• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Pengelolaan Kawasan Sehamparan (Corporate Farming) Untuk meminimalisasi tekanan terhadap lahan sawah, perlu dirancang

pengelolaan lahan sawah dalam kelompok sehamparan. Kepemilikan lahan sawah dewasa ini terus mengalami penyusutan, sehingga alternatif ini perlu dipertimbangkan. Adanya sistem waris yang membagikan lahan sawah kepada keturunannya telah menyebabkan fragmentasi lahan. Untuk itulah sistem kawasan sehamparan perlu diterapkan untuk mengimbangi penyusutan kepemilikan. Dalam konsep ini, lahan sawah dikelola oleh satu manajemen agar efisien.

Implementasi strategi kebijakan pengendalian konversi lahan sawah berdasarkan periode pengelolaan, jangka pendek (S-short term, 3 tahun), jangka menengah (M-medium term, 5 tahun) dan jangka panjang (L-long term, 10 tahun) disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Strategi kebijakan pengendalian konversi lahan sawah di dalam DAS Citarum

Kebijakan Rencana Program S M L

1. Peningkatkan ketegasan tata ruang untuk zonasi sawah dilindungi pada setiap wilayah

administrasi

Mempercepat daerah dalam membuat Perda

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)

Penyusunan naskah akademik untuk Perda LP2B

Penerbitan Perda LP2B

Pembelian lahan sawah oleh pemerintah secara bertahap

Pelaksanaan konsep land banking system

Pendampingan untuk penerapan Perda LP2B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Melakukan kajian daya dukung pangan daerah serta pemetaan potensi lahan sawah potensial dalam revisi RTRW

Pembuatan Roadmap lahan potensial berdasarkan dimensi keberlanjutan keberlanjutan, yang bersifat spesifik lokasi sesuai dengan faktor pembatas

√ √

Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui

penanaman padi dengan metode

system of rice intensification

(SRI)

Tabel 34 Strategi kebijakan pengendalian konversi lahan sawah di dalam DAS Citarum (Lanjutan)

Kebijakan Rencana Program S M L

2. Peningkatan

penyuluhan untuk blue economy dan dampak konversi lahan sawah

Melakukan penyuluhan

blue economy

Peningkatan jumlah dan standar penyuluh

Training Need Assessment

dalam melaksanakan konsep

blue economy

Pelaksanaan pelatihan kepada penyuluh untuk blue economy

Pelaksanaan penyuluhan

intensif untuk meningkatkan minat petani Pendampingan pelaksanaan blue economy √ √ √ √ √ √ √ √ √ Melakukan penyuluhan mengenai pemanfaatn limbah dan peningkatan produksi

Pembuatan Video ilustrasi pemanfaatan berbagai limbah pertanian

Mencanangkan program "Cinta Sawah"

√ √

√ √

3. Penegakan Hukum Meningkatkan kontrol pertumbuhan permukiman dan bangunan di areal lahan sawah

Penentuan daerah-daerah rentan konversi

Pemanfaatan lahan marginal untuk arahan pembangunan perumahan dan bangunan

√ √ √

Penerapan pajak progresif untuk pembangunan perumahan di areal persawahan dan pembangunan hanya untuk rumah vertikal

√ √

Pelarangan dan pemberian sanksi untuk pembangunan pada areal yang telah ditentukan sebagai zonasi sawah dilindungi

√ √

Memperketat pemberian IMB pada sawah potensial

√ √

4. Pemanfaatan limbah hasil produksi padi

Membangun industri pengolah limbah

Penyusunan blue printblue economy dalam pengelolaan limbah yang sesuai di masyarakat

√ √

Pembangunan industri pengolah limbah padi

√ √ √

Pembentukan percontohan pemanfaatan limbah padi di petani

Tabel 34 Strategi kebijakan pengendalian konversi lahan sawah di dalam DAS Citarum (Lanjutan)

Kebijakan Rencana Program S M L

5. Optimalisasi bantuan pemerintah dan meningkatkan minat penerus petani

Peningkatan hasil produksi tani

Peningkatan bantuan saprodi

Kontrol bantuan yang tepat waktu dan tepat sasaran

Bantuan bibit dengan kualitas baik dan minim air

√ √ √ √ √ √ √ √ √ Melakukan penyuluhan konsep petani modern

Penyuluhan kepada petani mengenai konsep petani modern

√ √

Pelaksanaan konsep satu pengelola dalam rangka minimalisasi fragmentasi lahan

√ √

Memberikan beasiswa kepada anak petani dan petani yang memiliki lahan sawah potensial

