• Tidak ada hasil yang ditemukan

Outlook 2007 of Foreign Trade and Policy

OUTLOOK 2007 OF REGIONAL DIMENSION

C. Keseimbangan Primer

V. Outlook 2007 of Foreign Trade and Policy

Sebagai suatu perekonomian yang terbuka, dimana rasio ekspor dan impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) melebihi 40 persen, perkembangan ekonomi makro Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dunia terutama negara-negara partner utama. Yang termasuk negara partner utama dalam hal ini adalah negara- negara yang memiliki hubungan perdagangan maupun aliran modal dengan Indonesia. Oleh karenanya untuk dapat memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun mendatang sangatlah perlu untuk melihat dan menganalisis arah perkembangan ekonomi global khususnya negara-negara partner utama.

Perkembangan ekonomi global dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia secara tidak langsung melalui pengaruhnya terhadap negara partner utama Indonesia terlebih dahulu, sedangkan perkembangan dan kebijakan negara partner utama berpengaruh langsung baik melalui ekspor dan impor maupun melalui aliran modal.

1.1 Perkembangan ekonomi dan perdagangan global

Menurut data WTO dan IMF, pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 3,1 persen sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2004 (4,0 persen), sedangkan ekspor barang manufaktur secara riil mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 6 persen, turun cukup signifikan dari pertumbuhan pada tahun 2004 yang mencapai 9,5 persen. Impor dari negara- negara pengimpor minyak terbesar seperti Uni Eropa(25), Amerika Serikat dan Jepang mengalami penurunan yang cukup siginifikan dalam impor mereka. Pertumbuhan impor mereka pada tahun 2005 kurang dari setengahnya dari pertumbuhan impor pada tahun 2004. Disamping itu walaupun ekonominya tumbuh dengan cukup tinggi, impor China juga mengalami penurunan dalam pertumbuhan. Baik Uni Eropa, AS, Jepang dan China tidak saja merupakan raksasa ekonomi dunia, tetapi juga negara-negara partner utama Indonesia dalam tujuan ekspor. Salah satu penyebab utama penurunan dalam impor mereka adalah meningkatnya harga minyak dunia, walaupun dampak tersebut tidak mendorong peningkatan harga separah yang terjadi pada tahun 1970-an. Namun demikian impor dari negara-negara sedang berkembang maupun Commonwealth of Independent States (CIS) masih mencatat pertumbuhan impor yang cukup tinggi di atas rata-rata bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor mereka. Dalam hal ekspor, China merupakan negara yang mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi pada tahun 2005, mencapai 25 persen naik 1 persen poin dibandingkan tahun 2004.

Tabel 1. Pertumbuhan GDP dan Perdagangan Berdasarkan Wilayah, 2004- 2005

Perubahan harga relatif berbagai komoditi dunia dalam dua tahun terakhir membawa dampak yang cukup signifikan terhadap nilai perdagangan dan pangsa pasar berbagai komoditi. Harga minyak dan logam meningkat sekitar 30 persen pada thun 2005, sementara harga barang-barang pertanian dan barang manufaktur tidak mengalami peningkatan berarti bahkan cenderung stabil. Tingkat harga barang-barang secara umum mengalami peningkatan yang moderat namun masih lebih rendah dibandingkan peningkatan pada tahun sebelumnya. Berbagai perkembangan tersebut menyebabkan

pangsa pasar nilai ekspor minyak mengalami peningkatan,

khususnya dibandingkan nilai ekspor barang pertanian.

Dari sisi nilai, ekspor barang mengalami peningkatan sebesar 13 persen pada tahun 2005 dan mencapai angka 10 triliun dolar. Meningkatnya harga minyak menyebabkan penerimaan ekspor negara- negara Afrika, CIS dan Timur Tengah mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pada tahun 2005, Afrika dan Timur Tengah memperoleh pangsa terbesarnya dalam ekspor sejak pertengahan 1980-an. Eropa sebagai wilayah yang terbesar dalam perdagangan mengalami pertumbuhan ekspor maupun impor yang paling rendah pada tahun 2005. Pertumbuhan nilai perdagangan Amerika Utara mengalami penurunan secara moderat. Seementara itu pertumbuhan perdagangan di wilayah Asia melebihi pertumbuhan rata-rata dunia. China merupakan negara Asia yang tumbuh paling cepat selama ini.

