82
83
perhitungan, tetapi juga mengintegrasikan system ke dalam organisasi, bagaimana mempengaruhi pola pikir manusia, dan bagaimana kelakuan sistem merubah fungsi organisasi. Perancangan sistem SIG dapat dibagi menjadi dua bagian yang sangat interaktif:
1. Isu-isu perancangan teknis (internal)
2. Isi-isu perancangan institusional (eksternal).
Pertanyaan yang berkaitan dengan isu-isi perancangan teknis (internal), antara lain:
a) Apakah sIstem bekerja sesuai dengan keinginan?
b) Dapatkah kita menjawab pertanyaan yang diperlukan?
c) Apakah data yang didapat merupakan data yang tepat dan benar?
d) Apakah kita memiliki personil yang tepat untuk menjalankan sIstem?
Pertanyaan yang merupakan pertimbangan institusional yang merupakan isu-isu eksternal, antara lain:
a) Dapatkah kita memperoleh harga yang wajar?
b) Apakah kita emerlukan programmer applikasi untuk meng-customize perangkat lunaknya?
c) Apakah kita mendapatkan dukungan perangkat lunak yang memadai dari vendor SIG?
d) Apakah kita secara legal bertanggung jawab terhadap kesalahan hasil analisa yang kita lakukan?
9.1.2. Pendekatan Rekayasan Perangkat Lunak
Rekayasa perangkat lunak adalah sekumpulan aktivitas kerja yang berkaitan erat dengan perancangan dan implementasi produk-produk dan prosedur yang dimaksudkan untuk merasionalisasikan produksi perangkat lunak berikut pengawasannya. Rekayasa perangkat lunak merupakan cabang sain ilmu teknologi komputer relative baru yang terdiri dari beberapa layer, diantaranya:
a) Layer proses: bertindak sebagai perekat yang mepertahankan layer teknologi, mendefinisikan framework yang harus didirikan agar penyerahan teknologi rekayasa perangkat lunak menjadi efektif.
b) Layer metode: menyediakan teknik bagaimana membangun perangkat lunak, melakukan analisis, pengujian, dan pengoperasian & pemeliharaan.
c) Layer tools: memberikan dukungan otomatis atau semi otomatis terhadap layer proses dan layer metode.
Untuk memecahkan berbagai masalah dalam setting dunia industri, para analis menggabungkan strategi pengembangan ýang meliputi layers proses, metode, dan tools diatas. Strategi ini dikenal sebagai model proses. Tugas perancang system SIG tidak sekedar menuliskan kode, program, atau bahasa script, tetapi lebih pada penyediaan:
a) Informasi mengenai model-model dan struktur data yang tepat
b) Perangkat lunak yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan analisis dengan biaya terjangkau.
c) Pelatihan-pelatihan yang diperlukan oleh pengguna d) Sistem yang sesuai untuk organisasi ybs.
84
9.2. Prinsip Perancangan Sistem
Salah satu konsep yang dikembangkan di bidang perancangan sistem adalah project life cycle. Tiga objektif dari siklus hidup pekerjaan di atas adalah :
a) Mendefinisikan aktivitas-aktivitas beserta urutan-urutan pekerjaan yang akan dilakukan
b) Menjamin konsistensi di dalam pekerjaan
c) Memberikan kesempatan-kesempatan pembuatan keputusan manajeman mengenai kapan saat dimulainya atau diakhirinya suatu fase aktivitas di dalam keseluruhan pekerjaan.
Siklus hidup suatu pekerjaan hanya merupakan suatu petunjuk untuk manajemen, manajer masih harus membuat keputusan yang mendasar. Dalam pengembangan erangkat lunak, masalah yang muncul tidak dapat langsung dihilangkan, tetapi harus dikenali dulu sebelm solusinya dibuat. Pembuatan solusi harus melibatkan pihak pengembang perangkat lunaknya sehingga kualitasnya dapat ditingkatkan. Beberapa model proses yang digunakan untuk pengembangan sistem, antara lain: waterfall, prototyping, spiral, incremental, fourth generation techniques, dan modelmodel lainnya.
9.2.1. Model Proses Waterfall (System Development Life Cycles)
Model ini telah lama digunakan untuk pengembangan perangkat lunak yang disebut sebagai model atau paradigma klasik yaitu siklus hidup pengembangan sistem. Model ini sangat terstruktur dan bersifat linier. Model ini memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial di dalam pengembangan sistem perangkat lunaknya. Setiap tahap harus terjadi interaksi dan kerjasama yang harmonis antara pengembang perangkat lunak dengan penggunanya. Produk akhir yang diterima oleh pengguna merupakan hasil satu siklus pengembangan (mulai dari tahap analisis dan perancangan kebutuhan sistem hingga integrasi dan pengujiannya) yang terdiri dari satu versi perangkat lunak.
Gambar 9-2 Pengembangan sistem dengan menggunakan model Waterfall
Kelemahan model ini:
a) Suatu tahap akan mempengaruhi pekerjaan tahap-tahap berikutnya.
b) Tidak mudah bagi pengguna untuk menentukan semua kebutuhannya secara eksplisit dan tuntas pada waktu yang ditentukan.
c) Pengguna tidak melihat produk pengembangan sampai waktu tertentu (delivery) d) Kelemahan lain dari model ini adalah bersifat linier.