Penentuan bantuan untuk petani yang memiliki lahan potensial

Pemberian beasiswa kepada anak petani untuk studi di sekolah pertanian √ √ √ √ 6. Penyusunan regulasi dan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pengelolaan kelembagaan land banking system - LP2B Pemerintah berbasis pemberdayaan masyarakat

Menyusun regulasi dan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi, pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan pengelolaan kelembagaan

land banking system- LP2B Pemerintah

Penyusunan naskah akademik dalam pembentukan land banking system - kelembagaan LP2B Pemerintah

Pembuatan Roadmap

pengelolaan land banking system - kelembagaan LP2B Pemerintah

Penyusunan Juklak dan Juknis

land banking system - Kelembagaan LP2B

Pendampingan oleh pemerintah daerah dalam penerapan land banking system - Kelembagaan LP2B

Penentuan areal persawahan yang perlu dimiliki Pemerintah

Penentuan Daerah percontohan

land banking system - Lembaga LP2B Daerah

Penyusunan AD/ART land banking system - Lembaga LP2B Daerah

Penyusunan rencana aksi land banking system - Lembaga LP2B Pemerintah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Tabel 34 Strategi kebijakan pengendalian konversi lahan sawah di dalam DAS Citarum (Lanjutan)

Kebijakan Rencana Program S M L

7. Optimalisasi Pembentukan Corporate Farming Membentuk Corporate Farming di daerah Optimalisasi program Corporate Farming Pendampingan dalam Corporate Farming √ √ √ √ √

Pemberian bantuan kepada

Corporate Farming yang telah berjalan

√ √ √

Jaminan stabilitas harga kepada sentra penampungan dan pemasaran

√ √ √

Peningkatan indeks penanaman (IP) menjadi 2,3 dalam setahun

Berdasarkan hasil penelitian model pengendalian konversi lahan sawah ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keberlanjutan lahan sawah di sentra produksi beras di dalam DAS Citarum berada pada status cukup berkelanjutan dengan nilai keberlanjutan sebesar 61,61. Namun demikian, keberlanjutan tersebut cukup rentan bagi keberadaan lahan sawah, karena terdapatnya nilai dimensi yang kurang berkelanjutan. Dimensi ekonomi yang merupakan dimensi yang paling sensitif berdasarkan pendapat dari semua stakeholder. Intervensi kebijakan prioritas dapat meningkatkan status keberlanjutan menjadi 71,73. Dari hasil analisis multidimensional scaling diketahui beberapa tindakan yang diperlukan pada faktor pengungkit utama untuk meningkatkan keberlanjutan. Tindakan yang diperlukan mencakup penyuluhan secara khusus mengenai optimalisasi produksi dan pemanfaatan limbah, bantuan pemerintah tepat waktu dan tepat sasaran, pemanfaatan limbah padi, pengadaan industri pengolah hasil limbah untuk memberikan nilai tambah pertanian lahan sawah, pembuatan produk-produk turunan padi dan penegakan hukum untuk mengendalikan konversi pada lahan sawah potensial.

2. Konversi lahan sawah masih akan tetap tinggi jika tidak ada kebijakan khusus dalam perlindungan lahan sawah. Hal ini terlihat dari berbagai kondisi skenario yang dibangun dalam penelitian ini. Pada skenario optimis, lahan sawah akan berkurang seluas 25.064,57 ha sampai tahun 2030; pada skenario moderat, lahan sawah akan berkurang seluas 29.768,23 ha pada tahun 2030. Karena itu, diperlukan perlindungan oleh pemerintah untuk menahan laju konversi.

3. Dalam lingkup penelitian ini yang mencakup 4 kabupaten (Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung), lahan sawah yang dominan terkonversi berada di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung. Hal ini antara lain disebabkan karena Kabupaten Karawang merupakan salah satu jalur utama lalu lintas antar wilayah di wilayah pantai utara Pulau Jawa, sementara di Kabupaten Bandung semakin berkembang areal wisata yang mengubah lahan sawah menjadi penggunaan lain dengan nilai land rent yang lebih tinggi. Di wilayah penelitian, perubahan luas lahan sawah berdasarkan hasil analisis dinamika spasial adalah menjadi 107.573,37 ha pada tahun 2030, atau terjadi pengurangan lahan sawah seluas 38.330,61 ha. Sebaliknya, luas penggunaan lahan permukiman meningkat menjadi 95.035,69 ha pada tahun 2030 atau mengalami peningkatan sebesar 40.465,70 ha.

