• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Orisinalitas Penelitian

Untuk mengetahui dan mempelajari lebih jelas bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dengan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pernikahan. Maka perlu dijelaskan hasil penelitian terdahulu untuk dikaji dan ditelaah secara seksama. Sebagian peneliti-peneliti sebelumnya ada yang pernah membahas fenomenologi pemahaman masyarakat tentang pernikahan adat

13

Dadung Kepluntir, jadi masalah yang dikaji tidak ada kesamaan dan perbedaan

dengan hasil peneliti terdahulu. Hanya saja, penulis memaparkan hasil penelitian terdahulu meskipun jauh dari apa yang penulis teliti.

Adapun penelitian terdahulu tersebut adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Anam (2014) dengan judul Implikasi Pemahaman Perkawinan “Dadung Kepluntir” Terhadap Pola Hubungan Dalam Keluarga (studi di Kota Malang).

Dalam penelitiannya Syaiful Anam mencoba untuk meneliti tentang perkawinan Dadung Kepluntir terhadap pola hubungan dalam keluarga. Dimana yang dipertantakan itu status keluarga tersebut. Pada penelitiannya juga menjelaskan tentang efek perkawinan Dadung Kepluntir terhadap anak-anak keturunannya dan juga praktek yang terjadi di masyarakat.

Secara garis besar penelitian yang dilakukan oleh Syaiful Anam terdapat perbedaan dengan penulis yang akan diteliti. Letak perbedaannya peneliti mengkaitkan sebuah permasalahan terhadap pola hubungan keluarga dalam pernikahan Dadung Kepluntir dan efek bagi generasi muda terhadap pernikahan tersebut. Maka penulis mencoba untuk mengaitkan

permasalahan terhadap pandangan filosofi masyarakat terhadap

pernikahan adat Dadung Kepluntir dan juga perspektif masyarakat terkait hak perwalian terhadap pernikahan tersebut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Atik Khustinah (2013) dengan judul Pemahaman Masyarakat tentang pernikahan Nglangkahi Saudara

14

Perempuan (Studi di Desa Karang Duren Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang)

Dalam penelitian saudari Atik Khustinah tentang ritual pernikahan nglangkahi saudara perempuan di Desa Karang Duren ini ternyata telah jauh dari tradisi yang sebenarnya dilakukan pada masa lalu. Meskipun ada beberapa hal yang dihilangkan, namun ada hal tertentu yang masih diyakini dan dilakukan sampai saat ini.

Sedangkan dampak sosio-psikologis pernikahan nglangkahi bagi saudara perempuan yang dilangkahi itu antara lain bahwa dia akan mendapat jodohnya lama atau jodohnya tidak kunjung dating, karena dilangkahi oleh adiknya.

Secara garis besar penelitian saudari Atik Khustinah terdapat perbedaan dengan apa yang penulis teliti. Letak perbedaannya adalah meneliti tentang ritual pernikahan nglangkahi saudara perempuan yang mengakibatkan seorang kakak akan mendapatkan jodoh yang agak lama karena didahulukan oleh adiknya. Sedangkan yang penulis teliti adalah mengaitkan permasalahan terhadap pandangan filosofi masyarakat terhadap pernikahan adat Dadung Kepluntir dan juga perspektif masyarakat terkait hak perwalian terhadap pernikahan tersebut.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wafirotudl Dhamiroh (2013) dengan judul Perkawinan Mintellu (studi mitos perkawinan mintellu di desa Wangen Kecamatan Gelangah Kabupaten Lamongan)

Dalam penelitiannya Wafirotudl Dhamiroh mencoba untuk meneliti tentang mitos larangan perkawinan saudara mintellu karena mitos

15

larangan perkawinan antara saudara mintellu hanya merupakan kepercayaan yang diwarisi oleh nenek moyang mereka dan jika dilanggar tidak mendapat sanksi dari agama karena kepercayaan mitos tersebut pada substansinya merupakan keyakinan yang tidak dibenarkan oleh agama.

