• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Aldy K Mardikanto, Hony Irawan, dan Yayat Hidayat

Dalam dokumen Website Resmi Pusbindiklatren - Bappenas (Halaman 63-68)

tersebut tidak pernah disedot lumpur tinjanya dan hanya kurang dari 5% yang pernah disedot dalam interval 5 tahun (WSP, 2013). Di daerah perkotaan, hal tersebut meningkatkan risiko sanitasi karena kepadatan penduduk yang tinggi tidak memberikan ruang yang cukup untuk luasan sistem setempat (tangki septik beserta bidang resapan untuk efluennya) agar kualitas pengolahan sistem setempat dapat memenuhi standar. Mengingat lebih dari 60% penduduk Indonesia di perkotaan masih menggunakan sumur sebagai sumber airnya (BPS, 2014) maka kualitas efluen sistem setempat yang buruk akan mencemari kualitas air tanah yang menjadi sumber air dalam sumur.

Pemerintah pusat dengan target Akses Universal sanitasi tahun 2019 dalam RPJMN 2015–2019 berupaya meningkatkan kesadaran dan demand pemerintah daerah dan masyarakat untuk

meningkatkan kondisi sanitasinya melalui berbagai macam cara. Terlebih lagi, Indonesia telah

menyatakan komitmennya terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), salah satunya dengan

mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Dalam TPB, indikator mengenai sanitasi, selain akses layak, adalah akses aman yang ditempuh dengan pengelolaan air limbah domestik sistem terpusat dan pengelolaan lumpur tinja untuk sistem setempat. Pengelolaan lumpur tinja ini mencakup perbaikan tangki septik, perbaikan sistem pengelolaan penyedotan lumpur tinja dari tangki septik, dan peningkatan kualitas pengelolaan intalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT). Skema pengelolaan lumpur tinja ini diprioritaskan di daerah perkotaan dangan kepadatan penduduk tinggi.

Sesuai dengan amanat UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah menduduki kursi kendali dalam perencanaan strategis di lingkup daerahnya, termasuk untuk pembangunan sanitasi yang merupakan salah satu bagian dari 16 urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Selain itu, konsep rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM)

yang saat ini sedang dibahas akan menjadikan pengelolaan air limbah domestik sebagai salah satu dari enam urusan yang ditetapkan SPM-nya. Hal ini meningkatkan urgensi peningkatan kapasitas dan kreativitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasinya. Gambaran Umum

Kabupaten Muara Enim merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk sebanyak 600.398 jiwa (BPS, 2015), dan sebanyak 19,7% penduduknya tinggal di daerah perkotaan (BPS, 2010). Hanya 1 dari 20 kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk kurang dari 300 jiwa/hektare sehingga sebenarnya sistem sanitasi setempat yang digunakan sudah tidak tepat lagi dan seharusnya sudah diganti menjadi sistem terpusat .

Akses sanitasi layaknya sebesar 70,46% (2016), meningkat dari 66,72% (2015) dan berada di atas akses Provinsi Sumatera Selatan (64,51%). Berdasarkan distribusi target akses sanitasi tahun 2019 di tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang mengacu pada distribusi target akses sanitasi nasional untuk seluruh provinsi, target akses sanitasi layak Kabupaten Muara Enim adalah sebesar 88%. Dengan tren peningkatan akses sanitasi sebesar 3,5% per tahun selama lima tahun terakhir, kesenjangan akses saat ini terhadap target 2019 sebesar 17,54% menimbulkan urgensi percepatan pencapaian target di kabupaten ini. Berdasarkan urgensi tersebut serta komitmen dalam hal pengelolaan air limbah domestik yang aman, Pemerintah Kabupaten Muara Enim mengeluarkan inovasi “Amnesti Tangki Septik Bocor” sejak tahun 2017.

AMNESTI TANGKI SEPTIK BOCOR (ATSB)

Deskripsi Program

Program Amnesti Tangki Septik Bocor (ATSB) dilaksanakan dengan memberikan amnesti pada masyarakat yang belum mempunyai jamban sehat dengan tangki septik aman. Mengambil konsep

dan ketenaran dari program tax amnesty yang diluncurkan pemerintah tahun lalu, program ATSB ini diluncurkan dalam acara “Launching Inovasi Program Amnesti Tangki Septik Bocor Kabupaten Muara Enim” oleh Bupati Muara Enim, Ir. H. Muzakir Sai Sohar dan Wakil Bupati Muara Enim, H. Nurul Aman, S.H. dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

Kabupaten Muara Enim tahun 2017. Bentuk amnesti dalam program ini dilakukan dengan pemberian hibah dari dana APBN/APBD untuk pembangunan tangki septik aman (sebagian termasuk jamban sehat) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem komunal dengan sambungan rumah antara 50–100 Sambungan Rumah (SR). Untuk non-MBR disediakan pula skema bantuan melalui dukungan pembiayaan seperti skema mikrokredit. Program ini juga mencakup pemberian subsidi 100% untuk biaya penyedotan tinja bagi MBR. Selain itu, saat ini sedang dibahas program “traktir sedot tinja” untuk ditawarkan melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR), dengan tujuan dapat menyubsidi layanan sedot tinja untuk masyarakat non-MBR .

Subsidi (atau pengampunan) dalam program ATSB direncanakan berlangsung hingga tahun 2019. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Muara Enim sedang melakukan finalisasi bentuk rewards and punishment yang akan diberikan bila masyarakat yang belum mempunyai tangki septik aman tidak mendaftar pada program ATSB ini.

