ABSTRAK
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.
ABSTRACT
Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony.
This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data.
Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.
STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh: Yeri Lona 091434028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”
Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya
vii
ABSTRAK
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.
viii
ABSTRACT
Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony.
This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data.
Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada:
1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber.
4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis.
6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis.
7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan.
8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Batasan Penelitian... 4
xii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 6
A. Etnobotani ... 6
B. Tumbuhan upacara adat ... 9
C. Suku Dayak Tunjung ... 11
BAB III. METODE PENELITIAN ... 13
A. Jenis dan metode Penelitian ... ... 13
B. Subjek (informan) Penelitian ... 13
C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 14
D. Data dan Sumber Data.... ... 15
E. Teknik Pengumpulan Data. ... 15
F. Analisis Data. ... 16
1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ... 16
2. Pengumpulan Data ... 16
3. Reduksi Data ... 17
4. Penyajian Data ... 17
5. Menarik Kesimpulan/verifikasi ... 18
Bagan proses analisis data ... 19
G. Instrumen Penelitian . ... 20
H. Alat – alat Penelitian ... 24
I. Bagan Alur Penelitian ... 25
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Daerah Penelitian ... 26
B. Suku Dayak Tunjung ... 29
C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ... 34
1. Jojot (Musa sp) ... 45
xiii
3. Juangk (Cordyline terminalis) ... 47
4. Jeloq (Musa sp) ... 48
5. Nancangk ... 49
6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ... 51
7. Tabak ... 52
8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)... 54
9. Gaka malongk ... 55
10.Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ... 57
11.Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) ... 58
12.Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ... 59
13.Ntugaq ... 61
14.Tempera ... 62
15.Tokongk ... 63
16.Kuayant... 64
17.Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ... 66
18.Pangir/bungaq ... 67
19.Pujaq ... 69
20.Ami/ Uncaria gambir ... 70
21.Gaka Kedot ... 71
22.Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ... 72
23.Harump ... 74
24.Komat/puring hijau ... 75
25.Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ... 76
26.Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ... 77
27.Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ... 78
28.Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ... 79
29.Paant/Pinang (Areca catechu) ... 81
30.Sarap/Aren (Arenga pinnata) ... 82
31.Rakap/Sirih (Piper betle) ... 84
32.Wangun... 86
xiv
34.Pengoq ... 89
35.Pengoq peai ... 90
36.Sewet/pisang hutan... 92
37.Mawa ... 94
38.Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ... 95
39.Jiee... 96
40.Persiah ... 98
41.Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 99
42.Tu-tawa ... 101
43.Memaliq/semeneo ... 102
44.Gaka ngelagit ... 103
45.Lempung ngayo ... 104
46.Rekep ... 106
47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ... 107
48.Gai sokak (Calamus caesius) ... 109
49.Biruq ... 111
50.Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ... 112
51.Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ... 114
52.Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)... 116
53.Ketapuq... 118
54.Pegangk lau ... 119
55.Bunglew ... 121
56.Deraya ... 123
57.Peringk taliq ... 124
58.Kuayant kuning ... 126
59.Nturui ... 127
60.Lunuk (Ficus benjamina) ... 129
61.Raja pengalah ... 131
62.Pentar ... 132
63.Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 134
xv
65.Mermungk ... 137
66.Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 139
67.Tuuq salah... 141
68.Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ... 142
69.Isak-isik ... 145
70.Akar ... 146
71.Ukor ... 148
72.Bemant/Bemban (Donax canniformis) ... 149
73.Botoq/Ramban (Trema orientalis) ... 151
74.Niungk ... 152
75.Jauq/Palem hutan ... 154
76.Belayant ... 156
77.Ntrarant ... 158
78.Biruq torungk ... 159
D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 161
E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung ... 165
F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan ... 166
G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ... 167
H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ... 170
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 172
A. Kesimpulan ... 172
B. Saran ... 172
DAFTAR PUSTAKA ... 174
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian
untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ... 15 Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian
untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan
sebagai sarana Upacara Adat... 15 Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ... 20 Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku
Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi
Kalimantan Timur... 23 Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ... 36 Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku
Dayak Tunjung ... 37 Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ... 19
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ... 25
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ... 28
Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ... 32
Gambar 4.3 Daun Jojot muda ... 45
Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ... 47
Gambar 4.5 Hanjuang merah ... 48
Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ... 49
