4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3. On-axis dan off-axis target
Target selalu bergerak sehingga pada saat dikenakan pancaran bim dari transduser, target tidak selalu ditemukan pada on-axis namun bisa juga pada off-axis. Target yang terletak pada on-axis dengan target off -axis mempunyai
Frekuensi 38 kHz Frekuensi 70 kHz Frekuensi 120 kHz
nilai target strength (Ts) yang berbeda untuk satu target yang sama. Nilai target strength (Ts) pada off-axis bernilai lebih kecil daripada nilai target strength (Ts)
pada on-axis.
4.4. Sebaran Suhu dan Salinitas
Data oseanografi diperlukan untuk mendukung data akustik. Informasi yang diperoleh dari data oseanografi digunakan untuk memperkuat dugaan tentang objek yang diteliti (ikan pelagis). Grafik yang ditampilkan berupa sebaran menegak suhu dan salinitas, seperti pada Gambar 6.
(a) (b)
Gambar 6. Sebaran salinitas (a) dan suhu (b) secara ve rtikal di perairan Parangtritis pada saat survei akustik
4.4.1. Sebaran suhu secara vertikal
Ikan akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan dirinya. Suhu sangat berpengaruh bagi kehidupan ikan dan plankton yang menjadi sumber
makanannya. Perubahan suhu dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi dan stratifikasi secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap distribusi organisme perairan. Perubahan sebesar 0,03 oC akan berpengaruh pada kehidupan ikan.
Jenis ikan yang berbeda mempunyai suhu optimum yang sesuai untuk dirinya. Dengan ini dapat diramalkan daerah konsentrasi ikan, kelimpahan musiman dan ruaya ikan. Pengkonsentrasian makanan ikan pun erat hubungannya dengan suhu, disamping berbagai faktor lain yang juga mempengaruhinya.
Ikan yang berukuran besar akan mencari daerah sumber makanan yang bersuhu lebih rendah daripada ikan-ikan yang berukuran lebih kecil dari jenisnya, hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan fisiologisnya. Kondisi suhu pada seluruh stasiun penelitian di perairan Parangtritis secara vertikal terbagi 3
kedalaman suhu yang berbeda, yaitu: sekitar kedalaman 11,25 - 25,00 m; sekitar kedalaman 25,00 - 70,00 m dan sekitar kedalaman 70,00 - 150 m yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Secara vertikal, suhu semakin menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan. Kedalaman 11,25 - 25,00 m mempunyai selang kisaran suhu yang sangat dekat dibandingkan dengan kedalaman 25,00 - 70 m. Selang kisaran suhu yang dekat terjadi karena pada lapisan ini terjadi proses pengadukan sehingga suhunya tidak berbeda jauh. Kisaran suhu pada kedalaman 11,25 - 25,00 m berkisar antara 28,539 - 29,259 oC. Berdasarkan sebaran kedalaman dan ukuran ikan, kawanan ikan yang terdeteksi pada penelitian ini banyak ditemukan pada kedalaman 11,25 - 22,50 m. Hal itu diperkuat dengan kisaran suhu pada kedalaman ini yang tergolong hangat. Pada kedalaman 25,00 - 70,00 m mempunyai kisaran suhu antara 27,064 - 28,821 oC. Kawanan ikan yang ditemukan pada kedalaman ini cukup banyak. Hal ini dikarenakan ikan
pelagis menyukai daerah yang hangat. Kisaran suhu di lapisan tercampur kondusif bagi kehidupan ikan pelagis.
Kedalaman 70 - 150 m mempunyai sebaran suhu yang lebar dengan kisaran 15,669 - 27,888 oC. Daerah ini lebih dingin daripada daerah di atasnya.
Kawanan ikan yang ditemukan pada lapisan ini jauh lebih sedikit dari pada kawanan di lapisan atasnya. Pada lapisan kedalaman ini, faktor pembatas bagi kehidupan ikan pelagis lebih besar (faktor suhu yang dingin). Hal ini
menyebabkan kawanan ikan yang ditemukan jauh lebih sed ikit dibandingkan dengan kawanan ikan di bagian atasnya.
4.4.2. Sebaran salinitas secara vertikal
Salinitas dapat mempengaruhi tekanan osmotik tubuh organisme termasuk ikan, sehingga ikan dan organisme lain akan menyesuaikan diri dengan dengan kondisi lingkungan atau mencari daerah lain yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya.
Perubahan salinitas pada perairan lepas pantai relatif kecil jika dibandingkan pada daerah pantai. Kondisi salinitas seluruh stasiun di perairan Parangtritis dapat dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan perhitungan, salinitas pada kedalaman 11,25 - 25,00 m berkisar antara 32,911 - 33,962 psu. Pada kedalaman 25,00 - 70,00 m mempunyai kisaran salinitas antara 33,185 - 34,506 psu dan kedalaman 70,00 - 150,00 m salinitasnya berkisar antara 34,222 - 34,686 psu.
4.5. Pembahasan
Secara umum, sebaran kawanan ikan paling banyak ditemukan di dekat lapisan permukaan terutama pada kedalaman 11,25 - 22,50 m. Berdasarkan Tabel 3, threshold yang paling banyak mendeteksi kawanan ikan adalah
threshold yang kecil (-80 dB) disusul oleh threshold sedang (-75 dB), dan yang paling sedikit adalah threshold yang besar (-70 dB).