Secara garis besar penelitian yang dilakukan oleh Wafirotudl Dhamiroh terdapat perbedaan dengan penulis yang akan diteliti. Letak perbedaannya yaitu tentang mitos larangan pernikahan saudara mentellu karena mitos. Sedangkan yang penulis teliti adalah mengaitkan

permasalahan terhadap pandangan filosofi masyarakat terhadap

pernikahan adat Dadung Kepluntir dan juga perspektif masyarakat terkait hak perwalian terhadap pernikahan tersebut.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Fauzi (2013) dengan judul Perkawinan Endogami di Kabupaten Pamekasan.

Dalam penelitian Achmad Fauzi tentang perkawinan endogamy, bahwa perkawinan endogamy sudah menjadi kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, dan perkawinan tersebut dilakukan ketika kedua calon masih kecil atas paksaan orang tua, yang disebabkan karena budaya yang sangan kuat diantara keluarga, menjaga dan mempertahankan status keluarga dan untuk menjaga harga kekayaan.

Secara garis besar penelitian saudara Achmad Fauzi terdapat perbedaan dengan apa yang penulis teliti. Letak perbedaannya tentang pernikahan endogamy yang mana di dalamnya lebih mengarah pada proses pelaksanaan pernikahan endogamy, bentuk pernikahan yang di latar belakangi untuk mempererat tali kekeluargaan. Sedangkan yang penulis

16

teliti adalah mengaitkan permasalahan terhadap pandangan filosofi masyarakat terhadap pernikahan adat Dadung Kepluntir dan juga perspektif masyarakat terkait hak perwalian terhadap pernikahan tersebut. Perbedaan dan persamaan pada penelitian terdahulu dapat dilihat secara rinci pada table berikut:

No. Judul Persamaan Perbedaan

1 Syaiful Anam dengan

judul: Implikasi

pemahaman perkawinan “Dadung Kepluntir” terhadap pola hubungan dalam keluarga (Studi di Kota Malang)10 Pernikahan Dadung Kepluntir Letak perbedaannya peneliti mengkaitkan sebuah permasalahan terhadap pola hubungan keluarga dalam pernikahan Dadung Kepluntir dan efek bagi generasi muda terhadap pernikahan tersebut

2 Atik Khustinah dengan

judul: Pemahaman

masyarakat tentang pernikahan nglangkahi saudara perempuan (Studi di Desa Karang

Pernikahan yang diyakini oleh masyarakat adat Letak perbedaannya adalah meneliti tentang ritual pernikahan nglangkahi saudara perempuan yang

10Syaiful Anam, Implikasi pemahaman perkawinan “Dadung Kepluntir” terhadap pola hubungan

17

Duren Kec. Pakisaji Kab. Malang)11

mengakibatkan seorang kakak akan mendapatkan jodoh yang agak lama karena didahulukan oleh adiknya. 3 Wafirotudl Dhamiro

dengan judul: Perkawinan

Mintellu (Studi mitos perkawinan mintellu di Desa Wangen Kec. Gelangah Kab. Lamongan)12 Pernikahan yang diyakini oleh masyarakat adat Letak perbedaannya yaitu tentang mitos larangan pernikahan saudara mentellu karena mitos

4 Achmad Fauzi dengan judul: Perkawinan endogamy di Kabupaten Pamekasan13 Pernikahan yang diyakini oleh masyarakat adat Letak perbedaannya tentang pernikahan endogamy yang mana di dalamnya lebih mengarah pada proses pelaksanaan

pernikahan

endogamy, bentuk

11 Atik Khustinah, Pemahaman masyarakat tentang pernikahan nglangkahi saudara perempuan

(Studi di Desa Karang Duren Kec. Pakisaji Kab. Malang), (Tesis UIN Malang 2013), h. 21.

12

Wafirotudl Dhamiroh, Perkawinan Mintellu (Studi mitos perkawinan mintellu di Desa Wangen

Kec. Gelangah Kab. Lamongan), (Tesis UIN Malang 2013), h. 25.

13Achmad Fauzi, Perkawinan endogamy di Kabupaten Pamekasan, (Tesis UIN Malang 2013), h. 28.

18

pernikahan yang di latar belakangi untuk mempererat tali kekeluargaan

5 Pernikahan adat Dadung

Kepluntir di Kel. Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang (Studi Fenomenologi Pemahaman Masyarakat) Pernikahan Dadung Kepluntir Letak perbedaannya terkait pernikahan

Dadung Kepluntir ini

dengan adanya hak perwalian dalam pernikahan adat tersebut

Dokumen terkait