4. Alternatif strategi kebijakan terpilih dari hasil penelitian ini penerapan land banking system dan LP2B pemerintah berbasis pemberdayaan petani. Dalam hal ini, diarahkan agar lahan dibeli oleh pemerintah secara bertahap. Kendala dalam penerapan kebijakan land banking system-LP2B pemerintah berbasis masyarakat antara lain adalah adanya pemanfaatan

lahan untuk kepentingan pemerintah, kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan ekonomi, penyusutan kepemilikan karena sistem pewarisan lahan, fakta bahwa pertanian kurang menjanjikan secara ekonomi, kurangnya dukungan pemerintah dalam orientasi jangka panjang, kurangnya pemahaman petani tentang kawasan LP2B, serta belum terbentuknya rasa memiliki lahan sawah.

Saran

Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk keberhasilan pengendalian konversi lahan sawah adalah:

1. Perlunya penetapan kebijakan untuk pengalokasian lahan yang harus dibeli pemerintah dengan konsep land banking system. Lahan dimaksud merupakan lahan yang sangat potensial sebagai penjamin kedaulatan dan ketahanan pangan nasional. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar lahan potensial berada di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung. 2. Lahan sawah eksisting perlu dikelola lebih intensif melalui peningkatan

indeks pertanaman (IP) dan diversifikasi pola tanam dengan memanfaatkan jenis tanaman pangan lainnya, di satu sisi untuk meningkatkan pemanfaatan lahan dan menambah pendapatan petani. 3. Pemberian bantuan kepada petani perlu dilakukan, berupa peningkatan

bantuan saprodi, kontrol yang lebih baik agar bantuan lebih tepat waktu dan tepat sasaran, peningkatan bantuan bibit yang berkualitas dan bantuan beasiswa pendidikan kepada anak petani sebagai penerus pengelola pertanian, untuk meningkatkan minat petani dan penerusnya dalam mengelola lahan pertanian.

4. Disarankan dilakukan pembangunan industri pemanfaatan limbah untuk meningkatkan pendapatan petani diluar produksi padi. Pengembangan produk turunan padi dapat dilakukan dengan menerapkan konsep blue economy.

Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 25(3):231-245.

Agus F, Watung RL, Suganda H, Tala’ohu SH, Wahyunto, Sutono S, Setiyanto A, Mayrowani H, Nurmanaf AR, Kundarto M. 2002. Assessment of Enviromental Multifunction of Paddy Farming in Citarum River Basin, West Java, Indonesia. Bogor, 2 Oktober dan Jakarta, 25 Oktober 2002. Dalam Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Puslitanak. Badan Litbang Pertanian. Hal 1-28.

Agus F, Watung RL, Suganda H, Tala’ohu SH, Sutono S, Nurmanaf R. 2003. Multifunctionality and Sustainability of Paddy Fields in Citarum River Basin, West Java. Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Semua Lahan Pertanian. Puslitanak. Bogor. Badan Litbang Pertanian. 2 Mei 2001. Hal 113-133.

Alder J, Pitcher TJ, Preikshot D, Kaschner K, Ferriss B. 2000. How Good is Good? In: Methods for Assessing the Impact of Fisheries on Marine Ecosystems of The North Atlantic. Pauly D, Pitcher TJ. Fisheries Centre Research Reports. 8(2):136-182.

Alessandra F, Maiorano L, Boitani L. 2007. Changes in Land-Use/Land Cover Patterns in Italy and Their Implications for Biodiversity Conservation. Landscape Ecol. 22: 617-631.

Andriamasari H. 2015. Potensi dan Strategi Pengembangan Pertanian Periurban Di Kabupaten Bogor. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Ariani RD. 2012. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Di Kawasan Pertanian (Kasus Kecamatan Minggir dan Moyudan). Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Ashari. 2009. Pendirian Bank Pertanian Di Indonesia: “Apakah Agenda Mendesak?”. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 8(1):13-27.

Astuti UP, Wibawa W, Ishak. 2011. Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi Kelapa Sawit di Bengkulu: Kasus Petani di Desa Kungkai Baru. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian. Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Bengkulu 7 Juli 2011. Hal. 189-195.

