• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur."

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.

(2)

ABSTRACT

Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony.

This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data.

Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.

(3)

STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Yeri Lona 091434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

“Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”

Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya

(7)
(8)
(9)

vii

ABSTRAK

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.

(10)

viii

ABSTRACT

Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony.

This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data.

Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada:

1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber.

4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis.

6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis.

7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan.

8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)
(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Penelitian... 4

(14)

xii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 6

A. Etnobotani ... 6

B. Tumbuhan upacara adat ... 9

C. Suku Dayak Tunjung ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 13

A. Jenis dan metode Penelitian ... ... 13

B. Subjek (informan) Penelitian ... 13

C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 14

D. Data dan Sumber Data.... ... 15

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 15

F. Analisis Data. ... 16

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ... 16

2. Pengumpulan Data ... 16

3. Reduksi Data ... 17

4. Penyajian Data ... 17

5. Menarik Kesimpulan/verifikasi ... 18

 Bagan proses analisis data ... 19

G. Instrumen Penelitian . ... 20

H. Alat – alat Penelitian ... 24

I. Bagan Alur Penelitian ... 25

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Daerah Penelitian ... 26

B. Suku Dayak Tunjung ... 29

C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ... 34

1. Jojot (Musa sp) ... 45

(15)

xiii

3. Juangk (Cordyline terminalis) ... 47

4. Jeloq (Musa sp) ... 48

5. Nancangk ... 49

6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ... 51

7. Tabak ... 52

8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)... 54

9. Gaka malongk ... 55

10.Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ... 57

11.Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) ... 58

12.Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ... 59

13.Ntugaq ... 61

14.Tempera ... 62

15.Tokongk ... 63

16.Kuayant... 64

17.Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ... 66

18.Pangir/bungaq ... 67

19.Pujaq ... 69

20.Ami/ Uncaria gambir ... 70

21.Gaka Kedot ... 71

22.Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ... 72

23.Harump ... 74

24.Komat/puring hijau ... 75

25.Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ... 76

26.Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ... 77

27.Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ... 78

28.Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ... 79

29.Paant/Pinang (Areca catechu) ... 81

30.Sarap/Aren (Arenga pinnata) ... 82

31.Rakap/Sirih (Piper betle) ... 84

32.Wangun... 86

(16)

xiv

34.Pengoq ... 89

35.Pengoq peai ... 90

36.Sewet/pisang hutan... 92

37.Mawa ... 94

38.Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ... 95

39.Jiee... 96

40.Persiah ... 98

41.Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 99

42.Tu-tawa ... 101

43.Memaliq/semeneo ... 102

44.Gaka ngelagit ... 103

45.Lempung ngayo ... 104

46.Rekep ... 106

47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ... 107

48.Gai sokak (Calamus caesius) ... 109

49.Biruq ... 111

50.Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ... 112

51.Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ... 114

52.Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)... 116

53.Ketapuq... 118

54.Pegangk lau ... 119

55.Bunglew ... 121

56.Deraya ... 123

57.Peringk taliq ... 124

58.Kuayant kuning ... 126

59.Nturui ... 127

60.Lunuk (Ficus benjamina) ... 129

61.Raja pengalah ... 131

62.Pentar ... 132

63.Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 134

(17)

xv

65.Mermungk ... 137

66.Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 139

67.Tuuq salah... 141

68.Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ... 142

69.Isak-isik ... 145

70.Akar ... 146

71.Ukor ... 148

72.Bemant/Bemban (Donax canniformis) ... 149

73.Botoq/Ramban (Trema orientalis) ... 151

74.Niungk ... 152

75.Jauq/Palem hutan ... 154

76.Belayant ... 156

77.Ntrarant ... 158

78.Biruq torungk ... 159

D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 161

E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 165

F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan ... 166

G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ... 167

H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ... 170

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 172

A. Kesimpulan ... 172

B. Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 174

(18)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian

untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ... 15 Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian

untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan

sebagai sarana Upacara Adat... 15 Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ... 20 Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku

Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi

Kalimantan Timur... 23 Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ... 36 Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku

Dayak Tunjung ... 37 Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara

(19)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ... 19

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ... 25

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ... 28

Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ... 32

Gambar 4.3 Daun Jojot muda ... 45

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ... 47

Gambar 4.5 Hanjuang merah ... 48

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ... 49

Gambar 4.7 Pohong mahang muda ... 50

Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) ... 51

Gambar 4.9 Tabak ... 53

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ... 54

Gambar 4.11 Gaka malongk ... 56

Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ... 57

Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)... 59

Gambar 4.14 Kayu Ulin... 60

(20)

xviii

Gambar 4.16 Tempera ... 62

Gambar 4.17 Bunga tokongk ... 63

Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan ... 54

Gambar 4.19 Batang kuayant ... 65

Gambar 4. 20 Tebu ... 67

Gambar 4.21 Tumbuan pangir ... 68

Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ... 69

Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ... 70

Gambar 4.24 Gaka kedot ... 72

Gambar 4.25 Gai pelas ... 73

Gambar 4.26 Harump ... 74

Gambar 4.27 Puring hijau ... 75

Gambar 4.28 Paku sarang burung ... 76

Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ... 77

Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ... 78

Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki ... 80

Gambar 4.32 Pohong pinang ... 82

Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata) ... 83

(21)

xix

Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ... 87

Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ... 88

Gambar 4.37 pengoq ... 90

Gambar 4.38 Pengoq peai ... 91

Gambar 4.39 Sewet ... 92

Gambar 4.40 Mawa ... 94

Gambar 4.41 Keledang ... 96

Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ... 97

Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ... 99

Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 100

Gambar 4.45 Tu-tawa ... 101

Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ... 102

Gambar 4.47 Gaka ngelagit ... 104

Gambar 4.48 Lempung ngayo... 105

Gambar 4.49 Rekep ... 106

Gambar 4.50 Gai syi’it ... 108

Gambar 4.51 Gai sokak ... 110

Gambar 4.52 Biruq ... 111

Gambar 4.53 Nanas ... 114

(22)

xx

Gambar 4.55 Selasih... 117

Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ... 118

Gambar 4.57 Pegangk lau ... 120

Gambar 4.58 Bunglew ... 122

Gambar 4.59 Deraya... 124

Gambar 4.60 Peringk taliq ... 125

Gambar 4.61 Kuayant kuning ... 126

Gambar 4.62 Nturui ... 127

Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ... 130

Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ... 132

Gambar 4.65 Pentar ... 133

Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 135

Gambar 4.67 lancingk senit ... 137

Gambar 4.68 mermungk ... 138

Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 140

Gambar 4.70 Tuuq salah ... 141

Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)... 144

Gambar 4.72 Isak-isik ... 145

Gambar 4.73 Tumbuhan akar ... 147

(23)

xxi

Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ... 150

Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)... 151

Gambar 4,77 Niungk ... 153

Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ... 155

Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ... 157

Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ... 159

Gambar 4.81 Biruq Torungk ... 160

Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam

upacara adat Suku Dayak tunjung ... 162

Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara

(24)

xxii LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN ... 176 LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER ... 178 LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK

TUNJUNG ... 180 LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU

DAYAK TUNJUNG ... 184 LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA

ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG... 187 LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ... 191 LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT

YANG TERIDENTIFIKASI ... 192 LAMPIRAN 8 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN

UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ... 193 LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN

DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK

TUNJUNG ... 194 LAMPIRAN 10 SILABUS ... 200 LAMPIRAN 11 RPP ... 204 LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ... 217 LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ... 220 LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH

(25)

1 BAB I

A.Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri (inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan perkembangan peradaban manusia yang kompleks.

Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat Suku Dayak Tunjung.

(26)

Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman

“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan

dianut secara lisan.

Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.

(27)

karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam, tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur

B.Rumusan Masalah

Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung?

2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung?

3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan? 4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut? C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung

2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung

(28)

D.Batasan Penelitian

Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:

1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.

2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian lingkungan.

3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung.

4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat famili hingga tingkat spesies

5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan tersebut.

E.Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya

(29)

3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten Kutai Barat.

4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.

(30)

6

TINJAUAN PUSTAKA A.Etnobotani

Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W. Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :

1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan sandang.

2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.

3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.

4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.

(31)

disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang hingga sekarang.

Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:

a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat

e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.

(32)

menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:

1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.

2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan pengelolaan lahan.

3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi etnotaksonomi.

4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.

5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan tumbuhan obat-obatan.

6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.

(33)

B.Tumbuhan upacara adat

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.

Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan. Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula, dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.

(34)

Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat baik langsung maupun tidak langsung.

Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turun-temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata, yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.

(35)

(Koentjaraningrat, 1967: 241)

C.Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam komunikasi.

Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan bicara yang berbeda suku dan budayanya.

(36)
(37)

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan metode penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

B.Subjek (informan) penelitian

(38)

1. Berasal Suku Dayak Tunjung.

2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.

3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama 4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat

5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam kehidupan masyarakat.

Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang upacara adat Suku Dayak Tunjung.

C.Tempat dan waktu penelitian

(39)

D.Data dan sumber data

[image:39.595.102.512.169.590.2]

Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung

Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Sejarah Suku Dayak Tunjung  Tokoh adat

 Pelaku Upacara adat

 Dokumen dan

 Sumber lain yang relevan.

 Wawancara

 Observasi lapangan

 Telaah pustaka

 Telaah dokumen

 Dokumentasi Kehidupan Sosial dan

Budaya.

Hubungan antara Masyarakat dengan Lingkungannya.

Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat.

Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Jenis Tumbuhan yang

dimanfaatkan

1.Pelaku Upacara adat dan tokoh terkait lainnya yang relevan 2.Lingkungan dan

alam sekitar

Wawancara,

Observasi lapangan dan Dokumentasi Organ Tumbuhan yang

dimanfaatkan

Cara mendapatkan Organ tumbuhan

Pengunaan Organ Tumbuhan

E.Teknik pengumpulan data

(40)

proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

F. Analisis data

Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya. Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan

Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data berikutnya.

2. Pengumpulan data

(41)

terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa rekayasa.

3. Reduksi data

Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses selanjutnya.

4. Penyajian data

(42)

penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam menyajikan data dan mudah untuk dipahami.

5. Menarik kesimpulan/Verifikasi

(43)
[image:43.595.97.537.182.613.2]

Bagan proses analisa data

Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data Langkah 1:

Analisis data sebelum terjun ke lapangan

Langkah 2:

Pengumpulan data

Langkah 3:

Reduksi data Langkah 4:

Penyajian data

Langkah 5:

(44)

G.Instrumen penelitian

Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.

[image:44.595.103.517.149.744.2]

Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang ditanyakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan

No Poin pertanyaan Tujuan

1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui tentang sejarah suku Dayak Tunjung 2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya

suku Dayak Tunjung?

(45)

No Poin pertanyaan Tujuan 3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial

dan budaya suku Dayak Tunjung jaman dahulu dan sekarang?

Untuk mengetahui perkembangan kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar. 4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang

menurut pandangan suku Dayak Tunjung? (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan berdasarkan jawaban narasumber).

Untuk mengetahui pandangan suku Dayak Tunjung terhadap keadaan lingkungan sekitar

5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan suku Dayak Tunjung dalam rangka pelestarian lingkungan? Apakah aturan tersebut merupakan regulasi wajib yang harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung dalam melakukan interaksi dengan lingkungan?

Untuk mengetahui bagaimana suku Dayak Tunjung melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar beserta peraturan setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak. Dalam melakukan kegiatan upacara adat,

jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh suku Dayak Tunjung?

Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat. 6 Dalam melakukan upacara adat yang

tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan?

(46)

No Poin pertanyaan Tujuan Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan

upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka dibutuhkan upacara khus untuk

mendapatkan organ tumbuhan, apakah semua masyarakat Suku Dayak Tunjung atau hanya orang tertentu saja yang dapat mengambil tumbuhan upacara tersebut?

bagaimana cara Suku Dayak Tunjung mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat. 8 Bagaimana penggunaan organ tumbuhan

dalam upacara adat suku Dayak Tunjung?

(47)
[image:47.842.136.713.179.422.2]

Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur

No

Nama

Famili

Organ yang digunakan

Cara penggunaan

Sumber prolehan

Ketersediaan di lapangan

(48)

H.Alat-alat penelitian

Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi, dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alat-alat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.