Gambar 4.7 Pohong mahang muda ... 50
Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) ... 51
Gambar 4.9 Tabak ... 53
Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ... 54
Gambar 4.11 Gaka malongk ... 56
Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ... 57
Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)... 59
Gambar 4.14 Kayu Ulin... 60
xviii
Gambar 4.16 Tempera ... 62
Gambar 4.17 Bunga tokongk ... 63
Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan ... 54
Gambar 4.19 Batang kuayant ... 65
Gambar 4. 20 Tebu ... 67
Gambar 4.21 Tumbuan pangir ... 68
Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ... 69
Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ... 70
Gambar 4.24 Gaka kedot ... 72
Gambar 4.25 Gai pelas ... 73
Gambar 4.26 Harump ... 74
Gambar 4.27 Puring hijau ... 75
Gambar 4.28 Paku sarang burung ... 76
Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ... 77
Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ... 78
Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki ... 80
Gambar 4.32 Pohong pinang ... 82
Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata) ... 83
xix
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ... 87
Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ... 88
Gambar 4.37 pengoq ... 90
Gambar 4.38 Pengoq peai ... 91
Gambar 4.39 Sewet ... 92
Gambar 4.40 Mawa ... 94
Gambar 4.41 Keledang ... 96
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ... 97
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ... 99
Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ... 100
Gambar 4.45 Tu-tawa ... 101
Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ... 102
Gambar 4.47 Gaka ngelagit ... 104
Gambar 4.48 Lempung ngayo... 105
Gambar 4.49 Rekep ... 106
Gambar 4.50 Gai syi’it ... 108
Gambar 4.51 Gai sokak ... 110
Gambar 4.52 Biruq ... 111
Gambar 4.53 Nanas ... 114
xx
Gambar 4.55 Selasih... 117
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ... 118
Gambar 4.57 Pegangk lau ... 120
Gambar 4.58 Bunglew ... 122
Gambar 4.59 Deraya... 124
Gambar 4.60 Peringk taliq ... 125
Gambar 4.61 Kuayant kuning ... 126
Gambar 4.62 Nturui ... 127
Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ... 130
Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ... 132
Gambar 4.65 Pentar ... 133
Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ... 135
Gambar 4.67 lancingk senit ... 137
Gambar 4.68 mermungk ... 138
Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ... 140
Gambar 4.70 Tuuq salah ... 141
Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)... 144
Gambar 4.72 Isak-isik ... 145
Gambar 4.73 Tumbuhan akar ... 147
xxi
Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ... 150
Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)... 151
Gambar 4,77 Niungk ... 153
Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ... 155
Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ... 157
Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ... 159
Gambar 4.81 Biruq Torungk ... 160
Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam
upacara adat Suku Dayak tunjung ... 162
Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara
xxii LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN ... 176 LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER ... 178 LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK
TUNJUNG ... 180 LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU
DAYAK TUNJUNG ... 184 LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA
ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG... 187 LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ... 191 LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT
YANG TERIDENTIFIKASI ... 192 LAMPIRAN 8 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN
UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ... 193 LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN
DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK
TUNJUNG ... 194 LAMPIRAN 10 SILABUS ... 200 LAMPIRAN 11 RPP ... 204 LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ... 217 LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ... 220 LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH
1 BAB I
A.Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri (inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan perkembangan peradaban manusia yang kompleks.
Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat Suku Dayak Tunjung.
Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman
“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan
dianut secara lisan.
Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.
karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam, tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
B.Rumusan Masalah
Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung?
2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung?
3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan? 4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut? C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung
2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung
D.Batasan Penelitian
Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:
1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.
2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian lingkungan.
3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung.
4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat famili hingga tingkat spesies
5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan tersebut.
E.Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya
3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten Kutai Barat.
4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.
6
TINJAUAN PUSTAKA A.Etnobotani
Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W. Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :
1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan sandang.
