• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.2 Landasan Teoretis

2.2.6 Observasi Kelas Menurut Larsen-Freeman

Freeman (1986: 2) memandang bahwa karakteristik pembelajaran sebagai inti

yang terdiri atas prinsip dan teknik pengajaran. Freeman kemudian mengidentifikasi

karakteristik proses belajar mengajar dengan menggunakan sembilan pertanyaan yang

1. Metode yang digunakan guru?

Sardiman (1992: 27) menerangkan bahwa usaha pencapaian tujuan belajar perlu

diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini

sangat berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan

terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar itu sendiri terdiri atas berbagai

komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen tersebut

salah satunya adalah metode atau teknik pengajaran.

2. Tujuan metode yang digunakan guru?

Mengajari anak-anak tidak cukup hanya berfokus pada metode saja. Ada rasa

tanggung jawab yang harus kita sadari ketika berinteraksi dengan guru. Guru

memiliki tanggung jawab untuk merancang tujuan dari aktivitas mengajar mereka

(Paul 2003:160). Misalnya, membuat siswa mampu menguasai keterampilan

membaca puisi dengan baik, memiliki rasa positif terhadap sastra puisi, memahami

sastra puisi secara mendalam dan kegunaannya, serta membuat siswa memiliki

motivati diri dalam belajar membaca puisi.

3. Apa peran guru dan peran siswa?

Dalam proses belajar mengajar guru dan siswa melakukan pergantian aktivitas

(Wajnerby 1992: 113). Artinya terdapat waktu untuk guru berperan aktif dan

sebaliknya dengan siswa. Maka dari itu, guru harus pandai menempatkan diri dan

bisa berpindah atau berganti berbagai peran selama di kelas. Di bawah ini adalah

searah seperti jarum jam yang tiap segmennya menunjukkan satu sisi pengajaran.

Model peran guru menurut Wajnerby dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Manager Informer

Gambar 1 Model Peran Guru menurut Wajnerby Sumber: Wajnerby (1992:114)

Paul (2003: 138) menyatakan bahwa dalam interaksi dengan siswa, guru

memiliki dua peranan, yaitu:

a. Mengontrol

Guru yang menggunakan metode yang berpusat pada guru biasanya

menganggap bahwa anak-anak tidak akan bisa berhasil kecuali guru mengontrol apa

yang mereka pelajari serta perilaku mereka.

b. Fasilitator

Fasilitator cenderung melihat anak-anak sebagai siswa alami yang bisa berhasil

dalam belajar selama lingkungan yang diciptakan mendukung hal itu. Konsultan Presenter Penerang Stimulator Organiser Pelaksana Monitor Pengawas P k 1 4 2 3

4. Bagaimana proses pembelajaran yang terjadi?

Pada proses mengajar, dalam menerapkan teknik dan prinsip mengajar, guru

memiliki karakter mengajar masing-masing. Hal ini dilakukan agar pembelajaran

dapat berhasil dengan baik. Guru dituntut untuk melakukan sesuatu agar

pembelajaran pada waktu itu menjadi sangat menarik dan menyenangkan, misalnya

dengan penggunaan latihan, permainan, menyanyi, alat peraga yang menarik, sesekali

mengajak siswa bercanda dll. Hal-hal khusus yang digunakan selama di dalam kelas

inilah yang menjadi karakteristik guru dalam mengajarkan membaca puisi anak.

5. Apa karakter interaksi siswa-guru dan siswa-siswa?

Nunan (dalam Richards 1992: 83) menyatakan bahwa hubungan peran guru-

siswa terletak pada jantung proses belajar mengajar. Belajar adalah aktivitas sosial di

atas semuanya, dan ruang kelas adalah satu set konvensi sosial yang unik.

Di dalam kelas, guru dan siswa akan memiliki karakteristik interaksi yang

berbeda. Menurut Chaudron (dalam Crookes 2001: 36-38) interaksi antara guru dan

siswa bisa dilakukan dengan interaksi satu arah maupun dua arah. Dalam interaksi

satu arah, sumber informasi verbal hanya ada pada satu orang yang kemudian

menyampaikannya ke orang lain. Interaksi satu arah ini mungkin membuat guru

mendominasi kelas. Guru lebih banyak berbicara, memimpin aktivitas serta menilai

siswa secara sepihak.

