• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Masyarakat Tentang Penggunaan Bahasa Lokal dalam Penyampaian Dakwah

HASIL PENELITIAN

C. Pandangan Masyarakat Tentang Penggunaan Bahasa Lokal dalam Penyampaian Dakwah

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi antara satu sama lain.

Bahasa tidak bisa lepas dari aspek kehidupan karena sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan. Dakwah merupakan suatu ajakan atau seruan untuk menyampaikan kebajikan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sebagai sarana komunikasi.

Pandangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan hasil perbuatan memandang, memperhatikan, serta melihat sesuatu yang terjadi adalah realistis.66 Pandangan dalam hal ini merupakan pandangan terhadap penggunaan Bahasa Lokal dalam penyampaian pesan dakwah muballig kepada mad‟unya.

Berdasarkan dari hasil wawancara saya, Pandangan masyarakat Kelurahan Mataran tentang penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) dalam penyampaian dakwah muballig, maka ada beberapa pandangan dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, yaitu:

1. Tokoh agama

Tokoh agama merupakan status yang dihormati dengan seperangkat peran yang dimainkannya dalam masyarakat. Sebagai akibat dari status dan peran yang disandangnya, ketokohan dan kepemimpinan tokoh agama telah menunjukkan betapa kuatnya kecakapan dan pancaran kepribadian dalam kehidupan bermasyarakat. Hal

66 Lektur, “Ulasan Pandangan”, Situs Resmi Lektur.ID. https://lektur.id/arti-pandangan/2020, (01 Desember 2020).

ini dapat dilihat dari bagaimana seorang tokoh agama, membangun masyarakat dengan penggunaan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri). Seperti yang dikatakan oleh salah satu Tokoh Agama di Kelurahan Mataran, Bapak Buhari Baramang, yaitu:

“Saya dalam menyampaikan pesan dakwah tidak penah lupa mengatakan pada awal pertemuan kepada mad‟u bahwa saya lebih suka menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) karena saya lebih nyaman dan merasa bahwa pesan dakwah yang saya sampaikan bisa dipahami dengan baik menggunakan bahasa setempat”67

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) memang sangat berpengaruh dalam penyampaian dakwah muballig. Tidak hanya memudahkan untuk berkomunikasi tetapi juga memudahkan mad‟u untuk cepat memahami maksud dari dakwah yang disampaikan.

2. Muballig

Muballig adalah sebutan bagi orang-orang yang menyampaikan ilmu (agama) kepada orang lain. Muballig juga diartikan sebagai juru dakwah, sebagai juru dakwah seorang muballig terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi dari mad‟unya untuk memberikan materi-materi dakwah baik itu dari segi bahasa, penampilan dan lain sebagainya. Seperti yang dituturkan salah seorang muballig di Kelurahan Mataran oleh Ustad Gusnah:

“Kebiasaan dari berbagai kalangan yang ada di Kelurahan Mataran baik itu anak-anak, remaja, maupun orang tua jarang sekali menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Jadi pada saat menggunakan Bahasa Lokal

67Buhari Baramang (66), Tokoh Agama, Wawancara, Sossok-Enrekang, 21 September 2020.

(Bahasa Duri) dalam ceramah saya banyak mad‟u yang suka dan tertarik untuk mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang mengundang saya sebagai muballignya”68

Dari pernyataan muballig diatas bahwa penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) dominan membuat para mad‟unya tertarik dan merasa bahwa ini adalah sarana komunikasi yang baru dalam penyampian dakwah. Di Kelurahan Mataran muballig yang dahulu membawahkan sebuah Materi Dakwah selalu mengunakan bahasa Indonesia dan itu membuat para mad‟unya banyak yang tidak paham dengan isi ceramahnya karena situasi dan kondisi masyarakat setempat yang menggunakan Bahasa Duri dalam berkomunikasi sehari-hari.

3. Masyarakat

Pandangan masyarakat terhadap penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) dalam penyampaian dakwah muballig di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ini beragam mulai dari masyarakat yang tidak terlalu paham jika menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) tetapi mayoritas orang tua atau lansia yang sangat memahami isi pesan dakwah yang disampaikan muballig. Seperti yang dituturkan oleh salah satu masyarakat Dusun Sossok II, Ibu Sumiati yaitu:

“Pertama kali saya mendengar orang menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) dalam berceramah pada pengajian kelompok saya di Dusun Sossok II, dimana muballig yang di undang menarik perhatian kami dengan menggunakan Bahasa Duri, memang aneh pertama mendengarnya tetapi lama-kelamaan kita lebih paham penyampaian isi pesan dakwah muballig walaupun di campur dengan Bahasa Indonesia sebagian”69

68Gusnah (45), Muballig, Wawancara, Sossok-Enrekang, 30 September 2020.

69Sumiati (45), Jamaah Pengajian Kelompok, Wawancara, Belalang-Enrekang, 15 September 2020.

Dari pernyataan salah satu masyarakat bahwa penggunaan Bahasa Lokal pangceramah edda deen bisa pahami gajai kan susi mi dikka kami to matua mo edda na matande gaja to sekolah”

Artinya :

“Lebih baik saya mendengar jika seorang muballig menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) karena cepat saya pahami, tapi ada juga muballig yang menggunakan bahasa Indonesia banyak kata yang tidak mengerti karena seperti kami ini yang sudah tua dan sekolahnya tidak tinggi”70

Dari pernyataan diatas bahwa penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) oleh muballig yang dominan sangat cocok bagi mayoritas orang tua yang menggunakan Bahasa Duri, tetapi ada sebagin kecil masyarakat yang tidak cocok karena mereka adalah pendatang dari luar daerah enrekang.

Menyimak pernyataan-pernyataan responden tersebut diatas pada umumnya pandangan masyarakat tentang pengunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) di Kelurahan Mataran yang dominal oleh muballig, masyarakat lebih menyukainya karena mereka lebih cepat paham dan mengerti isi pesan dakwahnya.

70Sumadi (38), Jamaah Pengajian Rutin, Wawancara, Belalang-Enrekang, 10 September 2020.

73 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasaan penelitian tentang Pesan Dakwah dalam Bahasa Lokal di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang, maka peneliti menarik kesimpulan:

1. Muballig dalam menyampaikan Pesan Dakwah lebih Dominan Bahasa Lokal di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) oleh muballig di Keluahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah di setiap bentuk dakwah ditiap Dusun baik dalam macam-macam kegiatan Pengajian, Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), Tahap Pembelajaran Oaring Tua (TPO) menggunakan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) yang lebih Dominan karena sebagai sarana untuk menyampaikan meteri dakwah agar lebih dipahami oleh masyarakat yang mayoritas mad‟unya adalah para Ibu-Ibu rumah tangga, bapak-bapak, orang tua atau lanjut usia (lansia) di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

2. Pandangan masyarakat tentang penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) dalam penyampaian dakwah. Mayoritas masyarakat Kelurahan Mataran lebih menyukai dengan penggunaan Bahasa Lokal (Bahasa Duri) yang digunaan oleh muballig karena mudah dipahami, dan tidak membuat mad‟unya menjadi cepat bosan.

Dokumen terkait