1.2. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

Posisi Indonesia dalam konteks hubungan ekonomi internasional dapat dilihat dalam neraca pembayaran. Neraca pembayaran adalah

Indonesia dengan penduduk negara lain dalam kurun waktu satu tahun. Ada dua rekening utama dalam neraca pembayaran yang menunjukkan posisi Indonesia dalam hal daya saing dalam ekonomi

internasional yaitu neraca riil ekspor barang dan jasa

(transaksi berjalan) dan neraca keuangan (transaksi modal dan keuangan). Jumlah dari kedua rekening tersebut merupakan prestasi neto Indonesia dengan penduduk negara lain yang kemudian menentukan posisi cadangan devisa Indonesia.

Secara umum, ada perkembangan yang cukup menarik tentang neraca pembayaran Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2004 jumlah transaksi berjalan mengalami surplus sebesar 1,564 milyar dollar. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi hanya sebesar 340 juta dollar. Namun demikian pada semester pertama tahun 2006, transaksi berjalan mengalami kenaikan yang cukup pesat menjadi 4,544 milyar dollar. Tentu saja perubahan ini cukup menggembirakan ditinjau dari peningkatan kemampuan daya saing produk barang maupun jasa Indonesia. Namun demikian di sisi lain ada perkembangan yang cukup mengkhawatirkan. Dalam neraca modal dan keuangan, Indonesia mengalami penurunan daya tarik dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2004 neraca ini mengalami surplus sebesar 1, 852 milyar dollar, namun pada tahun 2005 angka ini justru menjadi defisit sebesar 2,579 milyar dollar, dan pada semester pertama 2006 mengalami defisit sebesar 471 juta dollar. Secara keseluruhan setelah dimasukkan selisih perhitungan bersih, walaupun ada penurunan dalam neraca modal dan keuangan, posisi neraca pembayaran Indonesia mengalami perbaikan; dari surplus sebesar 309 juta dollar pada tahun 2004 kemudian menjadi surplus sebesar 444 juta dollar dan 9,165 milyar dollar masing-masing pada tahun 2005 dan semester pertama 2006. Kenaikan surplus neraca pembayaran pada semester pertama 2006 tersebut tentu saja mampu menaikkan posisi cadangan devisa Indonesia secara signifikan yang saat ini mencapai 40,107 milyar dollar.

Apabila diperhatikan, posisi dan struktur neraca pembayaran Indonesia sebenarnya tidak mengalami perubahan yang berarti, terutama dalam transaksi berjalan. Selama ini neraca perdagangan selalu mengalami surplus mengimbangi neraca jasa yang selalu

defisit. Defisitnya neraca jasa banyak dipengaruhi oleh

banyaknya penggunaan faktor produksi asing terutama dalam hal pembayaran bunga utang, repatriasi keuntungan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia dan juga banyaknya penggunaan jasa asing baik dalam transportasi maupun jasa lainnya. Keadaan ini sudah terjadi selama lebih dari 35 tahun dan menunjukkan bahwa dalam hal jasa, Indonesia tidak memiliki daya saing yang kuat dalam konteks internasional. Walaupun kita banyak mengekspor barang, namun untuk mengangkutnya ke luar negeri masih banyak menggunakan jasa perusahaan asing. Ditambah lagi daya saing faktor produksi modal dan tenaga profesional dimana Indonesia

Perubahan yang signifikan terjadi pada sisi neraca modal dan keuangan. Secara tradisional, rekening ini terdiri dari dua jenis transaksi yaitu transaksi modal jangka pendek (portofolio) dan transaksi jangka panjang (investasi langsung). Jika periode sebelum krisis ekonomi transaksi modal dalam bentuk investasi asing langsung sangat dominan, maka dalam lima tahun terakhir yang lebih dominan adalah transaksi modal jangka pendek. Transaksi modal jangka pendek sangat mudah berubah, terutama jika terjadi perubahan ekspektasi di pasar modal dan keuangan Indonesia, sehingga sangat rentan terhadap perubahan. Sementara itu, transaksi modal dalam bentuk investasi langsung merupakan transaksi modal jangka panjang yang sebenarnya diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk Indonesia di masa yang akan datang sehingga mampu lebih memperkuat ekspor di masa yang akan datang.

Tabel 2. Neraca Pembayaran 2004-2006 (juta USD/millions of USD)

Uraian 2004 2005 2006-QI

2006-QII

I. TRANSAKSI BERJALAN 1,564 340 2,564 1,980

Dokumen terkait