• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat

42. Tu-tawa

41. Paku-paramp - Polypodium vulgare Polypodiacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

- 43. Memaliq/Sm

eneo

- - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

- 44. Gaka

Ngelagit

- - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak

Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

45. Lempung ngayo

Liana - Rhizophorac eae

Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar

47. Gai syi‟it Rotan Calamus balingensis

Furtado

Arecaceae Semua organ tumbuhan (utuh)

Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun)

Lair Langka Timeq Penyembuhan

48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun,

Buah

Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan 51. Kumar/Lemp

ucant

- Eleiodoxa conferta

Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum

basilicum

Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo

Penyembuhan 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur,

Beliant Bawo

Penyembuhan 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata

brevifolia

Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis

kelamin laki-laki

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan 57. Peringk

Taliq

- Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Penyembuhan

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara.

Beliant Semur

59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant

Rantau Perangk, Melas

Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 61. Raja

Pengalah

Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung

(Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda

citrifolia

Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung (Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan 64. Lancingk

senit

Langusei Ficus minahassae

Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung)

Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam

uapcara adat

Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan 66. Engkehuyo - Chromolaena

odorata

Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum

officinarum L

Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 68. geriq Kemiri Aleurites

moluccana

Euphorbiacea e

Buah Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung

kelapa)

Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur (banci)

Penyembuhan

69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual

membersihkan diri sebelum upacara

Lair Kurang Semua jenis upacara adat

-

71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, buah

Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax

canniformis

Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk burung

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

73. Botoq Ramban Trema orientalis Cannabaceae Batang dan Daun DijadikanTempusoq dan pondasi pada Balai

Liar Melimpah Beliant Rantau Perangk

Penyembuhan

74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam uapcara adat

Liar Kurang Timeq Penyembuhan

75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Daun Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Pemeliharaan hubungan dengan alam, Penyembuhan 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermac eae

Batang dan Daun Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Penyembuhan

77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberacea e

Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo Penyembuhan 78. Biruq

Torungk

- Livistona sp Arecaceae Semua organ tumbuhan secara

utuh

Dijadikan tongkat atau Alu (penumbuk) dalam upacara adat

Liar Kurang Nalint taont Pemeliharaan hubungan dengan alam

Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.

Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain.

Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah

satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa

Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang

semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit

berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit

merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47).

Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu.

Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam

bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya,

sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk.

Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau mengalakan tumbuhan lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.

Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut : 1. Jojot (Musa sp)

Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.

Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.

Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana)

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta

akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat. Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8 cm.

2. Sempat

Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.  Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga

3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm. Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.

Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing, berwarna hijau.

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah pangkal batang.

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya

3. Juangk (Cordyline terminalis)

Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah (Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.

Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan lebar berkisar antara 14-15 cm.

Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25 sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk bola, berwarna merah mengkilat.

Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm.

Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L)

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang.

Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.

4. Jeloq (Musa sp)

Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai Barat khususnya.

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp)

Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung pisang.

5. Nancangk

Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa) dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae. Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009).

Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter, batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan. Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi oleh semut.

Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas daun berwarna hijau.

Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa)

Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji, di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai.

Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.

6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera)

Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.

Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.

Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku, permukaan daun licin dan berwarna hijau.

Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa disebut Lancangk.

7. Tabak

Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah yang memiliki kontur tanah kering.

Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun atas helaian daun.

Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis. Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.

Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.

Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara

tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses upacara menjadi sia-sia.

8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp)

Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.

Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna putih.

Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar 5-6 cm, dengan ujung rucing.

Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai, Telusuq,

Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya. Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.

9. Gaka malongk

Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari tanah.

Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.

Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas, tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada

batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia, dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi, batang terbesar bisa mencapai 9 cm.

Gambar 4.11: Gaka malongk

Daun: Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya, dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap.

Akar: Sistem perakaran akar serabut

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal dengan nama Ruyaq.

10. Cahai/Kunyit (Curcuma domestica)

Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar ke seluruh Dunia.

Batang: Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan.

Daun dan Bunga: Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur (lanset), memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna putih kekuningan.

Gambar 4.12 : Kunyit (Curcuma domestica)

Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna (kuning) pada sesaji dan juga antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut dengan istilah Noccou. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan

atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna buatan.

11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)

Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.

Batang: Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur.

Daun: Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun berkisar 2–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal.  Penggunaan dalam upacara adat: Jahe digunakan oleh Suku Dayak

Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah matang.

Gambar 4.13 : Jahe (Zingiber officinale) 12.Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)

Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter, dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya.

Batang: Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah kecolatan, dengan permukaan halus.

Daun dan Buah: Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin

berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga lapisan.

Gambar 4.14 : Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)

Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan, kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm, dengan panjang hingga 15 cm.

Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari Balai.

13.Ntugaq

Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya

Batang: Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium, kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak

Dokumen terkait