• Tidak ada hasil yang ditemukan

Operasi Penangkapan

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 34-44)

a. Persiapan Operasi Penangkapan

Persiapan operasai penangkapan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Hal ini bertujuan agar kebutuhan operasional kapal dan awak kapal dapat terpenuhi sehingga dapat membantu kelancaran operasi penangkapan di kapal. Sebelum kapal berangkat meninggalkan pelabuhan menuju daerah yang ditentukan sebagai daerah penangkapan (fishing ground), persiapan-persiapan yang harus dilengkapi meliputi persiapan di darat dan persiapan di laut.

1) Persiapan di Darat

Adapun persiapan-persiapan yang harus diperhatikan yaitu : a) Perbekalan

Sebelum kapal menuju fishing ground, kapal harus terlebih dahulu mengisi perbekalan yang dibutuhkan selama operasi penangkapan berlangsung. Kegiatan yang dilakukan adalah mengisi air tawar, bahan makanan, bahan bakar, suku cadang mesin dan alat tangkap beserta perlengkapan lainnya.

b) Perlengkapan Dokumen Kapal

Persiapan perlengkapan dokumen kapal berupa pengurusan perlengkapan surat-surat atau dokumen-dokumen kapal oleh nahkoda seperti Surat Izin Berlayar (SIB), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Sijil Awak Kapal dan surat-surat lainnya.

c) Pemeriksaan atau Pengecekan

Pengecekan lainya sebelum kapal berlayar yaitu nahkoda mengadakan pemeriksaan peralatan navigasi, alat-alat komunikasi, alat-alat keselamatan, dan keadaan seluruh serta semua perbekalan yang telah disiapkan dirinci kembali kelengkapannya termasuk awak kapal,`memeriksa keadaan alat tangkap beserta suku cadangnya dan`mengecek peta penangkapan (fishing ground). Kepala mesin juga memeriksa mesin dan melengkapi segala

35 kekurangan yang ada, menyiapkan segala cadangan dan kunci-kunci yang diperlukan. Setelah yakin semua lengkap, nahkoda menyatakan bahwa kapal siap untuk berangkat.

2) Persiapan di Laut

Persiapan di laut merupakan pemasangan dan pemeriksaan kembali yang dilakukan oleh awak kapal, persiapan alat tangkap purse seine dan alat bantu penangkapan lainnya. Alat-alat bantu penangkapan yang tak layak lagi dipakai segera diganti dengan yang baru. Hal ini bertujuan agar dalam operasi penangkapan nanti tidak menggangu/menghambat kelancaran selama operasi penangkapan berlangsung. Persiapan ini biasanya dilakukan setelah kapal berada di daerah fishing ground yang sudah ditentukan.

b. Pelaksanaan Operasi Penangkapan

1) Pencarian Daerah Operasi Penangkapan (Fishing ground)

Sebelum melaksanakan operasi penangkapan harus dicari fishing ground atau daerah penangkapan terlebih dahulu dan daerah ini harus memiliki banyak gerombolan ikan. Beberapa persyaratan daerah penangkapan yang dianggap baik untuk alat tangkap purse seine adalah :

a) Perairannya terdapat kawanan ikan yang hidupnya bergerombol. b) Jenis ikan-ikan tersebut memiliki sifat peka terhadap cahaya. c) Jenis ikan-ikan tersebut dapat dikumpulkan dengan alat

pengumpul (lampu atau rumpon).

d) Kedalaman perairan lebih dalam dari pada alat penangkap ikan yang akan digunakan.

Adapun cara untuk mencari gerombolan ikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(1) Adanya buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan-ikan.

36 (2) Lompatan ikan-ikan ke permukaan laut.

(3) Perubahan warna air laut, dikarenakan gerombolan ikan sedang berenang dekat permukaan air laut.

(4) Riak-riak kecil di atas permukaan air laut, hal ini disebabkan gerombolan ikan tadi memakan ikan-ikan kecil yang ada di permukaan air.