Dalam interaksi dua arah, ada banyak modifikasi interaksional (seperti

pengulangan, perluasan, konfirmasi, dll) yang akan membuat siswa menjadi aktif

serta membuat siswa merasa dihargai, sehingga siswa akan lebih memperhatikan dan

belajar lebih giat karena performa mereka dihargai.

6. Bagaimana perasaan siswa selama proses belajar/mengajar?

Cara pandang anak-anak kepada kita mempengaruhi keseriusan kita dalam

belajar, dan seberapa besar usaha yang mereka inginkan dalam belajar (Paul 2003:

146). Siswa akan merasa nyaman jika guru dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan pada saat mereka belajar membaca puisi anak, hal itu akan

mempengaruhi kemampuan mereka dalam membaca puisi anak. Kenyamanan dan

kesenangan siswa dapat dilihat dari perhatian mereka terhadap pelajaran, selalu

memberikan respon terhadap guru, serta siswa lebih sering memanfaatkan waktu

pembelajaran dengan komunikasi yang interaktif bersama guru maupun sesama

siswa. Di sisi lain, siswa bisa merasa bosan dan tidak nyaman dengan cara mengajar

guru. Biasanya mereka mengekspresikannya dengan mengabaikan pelajaran, bermain

atau ngobrol dengan teman serta mendapat nilai jelek pada saat evaluasi.

7. Apa peran bahasa asli siswa dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

Tantangan terbesar mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia kepada anak-anak di

lingkungan yang tidak berbahasa Indonesia adalah kurangnya motivasi serta

kecenderungan menggunakan bahasa pertama atau bahasa Ibu. Hal ini juga akan

berdampak pada pengajaran sastra pada kalangan siswa sekolah dasar. Guru sebagai

sarana mendapatkan ilmu, seharusnya selalu menggunakan bahasa Indonesia pada

kepada siswa. Agar siswa dapat memandang Bahasa dan Sastra Indonesia secara

positif.

8. Bagaimana evaluasi dilakukan?

Evaluasi merupakan penilai terhadap ide, kualitas atau nilai dari sesuatu. Istilah

evaluasi dalam proses belajar biasanya dikaitkan dengan penilaian sebagai sarana

memperoleh data. Menurut Cohen (2001: 515) penilaian mungkin menjadi salah satu

bagian dari belajar dan mengajar. Evaluasi biasanya dilakukan pada akhir pelajaran

untuk mengontrol pemahaman siswa terhadap puisi, khususnya membaca puisi yang

diberikan selama pelajaran.

Di sisi lain, penilaian merupakan proses yang memiliki domain yang lebih luas

(Brown 2004: 4). Brown membuat perbedaan mencolok antara penilaian dan tes.

Penilaian bisa dilakukan selama proses mengajar. Kapan pun siswa merespon

pertanyaan, memberi komentar, itu berarti guru telah memberi penilaian terhadap

performa siswa.

Tes juga bisa dilakukan secara regular. Tes disiapkan melalui prosedur

administratif sesuai kurikulum dan siswa mengetahui bahwa pengetahuan mereka

akan diukur dan dievaluasi.

9. Bagaimana guru merespon kesalahan siswa?

Aspek interaksi di kelas dengan lingkup yang lebih luas adalah timbal balik,

termasuk ide mengkoreksi kesalahan (Chaudron 1993:132). Ini bisa berupa pujian,

bahwa ada sesuatu yang harus dikoreksi atau dikritik (Nunan dalam Richards

1992:7).

Menurut Wajnerby (1992: 103-104) setiap guru memiliki kriteria tersendiri

tentang kesalahan yang harus dikoreksi dan yang bisa diabaikan. Jika semua

kesalahan dikoreksi, akan memakan waktu yang lama serta membuat siswa takut

untuk bereksperimen.

Fokus koreksi guru terletak pada kemampuan siswa membaca puisi sesuai

dengan lafal dan intonasi yang tepat. Bagaimana guru mengkoreksi, dengan

memotong atau membiarkan siswa menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu dan

apa yang dilakukan siswa ketika melakukan kesalahan.

Dokumen terkait