Asysyifa. 2009. Karakteristik Sistem Perladangan Suku Dayak Meratus Kecamatan Loksado Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis Borneo. 25:98-109.

Badan Ketahanan Pangan. 2013. Kebijakan Stabilitas Harga Pangan 2002-2012. Kementerian Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2015. Pemanfaatan Bekatul, Limbah Penggilingan Padi sebagai Tepung Rendah Lemak. Info Teknologi. Balitbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Baja S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Barlowe R. 1986. Land Resources Economics 4th Edition. New Jersey. Prentice Hall Inc.

Barokah U, Supardi S, Handayani SM. 2012. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Kabupaten Karanganyar. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Barus B, Panuju DR, Munibah K, Iman LS, Trisasongko BH, Widiana N, Kusuma R. 2012. Model Pemetaan Sawah dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Seminar Hasil Kegiatan dan Penelitian P4W LPPM-IPB. IPB ICC. Bogor. 11 Desember 2012.

[BBSDLP] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. Peta Potensi Lahan Tersedia Untuk Perluasan Sawah Di Indonesia. Jakarta. Kementerian Pertanian.

[BBWSC] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2011. Efisiensi Air-Melalui Penanaman Padi Dengan Metode System Of Rice Intensification (SRI). Bandung.

Bernstein H, Bachriadi D. 2014. Tantangan Kedaulatan Pangan. Arc Book, Bandung.

Borras SM, Franco JC. 2012. Global Land Grabbing and Trajectories of Agrarian Change: A Preliminary Analysis. Journal of Agrarian Change. 12(1):34-59. [BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung. 2015.

Profile DAS Citarum-Ciliwung. BPDAS Citarum-Ciliwung. Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian. 2007. Survey Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013. BPS Propinsi Jawa Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014a. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014b. Karawang Dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Karawang.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014c. Purwakarta Dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Purwakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014d. Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Bandung Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014e. Kabupaten Bandung Dalam Angka 2014. Kabupaten Bandung.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014f. Jawa Barat Dalam Angka 2014. BPS Propinsi Jawa Barat.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014g. Petunjuk Teknis PODES. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015a. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015b. Jawa Barat Dalam Angka 2015. BPS Propinsi Jawa Barat.

Braimoh AK, Osaki M. 2010. Land Use Change and Environmental Sustainability. Sustainable Science. 5: 5-7.

Bryant CR, Russwurm, McLellan. 1982. The City’s Country Sid: Land and its

Budiharsono S. 2007. Manual Status dan Faktor Pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal. Direktorat Perekonomian Daerah Bappenas. Jakarta.

Budiharsono S, Firmansyah I. 2016. Penentuan Faktor Pengungkit Keberlanjutan. Bogor. Triwala Press.

Cahya DL. 2014. Model Sistem Dinamik Perubahan Guna Lahan Pertanian Perkotaan Di Kabupaten Bogor. Jurnal Forum Ilmiah. 11(2):268-278. Cahyono S, Tjokropandojo DS. 2013. Peran Kelembagaan Petani dalam

Mendukung Keberlanjutan Pertanian Sebagai Basis Pengembangan Ekonomi Lokal. Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. B SAPPK V2N1. ITB.

[CFRA] Center for Rural Affair. 2016. Who’s Using The Rural Food Business

Growht Helpline. United State.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dewi IA. 2010. Analisis Efektifitas Tata Ruang sebagai Instrumen Pengendali

Perubahan Penggunaan Lahan Sawah menjadi Penggunaan Lahan Non Pertanian di Kabupaten Bekasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. 2012. Kebijakan pengendalian alih fungsi lahan sawah melalui Implementasi UU No. 41 tahun 2009 & 4 Peraturan pemerintah turunannya. Seminar: Koordinasi Kebijakan Pengelolaan dan Penyediaan Lahan dan Air. 11 Oktober 2012. Bogor.

Ditjen Tanaman Pangan. 2005. Pedoman Statistik Pertanian. Jakarta. Ditjen Tanaman Pangan Deptan RI.

Downey WD, Erickson SP. 1989. Manajemen Agribisnis. Jakarta. Erlangga. Eastman JR. 2003. IDRISI Kilimanjaro Guide to GIS and Image Processing.

Massachusetts (US): Clark Labs, Clark University Production.