Program dilakukan dengan memetakan target rumah tangga yang belum memiliki tangki septik aman. Hal ini dilakukan dengan survei teknis tangki septik melalui sinergi berbagai pihak dan program, misalnya aplikasi pendataan berbasis android bagi seluruh pegawai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan kecamatan serta mahasiswa Akademi Kebidanan Muara Enim dalam rangka program pengabdian masyarakat dan kader Posyandu di beberapa kecamatan. Personel pendataan di tiap- tiap OPD dan kecamatan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati. Program juga mencakup kegiatan

coaching permulaan untuk operator IPLT teknis penyedotan dan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Dari aspek regulasi, Pemerintah Kabupaten Muara Enim telah menetapkan Peraturan Bupati Muara Enim Nomor 11 Tahun 2017 tentang Gerakan Menuju Akses Sanitasi Menyeluruh dan Berkelanjutan, yang mencakup pelaksanaan inovasi program ATSB mulai dari tujuan, target, hingga mekanisme dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan. Tahun ini juga sedang disusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik, serta Surat Keputusan (SK) Bupati tentang operator pendata tangki septik seluruh pegawai OPD dan kecamatan. Untuk mendukung koordinasi, Surat Keputusan Bupati tentang Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi (Pokja AMS) juga telah ditetapkan.

Kebutuhan Program

Anggaran yang diperlukan untuk penerapan amnesti bagi MBR sekitar Rp 14,8 milyar selama tiga tahun (2017–2019). Adapun total anggaran untuk pembiayaan keseluruhan program bisa mencapai

lima kali lipat dari biaya tersebut. Besarnya biaya yang diperlukan menuntut adanya sinergi pendanaan dari pemerintah (APBN, APBD, dan APBDes) dan partisipasi dana dan bantuan pembiayaan non- pemerintah (CSR-PKBL dari Dunia Usaha, dana ZISWAF ), serta swadaya masyarakat.

Program ini juga memerlukan peranan berbagai pihak, seperti media yang gencar mempromosikan program ATSB ini, baik media cetak maupun elektronik.

Target Program

Target Program ATSB antara lain adalah tercapainya target akses sanitasi layak sebesar 88,0% pada tahun 2019, meningkatnya penyedotan lumpur tinja dari 3 m3/hari menjadi lebih dari 10 m3/hari, meningkatnya

pemahaman masyarakat mengenai tangki septik aman, tersedianya data kepemilikan jamban sehat dan tangki septik aman, adanya kelembagaan yang mandiri untuk pengelolaan air limbah domestik, dan meningkatnya operasionalisasi IPLT.

(kiri dan tengah)

Beberapa materi sosialisasi Amnesti Tangki Septik Bocor dalam bentuk brosur dan standing banner.

(kanan)

Tampilan aplikasi pendataan tangki septik berbasis android

Tantangan yang dihadapi

1. Keperluan dana yang besar dan kerja sama yang sinergis antara OPD dan stakeholder lainnya untuk mengimplementasikan program ATSB.

2. Promosi yang perlu lebih gencar dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang ATSB.

3. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi oleh Pokja AMS dan pihak terkait.

4. Kapasitas regulator bidang sanitasi dan operator IPLT yang perlu ditingkatkan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari pelaksanaan program ATSB ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muara Enim memperlihatkan kepemimpinan dan kreativitasnya dalam penyediaan layanan sanitasi sekaligus pencapaian target bidang sanitasi pada tahun 2019. Program ASTB menjawab tantangan peningkatan demand, baik pemerintah maupun masyarakat terhadap layanan sanitasi, sekaligus mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan melalui pencegahan pencemaran yang ditimbulkan dari sistem sanitasi setempat yang kurang berkualitas. Pemkab juga menunjukkan inisiatif yang baik dengan menerbitkan dasar hukum untuk gerakan sanitasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk menjamin kejelasan arah dan strategi pembangunan bidang sanitasi bagi seluruh stakeholders. Selain itu, Pemkab pun menunjukkan insiatif yang baik dalam konsolidasi pendanaan, yaitu pemetaan sumber daya potensial yang diarahkan sesuai dengan pemetaan target dan lokasi, tidak hanya dari program pemerintah, tetapi juga dari kontribusi swasta serta skema pembiayaan dan sinergi program lainnya.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi melalui penggunaan aplikasi berbasis android dalam survei teknis tangki septik untuk pemetaan target program juga menunjukkan inisiatif efisiensi sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan program. Diperlukan komitmen dan stamina yang kuat dalam rangka pemantauan program jangka menengah ini. Akuntabilitas pemerintah daerah dalam

mengoordinasikan program inovatif ini perlu dijaga

melalui pelaksanaan dan pemantauan di lapangan secara reguler dan keterbukaan hasil kepada publik. Konsep program yang unik ini perlu terus dipromosikan untuk mendapatkan perhatian seluruh pihak dengan harapan dapat menggalang sumber daya yang diperlukan. Skema apresiasi kreatif terhadap seluruh stakeholder yang berperan juga penting untuk menjamin keberlangsungan dukungan mereka terhadap program ini. g

DAFTAR PUSTAKA

• UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN • UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemda • UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

APRESIASI/ACKNOWLEDGEMENT

Apresiasi diberikan kepada:

1. Segenap jajaran Pemerintah Kabupaten Muara Enim, secara khusus kepada Ketua Pokja Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Muara Enim.

2. Tim Urban Sanitasi Development Program (USDP) yang mendampingi Pemerintah Pusat, dan khususnya dalam kasus ini Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam upaya peningkatan kondisi sanitasi di Indonesia.

Profil Penulis

• Aldy K. Mardikanto adalah Fungsional Perencana Muda, Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) • Hony Irawan dan Yayat Hidayat berasal dari Urban

Optimasi Pengelolaan Fungsi

Dalam dokumen Website Resmi Pusbindiklatren - Bappenas (Halaman 63-68)