(5) Burung-burung yang bergerombol menukik menyambar ikan-ikan yang ada di permukaan air laut.

(6) Dan memperhatikan fish finder.

Kegitan tersebut terjadi pada saat dini hari sebelum matahari terbit dan pada senja hari setelah matahari terbenam karena pada saat itu ikan sedang mencari-cari makanan dan naik kepermukaan air.

Untuk menentukan daerah fishing ground maka yang dilakukan oleh nakhoda KM. Semangat Jaya adalah mencari informasi dari kapal yang sudah melaut terlebih dahulu. Jadi para pelaut yang telah melaut lebih dahulu menginformasikan situasi dan kondisi laut pada nahkoda yang akan melaut. Informasi yang di berikan meliputi; keadaan ombak, keadaan angin, arus dan di mana tempat (fishing ground) mereka menangkap ikan yang hasilnya paling banyak.

2) Daerah Penangkapan

Dalam menentukan daerah penagkapan ikan demi mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan ikan, salah satu hal yang menentukan adalah penentuan daerah penangkapan. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) KM. Semangat Jaya di antarannya :

a) Perairan Pulau Banyak – Aceh Singkil b) Perairan Sinabang - Simeulue

c) Perairan Labuhan Haji – Aceh Selatan d) Perairan Calang – Aceh Jaya

37 Daerah ini merupakan daerah dimana banyak terdapat gerombolan ikan yang merupakan sasaran penangkapan. Daerah ini berkisar antara :

(1) Lintang 030 45011’’LS – 030 53 18’’ LS (2) Bujur 1450 02555’’ BT – 1720 52602BT.

Di daerah-daerah penangkapan (fishing ground) ini banyak terdapat berbagai macam ikan, seperti pada tabel berikut :

No Nama Ikan Nama Inggris Nama Latin (Ilmiah)

1 Tongkol Frigate Auxis Thazard

2 Cakalang Skipjack Katsuwonus pelamis

3 Tuna Sirip Kuning Yellow Fin Tuna

Tabel. 5. Jenis ikan-ikan yang ditangkap

Ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan pelagis yang senang hidup berkumpul dan bergerombol dalam jumlah yang cukup besar di permukaan air laut.

3) Teknik Operasi Penangkapan a) Persiapan

Setelah merasa yakin dengan posisi yang dituju merupakan daerah operasi penangkapan, kapal menurunkan jangkar dilanjutkan dengan menurunkan rumpon depan dan rumpon belakang. Setelah hari menjadi gelap atau malam hari lampu galaxi dinyalakan. Untuk menentukan setting ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :

(1) Pencahayaan Bulan

Jika terjadi pencahayaan bulan yang kuat (bulan purnama), maka operasi penangkapan tidak dapat dilaksanakan karena

38 pengaruh cahaya bulan dapat mengakibatkan ikan tersebar merata dan ikan tidak bergerombol.

(2) Arus

Keadaan arus yang dilihat yaitu arus bawah dan arus atas harus searah dan pergerakanya harus sedang/ tidak terlalu kuat. Jika diantara arus atas dan arus bawah tidak searah dan memiliki pergerakan/tekanan yang sangat kuat, maka kalau kita menurunkan jaring akan ada beberapa kemungkinan yaitu :

(a) Ikan tidak tertangkap.

(b) Jaring tidak dapat melingkar dengan sempurna dan jaring bisa menjadi kusut.

(c) Jaring masuk ke dalam propeller/baling-baling kapal. (d) Jaring sobek dan biasa hilang.

Demi keberhasilan operasi penangkapan, maka keadaan alam juga sangat berpengaruh. Jika cahaya bulan tidak terlalu kuat/tidak terjadi penyinaran sama sekali, dan arus stabil barulah pengoprasian bias berlangsung.

c. Setting

Setelah keadaan alam diperkirakan sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka operasi bisa dilakukan, dan setting segera dimulai:

1) Lampu galaxy/ halogen depan dimatikan. 2) Rumpon lambung kapal dinaikkan.

