• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV OPTIMALISASI PENYALURAN ZAKAT SWADAYA UMMAH

B. Pandangan Ekonomi Islam Tentang Penyaluran Zakat Pendidikan. 58

Lembaga amil zakat swadaya ummah memberikan prioritas penyaluran zakat pada pendidikan, Banyak penjelasan tentang keterkaitan zakat dengan masalah kemiskinan, dikarenakan dampak masalah ini di suatu sisi, dan sebagai solusi disisi lain. Secara tidak langsung mengentaskan kemiskinan lainnya yang merupakan pengaruh dari adanya kemiskinan itu sendiri.

Secara umum, masalah kebodohan pun merupakan implikasi dari adanya masalah kemiskinan. Seseorang yang fakir umumnya tidak biasa belajar maupun mengajarkan dan menyekolahkan anak-anak mereka. Bagaimana hal ini terjadi, sedangkan ia sangat membutuhkan pendidikan sejak masa kecilnya? Karena itulah, pendidikan merupakan urgensitas yang harus dipenuhi oleh kaum fakir

12Heri Budi Yono,( Manager Pendidikan), Wawancara, 16 Juli 2012

pada masa ini, dengan mendayagunakan zakat yang ada untuk belajar dan menyekolahkan anak-anaknay mereka demi kepentingan duniawi dan ukhrawi.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa seseorang yang mengkonsentrasikan diri untuk menuntut ilmu berhak menerima zakat. Berbeda dengan orang yang mengkonsentrasikan diri hanya untuk beribadah, sebagaimana dikatakan bahwa pembolehan terhadap penerimaan zakat tersebut untuk membeli buku-buku pelajaran yang sesuai dengan ilmu yang dikuasai. Bahkan dinyatakan dalam pernyataan para ulama yang membolehkan pendistribusian zakat diluar wilayah pengumpulannya, apabila diwilayah tersebut banyak ditemui penuntut ilmu yang membutuhkan dana zakat sebagian ulama menganggap para penuntut ilmu ini adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengentasan kemiskinan berarti mengentaskan permasalahan lainnya yang turut menyertainya, yaitu pengentasan penyakit dan kebodohan14. Islam adalah agama yang menghormati akan fungsi akal dan menyeru untuk menuntut ilmu. Serta, meningkatkan derajat para ulama dan menganggap ilmu sebagai kunci keimanan dan bukti akan adanya pekerjaan. Seseorang tidak dianggapberiman apabila ia hanya ikut-ikutan ataupun tidak memiliki pengetahuan atasnya. Sebagaimana dalam Al-quran disebutkan :















14Ibid, h. 49-50.













Artinya : Katakanlah, Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az- Zumar : 9) Yang dimaksud dengan ilmu disini bukan hanya terbatas pada ilmu agama saja, malainkan mencakup semua ilmu yang berguna dan dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam memahami realitas, seperti ilmu untuk menyiapkan kemampuan diri, meningkatkan perekonomian.

Apabila para ahli fiqh menetapkan pemberian zakat kepada orang- orang yang berkonsentrasi pada pendalaman ilmu pengetahuan, dan mengharamkan untuk orang- orang yang hanya mengkonsentrasikan diri pada ibadah. Ini semua didasari, karena ibadah dalam islam tidak membutuhkan konsentrasi yang berlebihan. Berbeda dengan bidang keilmuan yang membutuhkan penjurusan, penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam. Dilain sisi, ibadah hanya diperuntukan bagi orang yang melakukannya. Sedangkan ilmu yang diperdalam oleh seorang tidak hanya dimanfaatkan untuknya sendiri, melainkan untuk manusia lainnya. Tidak hanya itu saja, para ahli fiqh berkata “seorang fakir diperbolehkan untuk mengambil zakat yang diperuntukan untuk membeli buku pengetahuan yang dibutuhkannya demi kepentingan agama dan dunianya15.

15

Al-Quran juga menjelaskan perbedaan antara orang yang bodoh dengan orang yang berilmu. Firman allah :





















“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak

(pula) sama gelap gulita dengan cahaya. (QS. Faathir : 19-20).

Lembaga amil zakat swadaya ummah berupaya menyalurkan zakat untuk pendidikan dengan optimal sehingga anak-anak dhuafa benar-benar memperoleh pendidikan sebagai bagian penting dalam kehidupan yang akan mengantarkannya menjadi orang yang berilmu sehingga apapun yang dilakukan berlandaskan pengetahuan yang dimiliki bukan berlandaskan pengetahuan atas dasar yang tidak pasti sebagaimana penjelasan dalam ayat diatas.

Rasulullah saw. Bersabda :

ﻢﻠﺴﻣ ﻞﻛ ﻰﻠﻋ ﺔﻀﯾ ﺮﻓ ﻢﻠﻌﻟا ﺐﻠط

Mencari ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim. (HR. Ibnu Maajah dan

Ilmu yang diwajibkan oleh Islam untuk dipelajari bukanlah hanya terbatas pada ilmu-ilmu agama saja, tetapi mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh umat Islam dalam kehidupan mereka dunia ini16. Lembaga amil zakat swadaya ummah turut serta berperan dalam bidang pendidikan dengan menyalurkan zakat untuk pendidikan agar anak-anak yang tergolong dhuafa mendapatkan pendidikan yang sejajar dengan orang lain dan memiliki ilmu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang banyak sehingga nanti hidupnya dikatakan lebih layak dengan ilmu dan ia juga turut mengamalkan perbuatannya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya lewat sarana pendidikan yang ada.

