6.1 UJI COBA DAN PENGOPERASIAN POMPA
1) Hidupkan mesin diesel sesuai SOP atau petunjuk kerja yang berlaku atau kontakkan handle sakelar utama apabila menggunakan PLN.
2) Pastikan tegangan, frekuensi, arus listrik sesuaikan dengan ketentuan atau SOP.
3) Geser sakelar utama pada posisi “ON”.
4) Hidupkan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi melebihi elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP.
5) Lakukan kegiatan seperti butir 3), sesuai dengan kecepatan naiknya elevasi muka air di dalam kolam retensi dengan kapasitas pompa menurut ketentuan di dalam SOP.
6) Atur aliran air dari saluran yang masuk ke dalam kolam retensi dengan pintu air terutama pada musim kering. Apabila pengaturan air masuk ke dalam kolam retensi dengan pintu air, supaya air limbah dari saluran tidak masuk ke dalam kolam retensi.
7) Matikan pompa apabila elevasi muka air di dalam kolam retensi sudah mencapai elevasi normal sesuai dengan ketentuan di dalam SOP.
6.2 PEMELIHARAAN STASIUN POMPA
1) Stasiun pompa sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang tetap harus dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh. Untuk itu secara rutin petugas harus menjaga kebersihan lingkungan instalasi.
2) Secara berkala stasiun pompa harus dicat agar dari segi estetika indah dan nyaman untuk dijadikan sarana rekreasi bila perlu.
3) Sewaktu pompa tidak dioperasikan periksa kelengkapan saringan sampah di bagian depan pompa. Lakukan pembersihan terutama dari sampah-sampah plastik yang dapat merusak poros dan propeller pompa.
4) Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena termakan usia atau oleh binatang pengerat seperti tikus dll.
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami,
37
5) Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering.
Sebab semua petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir dadakan.
6.3 PENGOPERASIAN PINTU AIR INLET, OUTLET DAN PEMBAGI
1. Untuk kolam retensi tipe di samping badan sungai
a. Pada saat banjir datang pintu inlet dibuka, air dari sungai akan masuk dan mengisi kolam retensi.
b. Jika muka air di kolam retensi telah mencapai level maksimum maka pintu air outlet dibuka secukupnya sehingga air di kolam retensi bisa keluar kembali ke sungai, tetapi muka air dalam kolam retensi harus dijaga agar tetap pada level maksimum.
c. Pada saat banjir telah surut maka air di kolam retensi dikeluarkan melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, hal ini dimaksudkan untuk menerima banjir berikutnya/yang akan datang.
d. Di musim kemarau pintu inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi tetap terjaga dalam keadaan normal.
2. Untuk kolam retensi tipe di dalam badan sungai
a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari sungai akan masuk dan mengisi kolam retensi.
b. Meskipun muka air di kolam retensi telah mencapai elevasi maksimum, pintu air outlet tetap ditutup, sehingga air dari kolam retensi mengalir ke sungai melalui pelimpah bendung
c. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka air di kolam retensi dikeluarkan melalui pintu outlet sampai mencapai muka air minimum, keadaan ini untuk menerima banjir berikutnya / yang akan datang.
d. Di musim kemarau pintu outlet ditutup, sehingga di kolam retensi tetap ada air.
38
3. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di samping badan saluran/sungai
a. Pada saat banjir datang pintu pembagi ditutup. Sebaliknya pintu inlet dibuka, sehingga air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu pembagi dibuka agar air di saluran drainase bisa mengalir ke sungai secara gravitasi.
Selain itu pintu air inlet harus ditutup, agar air tidak masuk ke kolam retensi.
c. Di musim kemarau pintu air inlet ditutup, sesekali dibuka hanya untuk memasukkan air ke kolam retensi, agar muka air di kolam retensi dalam keadaan normal.
4. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam di dalam badan saluran/sungai
a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi.
c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam retensi tetap ada air.
5. Untuk sistem polder dengan pompa dan kolam tipe memanjang
a. Pada saat banjir datang pintu outlet ditutup, air dari saluran drainase akan masuk dan mengisi kolam retensi. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pengoperasian pompa.
b. Pada saat banjir di sungai telah surut, maka pintu outlet dibuka agar air di kolam retensi bisa mengalir ke sungai secara gravitasi.
c. Di musim kemarau pintu outlet dibuka secukupnya, sehingga di kolam retensi tetap ada air.
39
6.4 PEMELIHARAAN PINTU AIR INLET, OUTLET DAN PEMBAGI 1. Melumasi pintu-pintu air.
2. Pengecatan pintu-pintu air.
3. Membersihkan sampah atau endapan di pintu-pintu air.
4. Lakukan perbaikan secara berkala untuk pintu-pintu air yang mengalami kerusakan.
6.5 PEMELIHARAAN KOLAM RETENSI
1. Pembersihan sampah-sampah yang menyangkut di saringan sampah secara rutin.
2. Cegah sedini mungkin penyerobotan terhadap lahan dan bantaran kolam retensi dari bangunan-bangunan pemukiman liar.
3. Secara berkala keruk sedimen yang terlanjur masuk ke kolam retensi agar fungsi daya tampung kolam retensi tidak menyusut.
4. Angkat saringan sampah secara berkala bersihkan dan cat kembali.
5. Bersihkan saluran inlet/outlet secara rutin.
6. Lakukan perbaikan secara berkala untuk bangunan air yang mengalami kerusakan.
7. Tembok pasangan batu yang rusak segera diperbaiki, untuk ini harus secara rutin dilakukan inspeksi terutama pada stalling basin pintu inlet.
Atau kolam retensi dilengkapi dengan saluran gendong biasanya saluran tersebut tepi kanan dan kirinya dilapisi dengan pasangan batu kali.
8. Bersihkan kolam retensi yang ditumbuhi gulma seperti eceng gondok.
Bila perlu ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti pembuatan tas, serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.
40
Kesimpulan
a) Laporan mengenai pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai berikut :
1) Setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan polder;
2) Laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas pembuatan kolam retensi dan polder.
b) Koordinasi dan Tanggung Jawab Perencanaan
Koordinasi dan tanggung jawab pembuatan kolam retensi dan polder dijelaskan sebagai berikut :
3) Seluruh penyelenggaraan teknis pekerjaan pembuatan kolam retensi dan polder agar dilaksanakan di bawah koordinasi dan tanggung jawab seorang ahli yang kompeten, dibantu tim terpadu yang karena pelatihan dan pengalamannya berpengetahuan luas dan ahli dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan kolam retensi dan polder;
4) Apabila dalam tahapan pembuatan kolam retensi dan polder timbul masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang, maka masalah tersebut harus diajukan kepada pihak berwenang yang lebih tinggi.
41