3) Lampu galaxy/ halogen dimatikan secara berurutan dari depan ke belakang, kecuali lampu galaxy yang mengarah ke arah rumpon belakang.

4) Rakit lampu diturunkan ke laut dengan didampingi oleh dua orang ABK. Setelah diikat dengan tali rumpon belakang, rakit lampu dinyalakan dan lampu galaxy dimatikan semua.

5) Sambil menunggu ikan membentuk gerombolan pada rakit lampu/ rumpon, jangkar segera ditarik (kapal meninggalkan lampu/ rumpon).

39 6) Kapal mengitari rakit lampu yang diikatkan pada rumpon buritan yang dilepas. Di usahakan ikan masih mengumpul di rumpon dengan cara menjaga cahaya lampu pada rumpon. Nahkoda bersiap-siap memberikan instruksi dimulainya setting.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan setting yaitu dengan mengikuti pola:

a) Arah Angin

Pada saat akan melakukan setting hal yang harus selalu diperhatikan adalah arah angin. Pada saat cuaca baik jaring diturunkan di bawah angin dan kapal berada diatas angin, sehingga pada saat jaring selesai diturunkan kapal akan melintang angin, dan jaring akan terdorong oleh arus. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu proses penarikan tali kolor berlangsung dimana kapal (mesin) dalam keadaan berhenti, kapal tidak masuk dalam lingkaran jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit baling-baling kapal.

b) Arus

Selain arah angin, arus merupakan hal yang tidak boleh kita abaikan pada saat melakukan setting. Arah arus yang mendorong jaring diupayakan tidak membuat posisi jaring menjadi semakin mendekati dan menyelimuti kapal atau menghindari kondisi dimana akibat dorongan arus menyebabkan posisi kapal semakin mendekati dan masuk ke dalam lingkaran jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit baling-baling kapal.

c) Panjang jaring

Seorang Nakhoda harus mengetahui dengan pasti berapa panjang jaring yang akan dioperasikannya. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan keliling lingkaran jaring serta jari-jari lingkaran atau merupakan jarak antara rumpon/rakit lampu kapal sehingga

40 bentuk lingkaran jaring bisa tepat dan sudut kemudipun dapat diperhatikan.

Setting diawali dengan diturunkannya tali selambar depan yang dibawa oleh seorang ABK. Kapal maju dan mengkitari rakit lampu/rumpon dengan kecepatan penuh sambil menurunkan jaring. Kapal mengurangi kecepatanya setelah jaring hampir senuanya berhasil diturunkan dan bertemu dengan ABK yang membawa tali selembar ditarik keatas untuk melepaskan tali kolor yang sebelumnya telah diikatkan pada tali selembar depan. Kemudian tali kolor (purse seine) segera diberikan kepada petugas yang berada dibagian purse winch.

d. Hauling

Hauling diawali dengan menarik tali kolor dengan menggunakan purse winch, kecepatan penarikan sesuai dengan keadaan angin, arus, dan ombak. Apa bila arus sangat kuat maka jangan menarik tali kolor terlalu kuat karena bisa mengakibatkan putusnya tali kolor. Jika kedalaman laut lebih dangkal dari tinggi jaring maka penarikan tali kolor segera dilakukan untuk menghindari agar jaring dan pemberat tidak menyentuh dasar perairan. Namun jika penangkapan dilakukan di laut dalam, penarikan tali kolor tidak perlu tergesah-gesah dilakukan dan sebaiknya menunggu sampai pemberat jaring turun semua. Hal ini dapat diketehui dengan tanda yaitu pelampung telah rata-rata mengapung, barulah dilakukan penarikan tali kolor. Penarikan tali kolor dilakukan dengan menggunakan purse winch. Sedangkan badan jaring, tali ris atas dan pelampung ditarik dengan tenaga manusia sampai jaring membentuk kantong di bagian sisi sebelah kanan kapal. Setelah hampir seluruh jaring dinaikkan, pelampung diikat dengan menggunakan boom/ganco atau menggunakan tali pada boom dan ikan di naikkan menggunakan caduk dan segera dimasukan ke dalam palka kapal.

