• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Komunitas Pemukiman Padat Penduduk

3. Padat penduduk

46

a. Aspek-aspek pemukiman

Lingkungan permukiman yang mendukung perikehidupan dan penghidupan terdiri atas:

1. Aspek fisik: sarana/prasarana, perumahan dan lingkungan. 2. Aspek non fisik: sosial, ekonomi, budaya (adat istiadat).

Permukiman padat adalah permukiman yang mana tidak terdapat ruang terbuka hijau, kerapatan bangunan dan kepadatan penduduknya sangat tinggi. orientasi bangunan adalah arah bangunan (Wiwik dan Amalia, 2013).

3. Padat penduduk

a) Definisi Kepadatan Penduduk

Kepadatan berasal dari kata padat yang menurut istilah kamus

diartikan dengan “penuh sekali”. Padat juga berarti sesak atau banyak.

Kepadatan penduduk pada umumnya diartikan sebagai perbandingan jumlah penduduk dengan tanah yang di diami atau diolah dalam satuan luas yang semuanya menurut kebutuhan ilmiah atau dapat juga dikatakan bahwa kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk harus berbanding lurus atau seimbang dengan luas wilayah agar tidak terjadi peledakan penduduk (Bisri, 2008).

47

Menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981) kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya. Menurut Rusli (2001) kepadatan penduduk adalah sejumlah orang persatuan luas lahan

(per-km per-mil). Sedangkan menurut Sarwono (2002) kepadatan

penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk atau manusia dalam satu batas lahan tertentu.

Makin banyak jumlah berbanding luasnya lahan makin padatlah keadaannya. Kepadatan penduduk biasanya dihitung menurut ruang lingkup nasional. Nilai kepadatan diperoleh dengan cara membagi seluruh penduduk dengan area tanah: nilai tersebut dinyatakan sebagai jumlah penduduk persatu mil persegi atau kilometer persegi (Rozi, 1982). Sebagaimana kota-kota besar pada umumnya pertambahan penduduk dipengaruhi oleh pertambahan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk yang disebabkan selisih jumlah kelahiran dan kematian, selain itu juga di pengaruhi pertumbuhan penduduk yang bersifat progam pemerintah, diantaranya yaitu: urbanisasi dan transmigrasi.

48

Kepadatan memiliki dua macam bentuk yakni kepadatan social

(sosial density) yang berkaitan dengan jumlah penduduk dan kepadatan ruangan(spatial density) yang berkaitan dengan jarak, luas, dan besar ruangan. Kedua bentuk kepadatan tersebut dapat kita temui saja terutama di kota. Kota besar terutama seperti Jakarta dan Surabaya, memiliki penduduk yang lebih banyak (terkait dengan masalah lahan pekerjaan juga upaya memperoleh kehidupan yang lebih layak) dibandingkan dengan kota-kota lain yang menyebabkan menyempitnya lahan wilayah untuk beraktivitas.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik satu kesimpulan, bahwa kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas daerah yang didiaminya tidak berbanding seimbang.

Adapun jenis-jenis penduduk terdiri dari tiga macam. Yaitu:

a. Kepadatan Penduduk Aritmatik (kepadatan penduduk umum) kepadatan aritmatik adalah jumlah rata-rata penduduk setiap kilometer persegi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Rumus kepadatan penduduk aritmatik b. Kepadatan Penduduk Fisiologis

Jumlah penduduk suatu wilayah:Luas wilayah= Kepadatan penduduk

49

Kepadatan penduduk fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kilometer persegi tanah pertanian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Rumus kepadatan penduduk fisiologis c. Kepadatan Penduduk Agraris

kepadatan penduduk agraris adalah kepadatan penduduk yang dihitung dari perbandingan jumlah penduduk dan luas tanah pertanian yang benar -benar dapat diolah dan ditanami (Apriliyah, 2002).Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Jumlah petani suatu wilayah:Luas tanah pertanian=Kepadatan penduduk

Gambar 3. Rumus kepadatan penduduk agraris

Dari kepadatan penduduk yang ada juga menimbulkan dampak terhadap tingkah laku individu. Di daerah padat penduduk selalu lebih banyak terjadi kejahatan dengan kekerasan.

Kenyataan ini banyak oleh disebabkan oleh kegagalan dalam memperoleh kesempatan kerja, kenyamanan hidup, karena mempunyai tingkat pendidikan dan skill rendah. Orang berbicara tentang kelebihan penduduk (over population) jika kepadatan

Jumlah penduduk suatu wilayah:Luas tanah pertanian=Kepadatan penduduk fisiologis

50

penduduk berada diluar daya dukung (carring capasity) dari wialyah yang bersangkutan tidaklah berarti bahwa makin tinggi angka kepadatan makin tinggi pula taraf kelebihan penduduk, karena kelebihan penduduk itu bersifat relatif, namun jika dalam kepadatan yang tinggi tidak didampingi oleh mampunya wilayah menyediakan kebutuhan penduduknya akan menimbulkan permasalahn dalam penduduk.

Kepadatan penduduk biasanya dihitung menurut ruang lingkup nasional. Nilai kepadatan penduduk diperoleh dengan cara membagi seluruh penduduk dengan area tanah; nilai tersebut dinyatakan sebagai jumlah penduduk persatu mil persegi atau kilo meter persegi. Secara fisik kepadatan dapat didefinisikan sebagaimana di atas. Sedangkan secara sosial kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap peerkembangan jiwa individu, hal ini berkaitan dengan perasaan seseorang, termasuk kebiasaan seseorang akan tingkat kepadatan, perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subyektif.

Semua bentuk stimulus fisik dan sosial di lingkungan yang padat, diasumsikan dapat menimbulkan perasaan negatif pada individu yang tinggal didalamnya. Sehingga individu tersebut merasakan bahwa lingkungan tempat dia berada kurang memberikan kenyamanan dan kepuasan. Hal ini dapat memicu timbulnya perilaku negative salah

51

satunya adalah timbul perilaku agresi, perilaku agresi ini merupakan keinginan untuk merusak suatu obyek atau melukai orang lain baik secara verbal maupun non verbal. Menurut Stokols ( dalam David O, Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, 2010) bahwa: Untuk mempelajari pengaruh kepadatan manusia perlu kiranya untuk membedakan ukuran kepadatan populasi yang obyetif dengan perasaan sesak yang subyektif. Kepadatan sosial adalah jumlah orang yang secara obyektif berada dalam suaturuang tertentu. Kepadatan dapat diukur melalui jumlah orang perkaki persegi. Rasa sesak adalah perasaan sempit tidak meiliki cukup ruangyang bersifat subyektif.

Dalam kajian Lazarus dalam Sarwono (2002) menurut teori ini terdapat dua Faktor yang menyebabkan seseorang memberikan reaksi terhadap lingkungan yaitu Faktor stress dan stressor. Stressor adalah elemen lingkungan yang merupakan rangsangan, seperti kepadatan (density), suhu, udara, dan sebagainnya, sedangkan stress adalah hubungan antara stressor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu. Teori yang cocok dan sesuai dengan kepadatan diatas adalah teori level adaptasi.

Menurut teori ini stimulus level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negative bagi perilaku. Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi. Seorang ahli berpendapat bahwa ketika seseorang mengalami adaptasi,

52

perilakunya diwarnai kontradiksi antara toleransi terhadap kondisi yang menekan dan perasaan ketidak puasan sehingga orang akan melakukan proses pemilihan dengan dasar pertimbangan yang rasional antara lain memaksimalkan hasil dan meminimalkan biaya.

Dokumen terkait