Perbedaan banyaknya kawanan yang terdeteksi pada threshold yang
berbeda, berlaku juga bagi sebaran plankton yang ditemukan. Threshold -80 dB mendeteksi plankton paling banyak, disusul oleh threshold -75 dB dan -70 dB. Threshold -80 dB merupakan threshold dengan kisaran selang yang lebar, hal ini menyebabkan nilai yang tersaring pada threshold ini lebih banyak, artinya dengan kisaran threshold yang lebar, maka akan semakin banyak target/objek yang terdeteksi. Begitu juga sebaliknya, threshold dengan kisaran sempit akan menyebabkan semakin sedikit objek yang terdeteksi, seperti pada threshold -75 dB dan -70 dB.
Threshold -80 dB dan -75 dB mendeteksi jumlah kawanan ikan yang tidak berbeda jauh. Hal ini berbeda dengan threshold -70 dB yang mendeteksi jumlah kawanan yang cukup berbeda dengan kedua threshold lainnya, dimana hanya sedikit jumlah kawanan ikan yang terdeteksi.
Kawanan ikan yang terdeteksi pada threshold besar (-70 dB) pada Tabel 3 di atas dapat diduga sebagai ikan dengan ukuran besar namun masih tetap dalam kisaran ukuran ikan pelagis kecil. Begitu juga plankton yang ditemukan pada threshold ini diduga sebagai megaplankton. Berdasarkan threshold tersebut dapat dibedakan dengan nyata antara kawanan ikan dengan plankton. Hal ini dikarenakan, nilai Sv dari ikan dan plankton sangat berbeda jauh. Ikan mempunyai nilai Sv yang besar, sementara plankton mempunyai nilai Sv yang
kecil.
Penggunaan threshold yang besar (selang yang pendek) akan terlihat jelas perbedaan antara ikan dengan plankton. Hal ni didukung oleh hasil penelitian Logerwell (2004) yang melakukan penelitian untuk membedakan antara jenis
ikan Wall Eye Pollock (Theragra chalcogramma) dengan Capelin (Mallotus villosusus), menyatakan bahwa penggunaan threshold yang besar dapat digunakan untuk membedakan antara kedua jenis ikan.
Kawanan yang terdeteksi dengan threshold yang kecil (-80 dB) terjadi percampuran antara nilai Sv plankton dengan nilai Sv ikan, sehingga terjadi tumpang tindih antara kawanan ikan dengan plankton. Nilai Sv untuk ikan dan plankton tercampur, sehingga sangat sulit membedakan antara ikan dengan plankton. Pendapat tersebut didukung oleh hasil penelitian Logerwell (2004) yang menyatakan bahwa penggunaan threshold yang kecil menyebabkan terjadinya tumpang tindih antara penyebaran juvenil ikan Theragra
chalcogramma dengan Mallotus villosusus, sehingga sulit untuk membedakannya.
Kawanan yang terdeteksi pada threshold -75 dB (sedang), terjadi
percampuran antara target yang besar dan kecil, dan termasuk percampuran kawanan ikan dengan plankton. Hal yang seperti ini terjadi pada threshold kecil (-80 dB), dan dapat dilihat dari jumlah kawanan yang tidak berbeda jauh dari kedua threshold ini. Pada kedalaman yang sama (11,25 - 22,50 m), threshold -80 dB menemukan 107 kawanan, sementara pada threshold -75 menemukan 106 kawanan. Pada kedalaman yang lain, juga ditemukan hasil yang tidak berbeda jauh untuk kedua thresahold ini. Hal ini disebabkan ada sebagian nilai
v
S plankton yang masuk terdeteksi sebagai nilai Sv yang dianggap sebagai ikan. Kawanan ikan paling banyak ditemukan pada kedalaman 11,25 - 25,00 m dan cukup banyak pada kedalaman 25,00 - 70,00 m, hal ini dikarenakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan sangat sedikit. Selain faktor suhu yang hangat, ketersediaan oksigen yang melimpah yang berasal dari atmosfer dan dari hasil
fotosintesis fitoplankton. Ikan pelagis, terdapat banyak di lapisan permukaan bertujuan untuk mencari makanan yang terdapat banyak di lapisan permukaan.
Faktor pembatas pada lapisan kedalaman 70,00 - 150,00 m lebih besar (faktor suhu yang dingin). Hal ini menyebabkan kawanan ikan yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kawanan ikan di dekat lapisan
permukaan.
Plankton tersebar secara vertikal dan horizontal. Plankton yang terjaring pada threshold besar (-70 dB) sangat sedikit jumlahnya. Hal ini terjadi karena nilai Sv target yang besar saja yang dapat masuk pada threshold ini, sehingga
sedikit sekali plankton yang terdeteksi. Plankton yang ditemukan threshold sedang (-75 dB) jumlahnya lebih banyak, hal ini disebabkan pada threshold ini memungkinkan nilai Sv target kecil ikut terjaring. Kedalaman penyebaran rata-
rata plankton ditemukan paling banyak pada threshold kecil (-80 dB), hal ini terjadi karena nilai Sv target yang sangat kecil bisa terdeteksi.