUN ? 2. Jelaskan siapa saja Subjek dan Objek PTUN ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konkret,individual dan final ? 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kewenangan atributif, delegasi
dan mandat ?
5. Keputusan TUN apa saja yang bukan merupkan pengertian keputusan TUN menurut Undang-undang?
6. Jelaskan skema Philipus M. Hadjon diatas tentang Tindakan Pemerintah ?
F. Daftar Pustaka
1. Abdullah Razali, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada, Cetakan Kesembilan 2004.
26 Bab II Subjek dan Objek Sengketa TUN
Elidar Sari & Hadi Iskandar – Pengantar HATUN
2. Anang Sulistyono, Mariyadi, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Universitas Malang, 2001.
3. Hadjon Philipus M, et, at, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Cet. V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997.
4. W. Riawan Tjandra, Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2002.
5. Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
6. Indroharto, Usaha Memahami UU No. 5 Tahun 1986
7. Soetami Siti A, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Refika Aditama, Jakarta,cetekan ke-empat edisi Revisi 2005
8. Tjakranegara, Soegijatno R, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, Sinar Grafika, Cetakan ke-Empat 2002
9. Undang Undang Dasar 1945 setelah Amandemen