2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.
3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.
4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.
disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang hingga sekarang.
Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:
a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat
e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.
menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:
1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.
2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan pengelolaan lahan.
3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi etnotaksonomi.
4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.
5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan tumbuhan obat-obatan.
6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.
B.Tumbuhan upacara adat
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.
Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan. Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula, dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.
Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat baik langsung maupun tidak langsung.
Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turun-temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata, yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.
(Koentjaraningrat, 1967: 241)
C.Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam komunikasi.
Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan bicara yang berbeda suku dan budayanya.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis dan metode penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
B.Subjek (informan) penelitian
1. Berasal Suku Dayak Tunjung.
2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.
3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama 4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat
5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam kehidupan masyarakat.
Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang upacara adat Suku Dayak Tunjung.
C.Tempat dan waktu penelitian
D.Data dan sumber data
[image:39.595.102.512.169.590.2]Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung
Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Sejarah Suku Dayak Tunjung Tokoh adat
Pelaku Upacara adat
Dokumen dan
Sumber lain yang relevan.
Wawancara
Observasi lapangan
Telaah pustaka
Telaah dokumen
Dokumentasi Kehidupan Sosial dan
Budaya.
Hubungan antara Masyarakat dengan Lingkungannya.
Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat.
Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Jenis Tumbuhan yang
dimanfaatkan
1.Pelaku Upacara adat dan tokoh terkait lainnya yang relevan 2.Lingkungan dan
alam sekitar
Wawancara,
Observasi lapangan dan Dokumentasi Organ Tumbuhan yang
dimanfaatkan
Cara mendapatkan Organ tumbuhan
Pengunaan Organ Tumbuhan
E.Teknik pengumpulan data
proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
F. Analisis data
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya. Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan
Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data berikutnya.
2. Pengumpulan data
terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa rekayasa.
3. Reduksi data
Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses selanjutnya.
4. Penyajian data
penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam menyajikan data dan mudah untuk dipahami.
5. Menarik kesimpulan/Verifikasi
Bagan proses analisa data
Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data Langkah 1:
Analisis data sebelum terjun ke lapangan
Langkah 2:
Pengumpulan data
Langkah 3:
Reduksi data Langkah 4:
Penyajian data
Langkah 5:
G.Instrumen penelitian
Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.
[image:44.595.103.517.149.744.2]Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang ditanyakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan
No Poin pertanyaan Tujuan
1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui tentang sejarah suku Dayak Tunjung 2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya
suku Dayak Tunjung?
No Poin pertanyaan Tujuan 3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial
dan budaya suku Dayak Tunjung jaman dahulu dan sekarang?
Untuk mengetahui perkembangan kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar. 4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang
menurut pandangan suku Dayak Tunjung? (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan berdasarkan jawaban narasumber).
Untuk mengetahui pandangan suku Dayak Tunjung terhadap keadaan lingkungan sekitar
5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan suku Dayak Tunjung dalam rangka pelestarian lingkungan? Apakah aturan tersebut merupakan regulasi wajib yang harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung dalam melakukan interaksi dengan lingkungan?
Untuk mengetahui bagaimana suku Dayak Tunjung melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar beserta peraturan setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak. Dalam melakukan kegiatan upacara adat,
jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh suku Dayak Tunjung?
Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat. 6 Dalam melakukan upacara adat yang
tentunya memiliki tujuan yang berbeda-beda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan?
No Poin pertanyaan Tujuan Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan
upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka dibutuhkan upacara khus untuk
mendapatkan organ tumbuhan, apakah semua masyarakat Suku Dayak Tunjung atau hanya orang tertentu saja yang dapat mengambil tumbuhan upacara tersebut?
bagaimana cara Suku Dayak Tunjung mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat. 8 Bagaimana penggunaan organ tumbuhan
dalam upacara adat suku Dayak Tunjung?
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur
No
Nama
Famili
Organ yang digunakan
Cara penggunaan
Sumber prolehan
Ketersediaan di lapangan
H.Alat-alat penelitian
Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi, dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alat-alat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.