85
9.2.2. Model Proses Prototyping
Prototyping adalah model pengembangan sistem perangkat lunak yang melibatkan proses-proses pembentukan model (atau versi) perangkat lunak secara iterative. Model ini memiliki 3 bentuk kemungkinan:
a) Bentuk prototype di atas kertas b) Bentuk working type
c) Bentuk program jadi
Gambar 9-3 Tahapan pengembangan sistem dengan menggunakan model Prototyping
Kelemahan model ini, antara lain:
a) Pengguna seringkali tidak menyadari bahwa working version dari model yang diminta, dibuat secara tergesa-gesa, rancangannyapun belum tersusun dengan baik.
b) Pihak pengembang juga tidak jarang melakukan implementasi dengan terburu-buru karena menginginkan working versionnya bekerja dengan cepat.
9.2.3. Model Proses Spiral
Pengembangan model ini mengadopsi fitur-fitur penting milik model-model waterfall (siklus hidup klasik) dan prototyping. Model ini memiliki fitur penting yang tidak dimiliki oleh model-model lain yang diadopsinya, yaitu analisis resiko (risk analysis).
Ciri khas model ini memiliki 4 aktivitas, diantaranya:
(1) Perencanaan (2) Analisis resiko (3) Produk rekayasa
(4) Evaluasi oleh pengguna
86
Model ini merupakan pendekatan yang paling realistik untuk pengembangan perangkat lunak skala besar. Model ini menggunakan pendekatan revolusioner sehingga baik pengembang maupun pengguna dapat memahami resiko yang mungkin terjadi sekaligus mempersiapkan langkah-langkah antisipasinya. Model ini membagi spiral ke dalam 4 sektor (kuadran) yang masing masing mewakili aktivitas yang dilakukannya. Dalam prakteknya jarang sekali suatu pengembangan perangkat lunak yang menggunakan model ini berhasil mengembangkan erangkat lunak produk akhir (produk rekayasa).
Artinya prototipe pertama dapat langsung diterima oleh penggunanya.
Gambar 9-4 Diagram pengembangan sistem dengan menggunakan model Spiral
Kelemahan model ini:
a) Model ini perlu dipahami sebelum digunakan pada seluruh siklus. Hal ini berkaitan erat dengan kesesuaian kontrak
b) Model proses risk-driven ini sangat bergantung pada kemampuan pihak pengembang dalam mengidentifikasi resiko pengembangan.
9.3. Pengembangan SIG
Pengembangan SIG tidak sekedar membeli perangkat keras dan perangkat lunaknya.
Bagian terpenting dalam pengembangannya adalah pengembangan basisdatanya. Tugas ini memerlukan waktu, biaya, dan usaha-usaha perencanaan dan manajemen.
Gambar 9.5 menunjukkan bahwa proses pengambangan SIG terdiri dari 11 langkah yang harus dimulai dengan penaksiran kebutuhan dan diakhiri oleh proses kelanjutan penggunaan sistem SIG berikut pemeliharaan basis datanya. Aktivitas pengembangan dilakukan dengan proses sekuensial.
Siklus pengambangan SIG ini dibuat berdasarkan filosofi bahwa yang harus segera dilakukan pertama kali adalah memutuskan apa-apa yang harus dilakukan oleh SIG, kemudian, aktivitas berikutnya adalah menentukan bagaimana SIG akan melakukan setiap tugasnya.
87
Gambar 9-5 Proses pengembangan SIG
9.4. Filosofi dan Implementasi SIG
Pengembangan SIG secara keseluruhan dapat dideskripsikan dalam bentuk filosofi perancangan dan implementasi SIG. Filosofi yang digunakan adalah ”perancangan sistem harus dikendalikan oleh aplikasi”. Sedangkan implementasinya mencakup.
konsep, perancangan, pengembangan, operasi, dan audit.
9.4.1. Filosofi Perancangan SIG
Keberhasilan implementasi SIG dalam suatu organisasi sangat bergantung pada dukungan yang memadai dari organisasi tersebut. Filosofi perncangan SIG harus dikendalikan oleh aplikasi-aplikasi. Dalam Gambar 9-6, persyaratan SIG harus ditentukan dalam pengertian dukungan system dalam menyediakan aplikasi yang diperlukan.
Dukungan ini dibangun dan dibentuk dengan menggunakan semua sumberdaya yang sudah tersedia pada organisasi.
Gambar 9-6 Filosofi Perancangan SIG
88
9.4.2. Implemantasi SIG 1. Konsep
Analisis kebutuhan (requirement analysis)
Evaluasi kelayakan (feasibility evaluation) 2. Perancangan
Rencana implementasi (implementation plan)
Perancangan sistem (sistem design)
Perancangan basisdata (database design) 3. Pengembangan
Akuisisi sistem (system acquisition)
Akuisisi basisdata (database acquisition)
Manajemen organisasi, staf, dan pelatihan (organizaion, staffing, and training)
Persiapan prosedur operasi (operating procedure preparation)
Persiapan lokasi (site preparation) 4. Operasi
Instalasi sistem (system installation)
Proyek percontohan (pilot project)
Konversi data (data conversion)
Pengembangan aplicasi (applicaion development)
Konversi operasi digital (conversion to automated operation) 5. Audit
Review sistem (system riview)
Perluasan sistem (system expansion)
89