(49)

I. Bagan alur penelitian

Mulai

Mencari dan menentukan masalah penelitian

Studi litelatur Menentukan fokus dan rumusan masalah

Menentukan tujuan penelitian Menyusun kajian pustaka

Menentukan metode penelitian

Menyusun waktu dan lokasi penelitian

Menyusun panduan pengambilan data

Menentukan alat-alat yang digunakan Pengurusan izin penelitian

Penelitian lapangan

Analisis data Pengumpulan

data

[image:49.595.101.516.131.757.2]

Data lengkap? Ya/tidak Tidak Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan dan saran Ya Selesai

(50)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Daerah penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai, bergelombang dan curam.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial, Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.

(51)

Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan, Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.

(52)
[image:52.595.102.521.112.613.2]

Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian

(53)

kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.

B.Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.

Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung, Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru, Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara Lebandan Desa Mujan.

(54)

dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari Suku Dayak Tunjung Sendiri.

Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka, tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari

“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji

Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar, kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.

(55)

pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap lapisan masyarakat.

Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans (1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.

(56)

bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang menjadi Suku dayak Rentenungk.

Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai Mahakam.

(57)

Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini, perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.

Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara berburu dan lain-lain.

(58)

mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.

Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa kepercayaan Suku Dayak Tunjung.

C.Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung

(59)

Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.

(60)

Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi

No FAMILI Jumlah

1. Musaceae 3

2. Cannabaceae 2

3. Moraceae 5

4. Zingiberaceae 6

5. Agavaceae 1

6. Euphorbiaceae 3

7. Arecoideae 1

8. Poaceae 9

9. Lauraceae 1

10. Urtiaceae 1

11. Rubiaceae 3

12. Apocynaceae 2

13. Fabaceae 1

14. Arecaceae 11

15. Acanthaceae 1

16. Polypodiaceae 2

17. Asteraceae 2

18. Melastomataceae 1

19. Cyperaceae 1

20. Piperaceae 2

21. Meliaceae 1

22. Sapindaceae 2

23. Leguminosae 2

24. Rhizophoraceae 1

25. Bromeliaceae 1

26. Lamiaceae 2

27. Moreceae 1

28. Loranthaceae 1

29. Marantaceae 2

30. Menispermaceae 1

31. Tidak teridentifikasi 6

(61)

(Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)

No Nama

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan

Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Akar

Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media

penyampaian mantra.

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan

2. Sempat - - Zingiberacea

e

Batang dan akar Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan (Mantir)

Penyembuhan

3. Juangk Hanjuang Merah

Cordyline terminalis L

Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian mantra dalam upacara adat

- Dijadikan Pengumak

Budiadaya Kurang Beliant Semur, Beliant Bawo, Beliant Sentiu, Beliant Kencong

Penyembuhan dan hajatan

4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Akar

Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media

penyampaian mantra.

Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat

-

5. Nancangk Mahang Macaranga mappa

Euphorbiacea e

Batang, Kulit batang dan Daun

Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam

meletakan sesaji pada balai.

Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan

6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain

sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll.

Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat

-

7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media perantara antara pelaku upacara

dengan alam sekitar.

Budidaya/liar Kurang Semua Upacara Adat

-

8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak sesaji, dan dijadikan media dalam

upacara adat

Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

9. Gaka malongk

- - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam pembuatan alat-alat upacara

Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt

(62)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

10. Cahai Kunyit Curcuma domestica

Zingiberacea e

Umbi Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat

Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat

-

11. Lejaq Jahe Zingiber officinale

Zingiberacea e

Umbi Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara

Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &

keselamatan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon

zwageri

Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat

Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, Permintaan akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat

menggantungkan ancak disetiap sudut balai

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &

keselamatan 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam

pembuaran media upacara, jeak.

Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. Dll.

-

15. Tokongk - Amomum aculeatum

Zingiberacea e

Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji.

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

16. Kuayant Bambu Bambusa arundinacea

Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari

upacara

Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, pemeliharaan hubungan

dengan alam 18. Pangir/Bung

aq

- Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan “berkat” upacara kepada objek

upacara

Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara Adat

-

19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna atribut upacara

Liar/Budidaya Langka Semua Upacara Adat

-

20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu, Banyungk

Penyembuhan, permintaan, perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam

pembuatan balai

Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan

22. Gai pelas Rotan Calamus penicillatus

Roxb

Arecaceae Batang Digunakan untuk menggantungkan subbai

Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam kpd alam

23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum

variegatum.