Bila seseorang memperhatikan ketentuan dan peraturan mengenai zakat dengan teliti, maka akan mudah baginya untuk mendapatkan enam prinsip syariat, yaitu :

1. Prinsip Keyakinan

Prinsip pertama mengatur zakat adalah prinsip keyakinan dalam Islam, karena pembayaran zakat adalah suatu ibadah dan dengan demikian hanya seorang yang benar-benar berimanlah yang dapat melaksanakannya dalam arti dan jiwa yang sesungguhnya.

2. Prinsip Keadilan

Prinsip kedua keadilan mengenai zakat terkandung dalam ucapan Nabi SAW : Bagi (hasil) tanah yang diairi oleh hujan dan mata air, atau yang diairi air yang mengalir pada permukaan bumi ditentukan zakatnya sepersepuluh dari hasilnya, sedangkan bagi yang diairi sumur, seperdua

puluh dari hasilnya. “(HR. Bukhari). Zakat adalah suatu istilah umum

yang dapat digunakan pada semua sumbangan wajib biasa dan bagi Negara dalam berbagai jenis pendapatan seperti, harta terpendam, rampasan perang yang diperoleh dalam perang agama, hasil bumi dan sebagainya.

3. Prinsip Produktivitas dan Sampai Waktu

Prinsip ketiga adalah prinsip produktivitas dan sampai batas waktunya. Demikianlah zakat dibayar pada setiap tahun setelah memperhatikan nisab. Nisab berlaku pada zakat hanya bila telah sampai waktunya dan produktif.

4. Prinsip Nalar

Yaitu orang yang diharuskan membayar zakat adalah seseorang yang berakal dan bertanggung jawab. Dari sinilah ada anggapan bahwa orang yang belum dewasa dan tidak waras bebas dari zakat yang dalam hal ini merupakan suatu ibadah, karena itu zakat hanya diwajibkan pada mereka yang mampu melaksanakan kebijaksanaan.

Prinsip kelima kemudahan zakat diperoleh sebagian dari sifat pemungutan zakat dan sebagian diperoleh dari hukum Islam tentang etika ekonomi. Mengenai pemungutan zakat, tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada zakat yang dibayarkan pada akhir tahun. Disamping itu orang kafir yang berada disuatu Negara non islam tidak dinyatakan bertanggung jawab untuk membayar zakat.

6. Prinsip kemerdekaan

Prinsip terakhir zakat adalah prinsip kemerdekaan. Yaitu seseorang harus menjadi manusia bebas sebelum dapat disyaratkan untuk membayar zakat17.

Adapun tujuan distribusi dalam ekonomi Islam, secara umum dikatakan bahwa sistem distribusi dalam ekonomi Islam memiliki andil bersama sistem dan politik syariah yang lainnya dalam merealisasikan beberapa tujuan umum syariat Islam, dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dapat dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi.

1. Tujuan Dakwah

Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya. Sebagaimana sistem distribusi dalam

ghanimah dan fa’i juga memiliki tujuan dakwah yang jelas. Pada sisi lain,

bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri. Firman Allah :





















“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya

karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka (QS. Al- baqarah : 265)

Ayat diatas menunjukan bahwa orang-orang yang menyerahkan sebagian harta mereka karena Allah itu berarti mereka meneguhkan jiwa mereka kepada iman dan ibadah-ibadah yang lain.

2. Tujuan Pendidikan

Diantara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti yang disebutkan dalam firman Allah:



































“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan. mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At- Taubah : 103). Artinya, bahwa zakat yang merupakan cara pengembalian distribusi dapat membersihkan para pemberinya dari dosa dan ahlak tercela, menambahkan ahlak baik dan amal shaleh, mengembangkan dan menambahkan pahala di dunia dan di akherat.

Secara umum, bahwa disrtibusi dalam perspektif ekonomi Islam dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, dimana yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan terdapat ahlak terpuji, seperti suka memberi dan mengutamakan orang lain.

2. Mensucikan dari ahlak tercela seperti pelit, dan mementingkan diri sendiri18.

Menurut Islam, penyaluran zakat adalah dengan mengantarkan hak zakat ini kerumah-rumah atau tempat tinggal orang-orang yang membutuhkannya, baik berasal dari kaum primitif maupun dari komunitas modern tanpa membebani mereka untuk datang dan menerima hak mereka. Sebagaimana diketahui, masalah pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Kemajuan sebuah masyarakat sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

18Jabir bin Ahmad Al- Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, (Jakarta : Khalifah, 2006), h. 215-217.

manusia (SDM) yang dihasilkan melalui sistem pendidikannya. Berkurangnya kesempatan pendidikan bagi sebagian masyarakat juga akan menurunkan produktivitas perekonomian secara keseluruhan19.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penalitian di lapangan, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Dalam optimalisasi penyaluran zakat untuk pembiayaan pendidikan oleh lembaga amil zakat swadaya ummah Pekanbaru, untuk pendidikan telah berjalan dengan transparan, terarah, sehingga lembaga pendidikan dilembaga amil zakat swadaya ummah berjalan dengan baik, sesuai dengan penyaluran zakat dalam tujuan pendidikan.

2. Ditinjau menurut ekonomi islam penyaluran zakat untuk pendidikan sudah sejalan dengan ekonomi Islam karena tidak adanya hal yang

melanggar syari’at, begitu juga dalam meningkatkan pendidikan bagi

kaum dhuafa dan mengatasi kesenjangan gejolak sosial, dan di dalam penyaluran zakat untuk pendidikan hendaknya ditingkatkan lagi dan disalurkan secara merata, supaya semua anak dari keluarga dhuafa bisa sekolah sebagaimana mestinya seperti anak-anak yang lain.

Dokumen terkait