Elshkaki A. 2013. An analysis of future platinum resources, emissions and waste streams using a system dynamic model of its intentional and non-intentional flows and stocks. Resources Policy. 38:241–251.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Jilid I Edisi Ketiga. Bogor. IPB Press.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. Framework For Land Evolution. FAO Soils Bulletin. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division.

Fariadi F. 2015. Aplikasi Metode Multi-Dimensional Scaling (MDS) Untuk Menentukan Status Keberlanjutan Desa Mandiri Pangan (Studi Kasus Kabupaten Bengkulu Tengah Propinsi Bengkulu). Jurnal Pertanian. Bengkulu. Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Fauzi A, Anna S. 2002. Evaluasi status keberlanjutan pembangunan perikanan. aplikasi pendekatan rapfish (studi kasus: Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 4(3):14 – 21. Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.

Firmansyah I. 2015. Aplikasi Powersim Studio untuk Sistem Dinamik. Sistem Dinamik Center-Indonesia. Bogor. Triwala Press.

Firmansyah I. 2016. Tutorial MDS Tools untuk Indeks Keberlanjutan. Bogor. Triwala Press.

Firmansyah I, Widiatmaka, Pramudya B, Budiharsono S. 2015. Dinamika Spasial Tekanan Lahan Pertanian Di Kawasan Pertumbuhan Baru. Jurnal Ketransmigrasian. Jakarta. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 32(2):73-83

Firmansyah I, Widiatmaka, Pramudya B, Budiharsono S. 2016. Sustainability Status Of Rice Fields In The Production Center of Citarum Watershed. Romania. Journal AAB Bioflux. 8(1):13-25

Ford A. 1996. Testing snake river explorer. System Dynamics Review. 12(4): 305–329.

Forester JW. 1961. Industrial Dynamics. New York. The MIT Press, John Wiley and Sons.

Forrester JW. 1968. Principles of System. Cambridge. Productivity Press.

Friedman. 1973. The Future of Urban Habitat. A New Focus for Land Use Planning. Washington. National Science Foundation.

Guo HC, Liu L, Huang GH, Fuller GA, Zou R, Yin YY. 2001. A system dynamics approach for regional environmental planning and management: a study for the Lake Erhai Basin. Journal of Environmental Management. 61(1): 93–111.

Gustian E, Nurhati I, Haryati Y. 2007. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak dalam Sistem Usahatani Tanaman Ternak. Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Hadinata C, Sugiyantoro. 2013. Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Kabupaten Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK. Bandung. Institut Teknologi Bandung. 2(2). Hakim BD. 2009. Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. IPB Press. Bogor. Handari MFAW, Bambang AN, Purnaweni H. 2012. Analisis Prioritas Kebijakan

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten Magelang. Jurnal Ekosains. 4(3):19-26.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta. Gadjahmada University Press.

Harini R, Yunus HS, Kasto, Hartono S. 2013. Nilai Ekonomi Total Konversi Lahan Pertanian Di Kabupaten Sleman. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 20(1):35-48.

Hardjomidjojo H. 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan Untuk Industri dan Lingkungan. Bogor. SEAMEO BIOTROP.

Hendrawan I, Widianty Y. 2013. Pendekatan Model Sistem Dinamik untuk Memprediksi Ketersedian Alat Pengering pada Subtitusi Beras dengan Hasil Diversifikasi Pangan Di Provinsi Jawa Barat. Jurnal IPTEK. 8(1):28-39. Heimgartner C. 2001. System Dynamic Modelling of Transport and Land Use.

The first Swiss Transport Research Conference.

Henry N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice –Hall.

Hood R. 1998. Economic Analysis: A Location Quotient. Primer. Principal Sun Region Associates, Inc.

Hou J, Zhang P, Yuan X, Zheng Y. 2011. Life Cycle Assessment of Biodiesel from Soybean, Jatropha and Microalgae in China Conditions. Renewable and Sustainable Energy Reviews 15(9): 5081–509.

Ibbotson R, Xiong J, Kreitler RP, Kreitler CF, Ceng P. 2007. National Saving Rate Guidelines For Individuals. Journal of Financial Planning. 50-61.

Ika S. 2014. Kedaulatan Pangan dan Kecukupan Pangan. Rubrik Edukasi Fiskal. Jakarta. Kementerian Keuangan.

Ilham N, Syaukat Y, Friyatno S. 2005. Perkembangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor.

