BAB III BIOGRAFI HAMKA
C. Orang-Orang yang Berpengaruh dalam Hidup
Pendidikan dan suasana lingkungan tempat dia dibesarkan, itulah yang akan membentuk pribadi seseorang.30 Demikianlah ungkapan Hamka yang dituliskannya. Pendidikan yang ia terima dari orang-orang sekelilingnya khususnya pendidikan yang ia terima ketika mengadakan riḥlah ‘ilmiyyah ke pulau Jawa dengan tokoh-tokoh nasional telah membentuk dirinya sedemikian rupa.
Ketika menyusun Tafsir Al-Azhar, Hamka menyebutkan orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya. Mereka adalah Haji Rasul, Ahmad Rasyid Sultan Mansur (ipar) dan Siti Raham binti Endah Sutan (istri pertama).31 Pertama, ayahnya. Haji Rasul adalah ayah sekaligus guru bagi Hamka. Ayahnya berkeinginan agar Hamka menjadi ulama.32 Kedua, St. Mansur adalah ipar sekaligus sebagai gurunya ketika ia berada di tanah Jawa. Dari St. Mansur, ia memperoleh ide-ide pembaharuan dan organisasi. Ketiga, Siti Raham Binti Endah Sutan (istri pertama). Kesuksesan seseorang tidak terlepas dari peran dari istri. Ada suatu ungkapan di balik orang hebat ada perempuan hebat yang menyertai mereka. Di samping melaksanakan kewajiban, istrinya turut memberikan peran dalam setiap mengambil keputusan strategis dalam hidupnya.
Sedangkan dalam Kenang2-an HidupII ia menceritakan ada dua orang yang menjadi lambang cita-citanya. Pertama adalah ayahnya sendiri.33 Ayah yang selalu menaruh harapan dan cita-cita pada Hamka, seorang alim yang memiliki intelektual dan pengaruh yang besar dan selalu dihormati di tengah masyarakat. Sedangkan orang yang kedua adalah iparnya, Ahmad Rasyid, Sutan Mansur.34
30
Hamka, Kenang2-an, jilid II, h. 14. 31
Hamka, Tafsir, juz 1, h. 1. 32
Ibid.
33
Hamka, Kenang2-an, jilid II, h. 14. 34
57
Setelah St A.R. Sutan Mansur pulang dari Pekalongan, Hamka selalu menyertai iparnya ke mana pergi.35
Umumnya, ulama tidak lepas dari sorotan dan kedekatan dengan ulul amri
(pemimpin). Di balik itu, ulama yang memiliki power verbal yang lantang mengkritisi kebijakan yang dianggap bertentangan dengan agama selalu ditarik agar tidak menjadi benalu. Artinya keberadaan pemimpin (politik) dan ulama memiliki daya tarik-menarik tersendiri.
Sebagai manusia biasa ia juga pernah ditawari kedudukan strategis di pemerintahan. Namun itu semua pernah ditolaknya melalui pengertian dan pemahaman istrinya.36 Dengan demikian orang yang berpengaruh dalam hidup Hamka berasal dari keluarga dan tokoh-tokoh nasional. Dari keluarganya ia mendapatkan pendidikan keagamaan dan dari istrinya ia selalu mendapatkan dukungan dan mengarahkannya untuk selalu konsisten dalam berdakwah. Dari tokoh-tokoh nasional ia mendapatkan spirit dan gairah untuk berbuat sesuatu yang layak untuk umat. Terbukti ketika kembali dari tanah Jawa, seakan-akan ia mendapatkan suntikan pergerakan, ia terus bergerak berdakwah dengan cara lisan
35
Ibid., h. 19. 36
Pada tahun 1960, Hamka diundang Jenderal Nasution ke kantornya. Dalam pertemuan ini, Hamka ditawari pangkat Mayor Jenderal Tituler oleh Pemerintah melalui Jenderal Nasution. Yang menjadi dasar dan alasan Pemerintah memberi Hamka pangkat kehormatan adalah jasa dan perjuangan Hamka dalam menghimpun kekuatan rakyat Sumatera Barat dan Riau. Hasil pertemuan Hamka dengan Jenderal Nasution dirunding dengan istri. Sang istri menolak seraya berargumen, “Lebih baik Angku Haji tetap berperan di Masjid Agung al-Azhar, lebih terhormat di hadapan Allah.” Mendengar saran dari istri, Hamka kemudian menemui Jenderal Nasution dan secara halus menolak tawaran sebagai Mayor Jenderal Tituler. Irfan Hamka, Ayah, h. 199-200.
Begitu juga sekitar tahun 1970, Hamka pernah diundang oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Mukti Ali ke kantornya. Dalam pertemuan ini Hamka mendapat ucapan selamat dari sang Menteri, “Dari semua nama yang diusulkan kepada Bapak Presiden, saudaralah yang terpilih untuk diangkat menjadi duta besar dan berkuasa penuh di Negeri Saudi Arabia.” Prof. Mukti Ali sambil tersenyum dan menyodorkan tangan sebagai ucapan selamat. Irfan Hamka, Ayah, h. 200.
Namun, kembali sang istri memberi pandangan, “Angku Haji, umat mulai semarak saaat ini. Dakwah yang makin semarak itu semua dimulai dari Angku Haji. Di masjid ini, apa yang Angku Haji bina telah terpancar dan dicintai umat. Apa semua yang baru akan ditinggalkan begitu saja dan diganti dengan kegiatan sebagai Duta Besar? Sebagai Duta Besar, hampir tiap malam nanti Angku Haji harus menghadiri jamuan yang diadakan oleh para Duta Besar yang berada di Arab itu. Lalu kapan waktu tersedia untuk Angku Haji mengaji Alquran yang tidak pernah ditinggalkan sejak kecil? Kapan waktunya membaca untuk menambah ilmu? Kapan pula waktunya untuk menjalankan hasil ilmu yang Angku Haji dapatkan dari membaca itu?” Irfan Hamka, Ayah,
h. 200. Mendengar pandangan teman hidupnya setia, dengan tulus dan lapang hati Hamka menerimanya. Lalu Hamka ke kantor Menteri Agama dan dengan halus Hamka menolak tawaran sebagai duta Besar RI untuk Arab Saudi. Irfan Hamka, Ayah, h. 201.
58
dan tulisan. Dakwahnya dengan tulisan telah melahirkan karya-karya yang terbaiknya yang sampai saat ini menjadi rujukan dan perbincangan intelektual. Sedangkan gaya dakwahnya dengan lisan mampu menghipnotis pendengarnya. Gaya dakwah dengan lisan dan tulisan telah membuat dikenal sepanjang masa. Oleh karena tidak semua orang mampu berdakwah dengan lisan dan tulisan. Ada yang mampu berdakwah dengan lisan tetapi tidak bisa menulis. Sehingga ide- idenya tidak dapat dibaca sepanjang masa. Ada juga yang mampu berdakwah dengan tulisan tetapi tidak bisa dengan lisan. Gaya berdakwah dengan lisan lebih baik. Walaupun ia tidak atau jarang tampil sebagai pendakwah dengan lisan tetapi ide-idenya dapat dibaca melalui tulisannya.
Begitu juga pengalaman ketika belajar kepada tokoh-tokoh nasional telah memberikan pengaruh semangat yang besar bagi dirinya. Berawal dari semangat
riḥlah ‘ilmiyyah-nya telah membentuk dirinya sebagai pendakwah dan penulis dikenang sepanjang masa. Di tanah Jawa ia bukan saja seorang yang dimotori tokoh nasional ketika itu tetapi juga sebagai pemotor yang mampu menggerakkan orang banyak.