2.2.1. Definisi dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Carter (2009:438) mengemukakan definisi overhead pabrik sebagai
bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik
lainnya yang tidak dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan atau
dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau objek biaya lain tertentu.
Sedangkan menurut Polimeni (1985:127) biaya overhead pabrik adalah semua
biaya pabrikasi selain dari bahan baku langsung dan buruh langsung.
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan 3 (tiga) cara
penggolongan, yaitu:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Pada perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya
overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam
biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut
ini :
1) Biaya bahan penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi
atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya
relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan.
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan
aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya tenaga kerja tidak langsung.
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk
atau pesanan tertentu. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari (i)
karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, dan (ii)
karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi.
4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin
dan ekuipmen, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap
lain yang digunakan di pabrik.
5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan
ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan
biaya amortisasi kerugian trial-run.
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
1) Biaya Overhead Pabrik Variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang
berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.
2) Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak
berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
3) Biaya Overhead Pabrik Semi Variabel
Biaya overhead pabrik semi variabel adalah biaya overhead pabrik
yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen
1) Biaya overhead pabrik langsung departemen
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead
pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya
dinikmati oleh departemen tersebut. Misalnya gaji mandor
departemen produksi.
2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya
overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contohnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi
2.2.2. Pembebanan Biaya Overhead Pada Produk
Biaya overhead aktual tidak dibebankan ke pekerjaan; biaya overhead
aktual tidak tampak dalam kartu biaya ataupun dalam akun Barang dalam
Proses. Yang akan tampak dalam kartu biaya dan akun Barang dalam Proses
hanyalah biaya overhead yang dibebankan berdasarkan tarif overhead pabrik
yang ditentukan dimuka. Tarif tersebut dihitung dengan membagi estimasi biaya
overhead pabrik total dengan estimasi total unit (diukur dengan jem-mesin, jam
kerja langsung, atau basis yang lain). Tarif overhead yang ditentukan di muka
digunakan untuk membebankan biaya overhead dan pekerjaan. (Garrison et al.,
2006:139)
Pembebanan biaya overhead pada metode Activity Based Costing akan
dihasilkan perhitungan yang lebih akurat, karena metode ini dapat
mengidentifikasikan secara teliti aktivitas – aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan suatu produk maupun jasa.
Menurut Warindrani (2006:27) terdapat dua tahapan pembebanan biaya
overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu:
1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas
Dalam tahapan ini diperlukan lima langkah yang dilakukan yaitu:
1) Mengidentifikasi aktivitas
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah
aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi
barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses
aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan
pemeriksaana akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan (2)
dipisahkan menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan
2) Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi
penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver
atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam metode
Activity Based Costing yang merupakan faktor-faktor yang
menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
3) Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu
i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
setiap unit produk yang dihasilkan secara individual.
ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan
sekelompok produk.
iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai
kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum
karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu.
4) Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan
facility sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk
tiap-tiap kelompok.
5) Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogency cost pool rate)
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada
2. Membebankan biaya aktivitas pada produk
Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan
perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah
sebagai berikut:
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok × Jumlah Konsumsi tiap Produk
Jika dibuat dalam suatu bagan maka pembebanan biaya overhead
dengan menggunakan metode Activity Based Costing adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Pembebanan Biaya Overhead dengan Metode Activity Based Costing