Apabila ikan hasil tangkapan telah dimasukkan seluruhnya ke dalam palka, ikatan pelampung pada boom dilepas. Jaring yang masih ada di air dinaikkan kemudian diperiksa apabila ada yang sobek dan langsung

41 ditambal. Ikan yang masih tersangkut di jaring dikeluarkan karena dapat merusak jaring. Apa bila sudah selesai melakukan penambalan kegiatan selanjutnya adalah penyusunan jaring pada lambung kanan kapal dengan cara jaring ditarik bersama-sama oleh semua awak kapal lalu disusun.

Gambar 9. Susunan Jaring Lambung kanan kapal

Semua peralatan kerja (alat bantu penangkapan da alat kerja lainnya) di rapikan disimpan di tempatnya semula, kemudian di lakukan pembersian dek kapal.

e. Penaganan Ikan Pasca Hasil Tangkap

Setelah ikan tertangkap, hal yang sangat penting dilakukan adalah penanganan ikan hasil tangkapan. Ikan adalah komoditi yang mudah mengalami pembusukan, maka jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat ikan-ikan tersebut akan busuk atau rusak dan apa yang telah kita lakukan akan menjadi sia-sia. Penanganan yang di lakukan pada KM. Semangat Jaya adalah dengan satu macam cara, yaitu :

42 Ikan yang telah tertangkap dimasukkan ke dalam palka ikan dengan menggunakan caduk. Dasar palka sebelumnya telah diberi pecahan es setebal ±15cm. Pada waktu memasukan ikan ke dalam palka, diharapkan ikan dan es bisa bercampur dengan merata. Setelah itu di atas ikan diberi pecahan es lagi, begitu seterusnya (Es→Ikan→Es).

Karena ikan yang tertangkap rata-rata adalah ikan kecil, maka pada saat memasukan ikan ke dalam palka tidak bisa satu persatu. Oleh karena itu untuk menyiasati agar ikan tetap segar dan es tidak meleleh, maka KM. Semangat Jaya tidak menggunakan es curah, tetapi menggunakan es batu yang telah dihancurkan dengan martil kayu besar dan es dimasukan ke dalam tenpayan yang terbuat dari karet/ban mobil. Tujuannya agar es tadi tidak mudah meleleh sehingga ikan masih dalam keadaan segar dan dingin. Untuk menjaga kualitas ikan, khususnya untuk waktu yang agak lama maka ikan dicampur dengan sedikit garam. Keadaan palka harus selalu diperhatikan. Jika air yang disebabkan oleh pencairan es di dalam palka sudah banyak maka harus segera dikeluarkan dengan menggunakan pompa air.

g. Bongkar dan Lelang

Setelah kapal sampai di pelabuhan, nahkoda segera melapor ke syahbandar dan perusahaan memberitahukan kapal telah masuk ke pelabuhan. Pembongkaran dilakukan tergantung dari kapal itu sendiri. Kegiatan bongkar dilakukan oleh Buruh bongkar kapal di pelabuhan. Adapun cara pembongkaran di kapal KM. Semangat Jaya dengan dua cara yaitu, Ikan yang di awetkan dengan media es ini biasanya masih dalam keadaan segar dan dapat disebut ikan segar. Ikan dikeluarkan dari palka oleh 3-4 orang anak buah kapal dengan menggunakan caduk kecil dan salah satu anak buah kapal menyiram ikan dengan air bersih supaya kotoran yang menempel pada tubuh ikan bisa hilang.

43 Gambar 9. Pembongkaran ikan

44

BAB V

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang (Halaman 34-44)

Dokumen terkait