I. Bagan alur penelitian
Mulai
Mencari dan menentukan masalah penelitian
Studi litelatur Menentukan fokus dan rumusan masalah
Menentukan tujuan penelitian Menyusun kajian pustaka
Menentukan metode penelitian
Menyusun waktu dan lokasi penelitian
Menyusun panduan pengambilan data
Menentukan alat-alat yang digunakan Pengurusan izin penelitian
Penelitian lapangan
Analisis data Pengumpulan
data
[image:49.595.101.516.131.757.2]Data lengkap? Ya/tidak Tidak Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan dan saran Ya Selesai
26 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A.Daerah penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai, bergelombang dan curam.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial, Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.
Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan, Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.
Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian
kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.
B.Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.
Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung, Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru, Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara Lebandan Desa Mujan.
dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari Suku Dayak Tunjung Sendiri.
Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka, tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari
“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji
Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar, kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.
pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap lapisan masyarakat.
Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans (1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.
bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang menjadi Suku dayak Rentenungk.
Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai Mahakam.
Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini, perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.
Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara berburu dan lain-lain.
mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa kepercayaan Suku Dayak Tunjung.
C.Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi
No FAMILI Jumlah
1. Musaceae 3
2. Cannabaceae 2
3. Moraceae 5
4. Zingiberaceae 6
5. Agavaceae 1
6. Euphorbiaceae 3
7. Arecoideae 1
8. Poaceae 9
9. Lauraceae 1
10. Urtiaceae 1
11. Rubiaceae 3
12. Apocynaceae 2
13. Fabaceae 1
14. Arecaceae 11
15. Acanthaceae 1
16. Polypodiaceae 2
17. Asteraceae 2
18. Melastomataceae 1
19. Cyperaceae 1
20. Piperaceae 2
21. Meliaceae 1
22. Sapindaceae 2
23. Leguminosae 2
24. Rhizophoraceae 1
25. Bromeliaceae 1
26. Lamiaceae 2
27. Moreceae 1
28. Loranthaceae 1
29. Marantaceae 2
30. Menispermaceae 1
31. Tidak teridentifikasi 6
(Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber perolehan Ketersediaan di lapangan Jenis upacara Tujuan Upacara
Daerah Umum Ilmiah
1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Akar
Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan
2. Sempat - - Zingiberacea
e
Batang dan akar Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan (Mantir)
Penyembuhan
3. Juangk Hanjuang Merah
Cordyline terminalis L
Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian mantra dalam upacara adat
- Dijadikan Pengumak
Budiadaya Kurang Beliant Semur, Beliant Bawo, Beliant Sentiu, Beliant Kencong
Penyembuhan dan hajatan
4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Akar
Dijadikan patung, pembungkus sesaji, dan juga media
penyampaian mantra.
Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat
-
5. Nancangk Mahang Macaranga mappa
Euphorbiacea e
Batang, Kulit batang dan Daun
Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam
meletakan sesaji pada balai.
Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan
6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain
sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll.
Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat
-
7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media perantara antara pelaku upacara
dengan alam sekitar.
Budidaya/liar Kurang Semua Upacara Adat
-
8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak sesaji, dan dijadikan media dalam
upacara adat
Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
9. Gaka malongk
- - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam pembuatan alat-alat upacara
Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt
No
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan perolehan sumber
Ketersediaan di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah Umum Ilmiah
10. Cahai Kunyit Curcuma domestica
Zingiberacea e
Umbi Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat
Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat
-
11. Lejaq Jahe Zingiber officinale
Zingiberacea e
Umbi Dijadikan bumbu dalam pembuatan sesaji upacara
Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &
keselamatan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon
zwageri
Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat
Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, Permintaan akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat
menggantungkan ancak disetiap sudut balai
Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan perlindungan &
keselamatan 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam
pembuaran media upacara, jeak.
Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. Dll.
-
15. Tokongk - Amomum aculeatum
Zingiberacea e
Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Balai, rempah sesaji.
Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan
16. Kuayant Bambu Bambusa arundinacea
Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari
upacara
Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, pemeliharaan hubungan
dengan alam 18. Pangir/Bung
aq
- Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan “berkat” upacara kepada objek
upacara
Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara Adat
-
19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna atribut upacara
Liar/Budidaya Langka Semua Upacara Adat
-
20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu, Banyungk
Penyembuhan, permintaan, perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam
pembuatan balai
Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan
22. Gai pelas Rotan Calamus penicillatus
Roxb
Arecaceae Batang Digunakan untuk menggantungkan subbai
Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam kpd alam
23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum
variegatum.
Euphorbiacea e
No
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan perolehan sumber
Ketersediaan di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah Umum Ilmiah
25. Ngkapaq Paku sarang burung
Asplenium nidus Polypodiacea e
Daun Dijadikan anjat dalam upacara adat
Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan
26. Muungk/He mungk
Sembung Blumea balsamifera
Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan
27. Kuncengk Heredong Melastoma affine
Melastomata ceae
Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku upacara yang mengalami
kesurupan.
Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan
28. Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus
Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan
29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Buah, Batang
Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Banyungk dan haampir semua upacara adat Suku
Dayak Tunjung
-
30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah Timeq, Beliant Bawo, Semur,
Sentiu
Penyembuhan
31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah Hampir semua upacara adat
-
32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan pada Benawingk
Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis
kelamin wanita
Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan
34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Daun, Batang
Batang dijadikan patung, daun dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara
Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Bukur
Penyembuhan, penebusan atas suatu kesalahan yang dilakukan kepada alam
37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit batang
Daun dijadikan Jeak, Kulit batang dijadikan Ancak
Liar Melimpah Hampir semua Upacara Adat
-
38. Puant Keledang Artocarpus lanceifolius
Roxb
Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat
-
39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara
Adat
No
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan perolehan sumber
Ketersediaan di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah Umum Ilmiah
40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
41. Paku-paramp - Polypodium vulgare
Polypodiacea e
Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea e
Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat
-
43. Memaliq/Sm eneo
- - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara
Adat
-
44. Gaka Ngelagit
- - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun dijadikan Jeak
Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar
45. Lempung ngayo
Liana - Rhizophorac eae
Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam sekitar
46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar
47. Gai syi‟it Rotan Calamus balingensis
Furtado
Arecaceae Semua organ tumbuhan (utuh)
Wuint awoi( digunakan utuh dari akar sampai daun)
Lair Langka Timeq Penyembuhan
48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan
50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun, Buah
Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan
51. Kumar/Lemp ucant
- Eleiodoxa conferta
Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum
basilicum
Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo
Penyembuhan
53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Beliant Bawo
Penyembuhan
54. Pegangk Lau Ilalang Imperata brevifolia
Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan
55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis
kelamin laki-laki
Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan
57. Peringk Taliq
- Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam
No
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan perolehan sumber
Ketersediaan di lapangan
Jenis upacara
Tujuan Upacara
Daerah Umum Ilmiah
Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara.
Beliant Semur
59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant
Rantau Perangk, Melas
Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &
lingkungan 61. Raja
Pengalah
Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &
lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung
(Kernyamp)
Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan
63. Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia
Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung (Kernyamp)
Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan
64. Lancingk senit
Langusei Ficus minahassae
Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang dijadikan patung)
Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan perkenalan dengan alam &
lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam
uapcara adat
Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan
66. Engkehuyo - Chromolaena odorata
Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum
officinarum L
Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura negatif dari lingkungan 68. geriq Kemiri Aleurites
moluccana
Euphorbiacea e
Buah Buah digunakan sambil membacakan mantra (digunakan dalam tempurung
kelapa)
Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur (banci)
Penyembuhan
69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual
membersihkan diri sebelum upacara
Lair Kurang Semua jenis upacara adat
-
71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, buah
Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax
canniformis
Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk burung
No
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan perolehan sumber
Ketersediaan di lapangan
Jenis upacara