Euphorbiacea e

(63)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

25. Ngkapaq Paku sarang burung

Asplenium nidus Polypodiacea e

Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat

Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan

26. Muungk/He mungk

Sembung Blumea balsamifera

Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan

27. Kuncengk Heredong Melastoma affine

Melastomata ceae

Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami

kesurupan.

Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan

28. Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus

Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan

29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Buah, Batang

Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Banyungk dan haampir semua upacara adat Suku

Dayak Tunjung

-

30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah Timeq, Beliant Bawo, Semur,

Sentiu

Penyembuhan

31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah Hampir semua upacara adat

-

32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan pada Benawingk

Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis

kelamin wanita

Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan

34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Daun, Batang

Batang dijadikan patung, daun dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara

Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Bukur

Penyembuhan, penebusan atas suatu kesalahan yang dilakukan kepada alam

37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit batang

Daun dijadikan Jeak, Kulit batang dijadikan Ancak

Liar Melimpah Hampir semua Upacara Adat

-

38. Puant Keledang Artocarpus lanceifolius

Roxb

Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat

-

39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

(64)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

41. Paku-paramp - Polypodium vulgare

Polypodiacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea e

Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat

-

43. Memaliq/Sm eneo

- - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara

Adat

-

44. Gaka Ngelagit

- - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak

Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

45. Lempung ngayo

Liana - Rhizophorac eae

Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar

46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar

47. Gai syi‟it Rotan Calamus balingensis

Furtado

Arecaceae Semua organ tumbuhan (utuh)

Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun)

Lair Langka Timeq Penyembuhan

48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan

50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun, Buah

Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan

51. Kumar/Lemp ucant

- Eleiodoxa conferta

Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum

basilicum

Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo

Penyembuhan

53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo

Penyembuhan

54. Pegangk Lau Ilalang Imperata brevifolia

Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan

55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis

kelamin laki-laki

Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan

57. Peringk Taliq

- Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam

(65)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Tujuan Upacara

Daerah Umum Ilmiah

Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara.

Beliant Semur

59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant

Rantau Perangk, Melas

Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 61. Raja

Pengalah

Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung

(Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan

63. Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia

Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung (Kernyamp)

Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan

64. Lancingk senit

Langusei Ficus minahassae

Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung)

Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &

lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam

uapcara adat

Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan

66. Engkehuyo - Chromolaena odorata

Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum

officinarum L

Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 68. geriq Kemiri Aleurites

moluccana

Euphorbiacea e

Buah Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung

kelapa)

Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur (banci)

Penyembuhan

69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual

membersihkan diri sebelum upacara

Lair Kurang Semua jenis upacara adat

-

71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, buah

Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax

canniformis

Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk burung

(66)

No

Famili Organ yang

digunakan Cara penggunaan perolehan sumber

Ketersediaan di lapangan

Jenis upacara

Gambar

Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung
Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semakin banyak informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan, sehingga mendorong stakeholders untuk

bahwa: Total koloni yang didapatkan dari isolasi dadih Air Dingin adalah 1.46 x l0' CFU/g, setelah dilakukan isolasi didapatkan. sebelas isolat yang merupakan bakteri

33 Disajikan pernyataan sederhana tentang Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, siswa mampu menjelaskan tentang dakwah kepada seseorang baik yang sudah islam maupun tidak.

Kesimpulan yang diperoleh dari desain interior restoran Jepang Hakata Ikkousha dengan konsep komunikatif adalah sebagai berikut. Hakata Ikkousha merupakan restoran Jepang

1. Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan. a) Metode ceramah adalah memberikan informasi bahan pelajaran kepada siswa dan melatih siswa memahami bahan pelajaran

Program latihan beban yang baik harus dilakukan hati-hati, progresif, bersifat individual, beban disesuaikan, berkelanjutan, menghindari bagian tubuh yang lemah,

Ke- väällä 2009 julkaistussa World Economic Outlook for 2009 – artikkelissaan Dennis Wil- son, Memphisin yliopiston professori, arvioi maailmantalouden taantuvan 0,9 prosentin

Berdasarkan dari beberapa paparan yang telah dikemukakan dan temuan yang ada, model pembelajaran STM terbukti dapat memberikan peluang yang besar untuk