Irawan B. 2001. Pencadangan Lahan Pertanian untuk Produksi Pangan di Jawa dan Upaya Pengendaliannya. Bogor. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Irawan B. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 23(1): 1–18 Irawan B, Friyanto S, Supriyatna A, Anugrah IS, Kirom NA, Rachman B,

Wiryono B. 2001. Perumusan Model Kelembagaan Konversi Lahan Pertanian. Bogor. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Isa I. 2007. Konversi Tanah Sawah dan Ketahanan Pangan. J. Agrimedia, 12(2): 15-20.

Irwin EG, Geoghegan J. 2001. Theory, Data, Methods: Developing Spatially Explicit Economic Models of Land Use Change. Agriculture Ecosystems & Environment. 85(1):7–23.

Juwita Y. 2014. Teknologi Pengolahan, Manfaat, dan Kendala Penggunaan Kompos Jerami Padi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. Palembang, 26-27 September 2014.

Kartasapoetra AG. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Kartono I, Syarief R, Herodian S, Sutrisno. 2014. Model Kebijakan

Pengembangan Minimalisasi Limbah Sekam Padi Berbasis Lingkungan. Jurnal Riset Industri. 8(2):215-225.

Kasimin S. 2013. Keterkaitan Produk dan Pelaku dalam Pengembangan Agribisnis Hortikultura Unggulan di Provinsi Aceh. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 10(2):117-127.

Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (Rapfish) Project. Rapfish Software Description (for Microsof Exel). Vancouver (BC). Canada. Fisheries Centre, University of British Columbia.

Kavanagh P, Pitcher TJ. 2004. Implementing Microsoft Excel Software For Rapfish: A Technique For Rapid Appraisal Of Fisheries Status. Canada. Fisheries Centre, University of British Columbia.

Kementerian Pertanian. 2013. Cetak Sawah Indonesia. Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2014. Pedoman Teknis Perluasan Areal Tanaman Pangan. Jakarta. Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2015. Kalender Tanam Terpadu (KATAM), Sistem Informasi Pertani Modern Indonesia. Jakarta.

Kreitner R, Kinicki A. 2001. Organizational Behavior. Fifth Edition. Irwin Mc Graw-Hill.

Kurniasari M, Ariastita PG. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten Lamongan. Surabaya. Jurnal Teknik POMITS. 3(2).

Kurniasih N. 2002. Pengelolaan DAS Citarum Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3(2):82-91.

Kustiwan I. 1997. Permasalahan Konversi Lahan Peranian dan Implikasinya terhadap Penataan Ruang Wilayah, Studi Kasus: Wilayah Pantura Jawa barat. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 8(1):49-60.

Kyuma K. 2004. Paddy Soil Science. Jepang. Kyoto University Press and Trans Pacific Press. 280p.

Laoh OEH. 2002. Keterkaitan Faktor Fisik, Faktor Sosial Ekonomi dan Tata Guna Lahan di Daerah Tangkapan Air dengan Erosi dan Sedimentasi (Kasus Danau Tondano, Sulawesi Utara) [Disertasi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Lenggana PC. 2014. Studi Pengaruh Perubahan Guna Lahan Di Desa Cibeusi Terhadap Penyediaan Air Bersih Di Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang. Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK. 1(1):260-267.

Li FJ, Dong SC, Li F. 2012. A System Dynamics Model for Analyzing The Eco-Agriculture System with Policy Recommendations. Ecological Modelling. 227: 34

Lillesand K. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri (Penerjemah). Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Luo G, Yin C, Chen X, Xu W, Lu L. 2010. Combining System Dynamic Model and CLUE-S Model to Improve Land Use Scenario Analyses at Regional Scale: A Case Study of Sangong Watershed in Xinjiang, China. Ecological Complexity. 7: 198–207

Luo Y, Fu H, Traore S. 2014. Biodiversity Conservation in Rice Paddies in China: Toward Ecological Sustainability. Journal Sustainability. 6:6107-6124. MacKinnon K, Child J, Thorsell G.1993. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi

di Daerah Tropika. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Mahananto, Sutrisno S, Ananda CF. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Wacana. 12(1):179-191.

Manehat MS, Pellokila MR, Soetedjo INP. 2014. Potensi Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Pemanfaatan Air Di Daerah Irigasi Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang-NTT. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1):42-52.

Manetsch TJ, Park GL. 1977. System Analysis and Simulation with Application to Economic and Social System. Part I. Department of Electrical Engineering and System Science, Michigan State University, Michigan. Maria R, Lestiana H. 2014. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Fungsi

Dokumen terkait