• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Penghasilan Pasal 15

Dalam dokumen Manajemen Perpajakan - Overview PPh (Halaman 31-36)

Pasal ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan neto dari WP tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau (3) Undang-Undang PPh ditetapkan Menteri Keuangan (Direktorat Jenderal Pajak, 2008).

Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi golongan WP tertentu, berdasarkan pertimbangan praktis, atau sesuai dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan neto dari WP tertentu tersebut. Norma Penghitungan Khusus untuk golongan WP tertentu, antara lain :

1. Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional; 2. Perusahaan asuransi luar negeri;

3. Perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi; 4. Perusahaan dagang asing;

5. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer/BOT).

Pajak Penghasilan Atas Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri

 Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang PPh

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996. 3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996.

 Subjek Pajak

Subjek pajak perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri adalah perusahaan pelayaran /penerbangan yang bertembapt kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT).

 Objek Pajak

Penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang diterima oleh WP perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

 Tarif Pajak

Tarif pajaknya adalah sebesar 2,64 persen dari peredaran bruto dan bersifat final.

Peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang atau yang diterima atau diperoleh WP Perushaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri dari pengangkutan orang dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

1. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian carter, maka pihak yang membayar atau pihak yang mencarter wajib :

a. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan/nilai pengganti;

b. Memberikan bukti pemotongan PPh atas penghasilan perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri (final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan;

c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan.

2. Dalam hal penghasilan diperoleh selain yang dimaksud pada huruf a di atas, maka WP perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri wajib :

a. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau kantor pos selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (final);

b. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan.

Pajak Penghasilan atas Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

 Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996 3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ.4/1996.

 Objek Pajak

Penghasilan yang diterima berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

 Subjek Pajak

Subjek Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian carter/sewa. Yang dimaskud dengan perjanjian carter meliputi semua bentuk carter, termasuk sewa ruangan pesawat udara baik untuk orang dan/atau barang (space charter).

 Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 15 atas Penghasilan bagi WP Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri adalah 1,8 persen dari peredaran bruto dan tidak bersifat final. Pembayaran pajak penghasilan yang dimaksud merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Peredaran bruto bagi WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai yang diterima atau diperoleh WP berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

 Pemotongan dan Pelaporan

Pembayaran PPh yang terutang dilakukan melalui pemotongan oleh pencarter sepanjang pencarter tersebut adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Pemotongan dilakukan pada saat pembayaran atau saat terutangnya imbalan atau nilai pengganti. Atas pemotongan PPh tersebut pencarter wajib :

1. Memberikan bukti pemotongan PPh kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan;

2. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

3. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke kantor pelayanan pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai nilai pengganti.

Pajak Penghasilan Atas Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

 Dasar Hukum

1. Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996  Objek Pengenaan PPh

Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penyewaan kapal yang dilakukan dari :

1. Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia; 2. Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia; 3. Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan 4. Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia.

 Subjek Pajak

Adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun luar negeri atau dengan kapal pihak lain.

 Tarif Dasar dan Pengenaan Pajak

Adalah sebesar 1,2 persen dari peredaran bruto dan bersifat final. Peredaran bruto adalah semua imbalan dari pengangkutan (orang dan/atau barang), termasuk penyewaan kapal, yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.

 Tata Cara Pelunasan, Pemotongan, dan Pelaporan Pelaporan PPh yang terutang dilakukan sebagai berikut.

1. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau carter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar atau terutang hasil tersebut wajib :

a. memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti;

b. memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan.

c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya sepuluh bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final).

2. Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada poin a, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib :

a. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setalah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final;

b. melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setalah bulan diterima atau diperolehnya penghasilan.

REFERENSI

Halim, Bawono, dkk. 2014. Perpajakan; Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Penerbit Salemba Empat.

Dalam dokumen Manajemen Perpajakan - Overview PPh (Halaman 31-36)

Dokumen terkait